Senin, 16 Juli 2007

thesis kristiani

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, August 02, 2005
Thesis 1 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 1

Seorang Kristen melakukan apa yang benar karena dia adalah seorang Kristen, bukan supaya menjadi orang Kristen.

Hal ini terjadi selama beberapa minggu pertama saya bertugas di sebuah jemaat baru. Di gereja ini, tujuan saya adalah untuk melawat setiap keluarga agar dapat dikenal. Namun percakapan mudah sekali usai hanya dengan hal-hal yang ringan. “Apakah itu gambar Tante Minnie?”
“Ya.”
Maka saya mulai muncul dengan percakapan yang menjebak: satu pertanyaan, pertanyaan yang sama, ditanyakan pada setiap rumah. “Menurut saudara apakah arti seorang Kristen?” Dan saya secara teliti tetap mencatat setiap jawaban.

“Seorang Kristen adalah orang yang hidup menurut hukum emas.”
“Seorang Kristen adalah orang yang jujur.”
“Seorang Kristen adalah orang yang baik hati dan pengasih.”
“Seorang Kristen adalah seorang tetangga yang baik.”

Saya mendengar banyak jawaban yang berbeda-beda, namun memiliki persamaan. Setiap jawaban adalah jawaban yang berhubungan dengan tingkah laku. Nama Kristus secara mencolok dilalaikan.

Anda dapat membaca laporan reporter yang mewawancarai orang-orang di jalanan, menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang serupa. Pola jawabannya selalu sama.

“Orang Kristen melakukan ini dan itu. Orang Kristen tidak melakukan ini dan itu.” Berapa seringkah anda mendengar jawaban, “Seorang Kristen adalah orang yang mengenal dan mengasihi Kristus?”

Apakah Kekristenan itu? Apakah itu sesuatu yang berdasarkan kepada tingkah laku? Atau apakah itu sesuatu yang berdasarkan kepada hubungan? Di sinilah dasar pengertian dan pengalaman keselamatan oleh iman di dalam Kristus. Kekristenan adalah masalah mengenal Kristus. Dan tingkah laku yang membedakan orang Kristen dan bukan Kristen muncul sebagai hasil iman di dalam hubungan dengan Kristus—tidak pernah menjadi penyebab.

Marilah kita mengatakan thesis ini dalam bentuk lain. Sebuah pohon apel berbuah apel karena dia adalah pohon apel, tidak pernah agar menjadi pohon apel. Yesus membuat perumpamaan yang sama: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.” Matius 7:17, 18.

Jika anda tertarik pada buah yang baik, tempat memulainya adalah pada pohon yang baik. Tugasmu adalah menyirami pohon tersebut, memberi pupuk, mengizinkan matahari, hujan dan angin melakukan tugasnya. Tidak perlu usaha yang keras untuk menghasilkan buah. Jika anda memiliki pohon yang sehat, tentu buah akan datang sebagai hasilnya.

Demikian juga dengan kehidupan orang Kristen. Orang yang berusaha untuk menghidupkan kehidupan Kristen dengan berpusat pada perubahan tingkah lakunya akan menghadapi jalan buntu. Christ Object Lessons mengatakan seperti ini: “Adalah dengan memperbaharui hati kasih karunia TUHAN bekerja mengubah kehidupan. Sekedar perubahan luar tidak cukup untuk membawa kita selaras dengan TUHAN. Banyak orang yang berusaha berubah dengan memperbaiki tingkah laku yang buruk ini dan itu, dan mereka berharap dalam cara ini menjadi orang-orang Kristen, namun mereka memulai pada tempat yang salah. Pekerjaan pertama kita adalah dengan hati.”—hal. 97.

Tidak masalah betapa lurus hidupmu, tidak masalah berapa banyak kebaikan yang engkau lakukan, tidak masalah betapa religius-nyapun penampilanmu, engkau bukanlah orang Kristen sejati hingga engkau mengenal Yesus secara pribadi. Melakukan apa yang benar tidak akan membuatmu menjadi orang Kristen. Hal itu hanya membuatmu menjadi orang yang bermoral.

Gereja yang mula-mula berfokus pada TUHAN Yesus Kristus sehingga Dia adalah thema pemikiran dan pembicaraan mereka. “Kristus melakukan ini, Kristus melakukan itu, dan Kristus berkata begitu.” Akhirnya seseorang berkata, “Mari kita sebut mereka ini Krist-en (Christ-ians).”

Akan disebut apakah anda jika anda dinamai berdasarkan hal-hal yang paling sering anda bicarakan dan pikirkan? Apakah anda orang baik? Atau apakah anda benar-benar seorang Kristen? Pikirkanlah hal ini!

Sumber: 95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, August 01, 2005
Thesis 2 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 2

Kebenaran = Yesus. Kita tidak memiliki kebenaran bila terpisah dari-Nya.

Dosen mata kuliah pokok saya di perguruan tinggi membuka kelas diskusi selama semester satu dengan menanyakan kami apa arti kebenaran.

Kami memberikan banyak defenisi. Kebenaran adalah perbuatan benar. Kebenaran adalah penurutan akan hukum TUHAN. Kebenaran adalah kesucian. Dan bahkan mungkin yang lebih baik, kebenaran adalah kasih. Bukan hanya anggota kelas yang memberikan defenisi-defenisi ini, tetapi engkau dapat menemukan defenisi seperti itu di dalam kata-kata orang bijak.

Namun setelah dosen itu membuat kami frustasi memikirkan berbagai defenisi yang memungkinkan, dia akhirnya memberikan kesimpulan yang terbaik, defenisi yang paling lengkap untuk kebenaran adalah Yesus. Semua defenisi yang lain tidak cukup.

Jika, misalkan, kebenaran diartikan melakukan perbuatan benar, maka satu-satunya hal yang engkau butuhkan untuk menjadi benar adalah—apa? Melakukan apa yang benar. Engkau tidak akan membutuhkan Juruselamat jika kebenaran didasarkan pada tingkah laku belaka.

Tetapi kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya. Itu bukanlah sesuatu yang dapat dihasilkan oleh manusia dalam cara apapun. Kita mengalami kebangkrutan akan kebenaran. Yesaya berkata, “Demikianlah kami sekalian seperti orang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.” Yesaya 64:6. Kita bukan hanya tidak mampu menghasilkan kebenaran, tetapi kita juga tidak mampu menyimpan kebenaran. Itu bukanlah sesuatu yang dapat kita peroleh atau kita miliki bila terpisah dari Yesus. Oleh karena itu, kita dapat mengartikan bahwa kebenaran adalah Seorang Oknum. Maka selama kita memiliki Yesus, kita memiliki kebenaran, tetapi tanpa Dia, kita tidak memiliki pengharapan untuk kebenaran.

“Orang berdosa dapat menemukan pengharapan dan kebenaran hanya di dalam TUHAN, dan tidak ada manusia yang benar lebih lama dari pada selama dia memiliki iman di dalam TUHAN dan memelihara sebuah hubungan yang vital dengan-Nya.”—Testimonies to Ministers, hal. 367.

Engkau bisa mencoba memasukkannya ke dalam sebuah persamaan. Jika Yesus = Kebenaran, dan Kebenaran = Yesus, maka satu-satunya jalan untuk memperoleh kebenaran hanya bersama Yesus, dan tetap di dalam Dia. Maka kita dapat berkata bahwa Manusia + Yesus = Kebenaran.

Pada suatu hari saya mendiskusikan hal ini dengan sekelompok mahasiswa ketika seorang pemuda di baris belakang menunjukkan perasaan aneh di wajahnya. Dia mengangkat tangannya dan berkata, “Tetapi jika Yesus sama dengan Kebenaran, dan Manusia tambah Yesus sama dengan Kebenaran, berarti Manusia sama dengan tidak ada!” Dan dia berbicara seakan-akan dia baru saja melakukan ketidakadilan yang sangat besar terhadap manusia.

Tetapi bukankah itu dilema dari seluruh umat manusia bahwa kita tidak memiliki kebenaran di dalam diri kita? Kita berharga di mata surga. Di kayu salib Yesus membuktikan harga jiwa manusia. Tetapi bila berbicara tentang menghasilkan kebenaran, kita sama sekali tidak berpengharapan. Kita tidak bisa menghasilkan kebenaran; kita tidak memiliki apa-apa.

Charles T. Everson menceritakan kisah seorang wanita yang pergi berbelanja kain untuk membuat sebuah baju baru. Dia menyentuh kain tersebut, meneliti tenunannya, mengagumi warna dan polanya, hingga akhirnya dia menemukan satu gulungan kain lain yang sepertinya dia inginkan. Sejenak dia ragu, ingin memastikan pilihannya, penjaga toko datang mendekat dan berkata, “Saya mengamati bagaimana anda melihat bahan ini, dan sebagian dari bahan ini telah dibuat menjadi baju yang dipajang di depan. Mungkin anda tidak memperhatikannya ketika masuk ke toko ini.”

Maka mereka pergi ke jendela pajangan di bagian depan toko untuk melihat baju tersebut, dan wanita tersebut berseru, “Indah sekali! Ini bahan yang benar-benar aku inginkan. Bahan ini cantik sekali—tetapi sekarang setelah aku melihatnya dalam bentuk baju, aku baru benar-benar yakin.” Dan dia membeli bahan tersebut.

Demikian juga dengan hukum TUHAN. Kita dapat mengagumi prinsip-prinsipnya; kita dapat menyetujui ajaran-ajarannya. Tetapi sebelum kita dapat benar-benar menghormati dan menerimanya, kita harus melihat hukum itu dibuat dalam bentuk kehidupan—kehidupan Yesus. Ketika kita memandang Dia, kita juga menerima kebenaran-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, July 31, 2005
Thesis 3 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 3

Satu-satunya cara mencari kebenaran adalah mencari Yesus.

Pada suatu hari ada seorang pria yang ingin menjadi tukang roti. Dia selalu menyukai roti bakar yang baru keluar dari oven, dan dia merasa bahwa dia akan berbahagia bila bisa membuat roti untuk orang lain.

Maka dia segera berkeliling kota mencari tempat yang paling strategis untuk bisnis barunya. Dia mendapat tempat di sebuah sudut jalan, menyewa kontrator di kota itu, dan tidak lama kemudian dia telah memiliki toko roti yang siap untuk dibuka dengan bak anti karat dan berbagai peralatan membuat roti yang berkilau di bagian belakang toko, dan lemari pajangan dengan kaca yang bersinar di bagian depan untuk memajang barang-barangnya.

Tetapi keadaan tidak berjalan terlalu baik untuk sang tukang roti. Dia bekerja berjam-jam lamanya. Dia mempromosikan tokonya dengan segala cara yang dia bisa. Dia melakukan usaha yang terbaik untuk membuat usahanya berhasil. Namun kelihatannya dia tidak dapat menghasilkan jenis roti yang telah dirasakannya pada masa yang lalu. Ketika para pembeli mendatangi toko barunya, mereka jarang sekali membeli barang-barangnya. Dan mereka tidak pernah kembali.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun berjuang, dia harus mengakui bahwa dia telah gagal. Dia berada pada titik kebangkrutan. Dia telah mencoba segalanya yang dia ketahui untuk membuat toko rotinya sukses, dan tidak satupun yang berhasil.

Sesaat sebelum dia memutuskan untuk menyerah, dia mendengar sesuatu yang akan mengubah seluruh bisnisnya. Dia akhirnya mempelajari bahwa untuk membuat roti dia membutuhkan tepung! Dia tidak pernah mencobanya sebelumnya, tetapi bagaimanapun hal itu kedengarannya baik baginya. Dan dia mulai menggunakan tepung, hal itu telah mengubah segalanya.

Apakah engkau telah menebak bahwa ini adalah sebuah perumpamaan? Kita pasti sangat sulit mempercayai bahwa seseorang dapat mengabaikan dasar kebenarang yang begitu sederhana, yaitu perlu tepung untuk membuat roti. Kita menyadari akan sangat tragis bila mencoba mengelola sebuah toko roti tanpa tepung.

Tidak peduli bisnis apapun yang sedang engkau lakukan, engkau harus mengerti syarat-syarat tertentu yang mendasar jika engkau berharap untuk sukses. Engkau tidak akan dapat membuat bank tetap berjalan tanpa uang. Engkau tidak akan dapat mengelola perusahaan kereta api hanya dengan gerbong saja. Tidak mungkin memintal wool jikalau engkau tidak memiliki domba.

Tetapi bagaimana dengan menghidupkan kehidupan Kristen? Berapa banyak dari kita yang mengabaikan hal yang mendasar selama bertahun-tahun? Mencari kebenaran, tetapi tidak mengetahui bagaimana mendapatkannya? Dan hal itu tidak berarti apa-apa, namun hanya menambah frustasi untuk mencoba menjadi Kristen tanpa mengerti bagaimana cara meraihnya.

Wartawan memiliki pertanyaan-pertanyaan penting yang mereka tanyakan untuk mencapai ke dasar sebuah berita. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditransfer kepada kehidupan Kristen. Yang pertama adalah Apa? Kadang kala sangat mudah untuk membicarakan tentang apa dari kehidupan Kristen. Beberapa dari kita bertumbuh pada apa. Apa yang harus dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan, untuk menjadi seorang Kristen dan untuk diselamatkan. Kita benar-benar dikenyangkan oleh hal itu. Hal itu juga banyak dibicarakan pada kelas-kelas Alkitab, pekan doa, bertanya apa yang salah dengan ini, apa yang salah dengan itu?

Apakah salah membicarakan tentang apa? Tidak, Alkitab berisi banyak informasi tentang apa. Tetapi apa tidak pernah dapat menjadi dasar Kekristenan.

Kemudian ada pertanyaan Mengapa? Ini adalah pertanyaan intelektual yang canggih. Disinilah engkau menganalisa, membedah dan membahas. Ini adalah pertanyaan terbaik untuk mengisi waktu di jam pelajaran Sekolah Sabat. Mengapa dapat menjadi penting. TUHAN berfirman, “Marilah, baiklah kita berperkara.” Yesaya 1:18. Itu bukan alasan yang salah. Kita dilahirkan dalam peta Allah, dengan kesanggupan untuk berpikir dan menimbang. Namun mengapa tidaklah cukup.

Pertanyaan lain yang telah banyak menghabiskan banyak waktu dalam pelajaran sejarah gereja kita adalah pertanyaan Kapan? Kapankah semua itu terjadi? Dan kitapun memiliki bagan di dinding yang menceritakan tentang kapan. Mungkin beberapa orang tertarik pada kapan karena mereka berharap bisa bertobat di saat-saat terakhir. Tetapi yang lain khawatir bahwa kapan akan muncul di hadapan mereka sebelum mereka mengetahui bagaimana melakukan apa?

Jika engkau bertumbuh pada apa dan mengapa dan kapan, pertanyaan logis berikutnya adalah Bagaimana? Ini adalah pertanyaan praktis, dan itu dapat menuntunmu kepada teori kebenaran oleh iman. Jika engkau tidak mengerti bagaimana, yang lain hanyalah menyebabkan engkau frustasi. Tetapi dengan mengetahui bagaimana-pun tidaklah cukup, karena kebenaran oleh iman lebih dari pada sekedar teori. Itu adalah sebuah pengalaman. Dan bagaimana menjadi pertanyaan yang sangat menarik ketika engkau mengerti bahwa jawaban bagaimana adalah siapa!

Yesus adalah dasar dari Kekristenan. Adalah benar bahwa Alkitab membicarakan tentang mencari kebenaran. Zefanya 2:3 berkata, “Carilah TUHAN.” Dan beberapa dari kita telah berpikir bahwa cara untuk mencari Yesus adalah mencari kebenaran. Tetapi kita tidak mendapatkan bagaimana. Karena Kebenaran = Yesus, cara untuk mencari kebenaran adalah mencari Yesus. “Kebenaran TUHAN diwujudkan di dalam Kristus. Kita menerima kebenaran oleh menerima Dia.”—Mount of Blessing, hal. 18.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, July 30, 2005
Thesis 4 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 4

Kekristenan dan Keselamatan tidak didasarkan pada apa yang engkau lakukan, tetapi pada siapa yang engkau kenal.

Seorang wanita membeli sepasang lensa kontak yang baru. Tidak lama kemudian, dia dihentikan karena pelanggaran lalu lintas, dan petugas polisi, setelah melihat pembatasan pada surat izin mengemudinya bertanya dengan tegas, “Mana kaca matamu?”
Dia menjawab, “Saya mempunyai koneksi (contacts dapat berarti lensa kontak, namun dapat juga berarti koneksi).”
Petugas itu berkata, “Saya tidak peduli siapa koneksimu—anda seharusnya memakai kaca mata!”

Adalah fakta yang tidak dapat dibantah bahwa di dunia ini, siapa yang engkau kenal membuat suatu perbedaan. Jika engkau sedang melamar pekerjaan dan engkau mengenal sang boss, engkau tentu memiliki keuntungan. Jika engkau dibawa ke pengadilan dan engkau mengenal sang hakim, itu adalah kabar baik. Jika engkau berharap diperkenalkan kepada seseorang, dan engkau mengetahui bahwa engkau mengenal sahabatnya, engkau pasti berhasil.

Ketika Abraham Lincoln menjadi presiden, kadang kala dia akan menginstruksikan staffnya bahwa dia tidak bisa diganggu. Dia akan pergi ke dalam kantornya dan menutup pintu. Penjaga akan berdiri di luar, dan di sepanjang lorong, untuk mencegah siapa saja yang akan masuk.

Tetapi seseorang datang terburu-buru, berjalan di sepanjang lorong dan melewati para penjaga langsung ke pintu kantor presiden. Para penjaga tidak akan berusaha menghentikan dia. Mengapa? Karena namanya adalah Tad Lincoln, dan dia adalah putra sang presiden. Hubungannya dengan sang presiden membuat segala sesuatunya berbeda.

Apakah engkau percaya bahwa hubunganmu dengan Kristus adalah sesuatu yang membuat segala perbedaan di dalam kehidupan kerohanianmu? Apakah engkau percaya bahwa Kekristenan didasarkan pada siapa yang engkau kenal? Atau apakah engkau percaya bahwa Kekristenan didasarkan pada apa yang engkau lakukan?

Pada sebuah perkemahan di Northwest beberapa tahun yang lalu, editor Adventist Review berdiri dan bertanya kepada para pendengar, “Berapa banyak dari anda yang percaya bahwa anda diselamatkan hanya oleh iman di dalam Yesus Kristus saja?” Beberapa tangan terangkat dan kemudian dengan cepat turun kembali.

Kemudian dia bertanya, “Berapa banyak dari anda yang percaya bahwa anda diselamatkan berdasarkan pada perbuatan-perbuatan anda?” Beberapa tangan lagi terangkat dan kemudian segera turun kembali.

Dan dia bertanya, “Berapa banyak dari anda yang percaya bahwa anda diselamatkan oleh iman di dalam Yesus, ditambah perbuatan-perbuatan baik anda?” Seluruh sisa hadirin mengangkat tangan dan tetap menahan tangannya di atas dan melambai-lambai di udara.

Dia berkata, “Saya berharap, ketika khotbah pagi ini berakhir, pemikiran anda akan berubah.” Dan dia melanjutkan pembuktian bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman di dalam Yesus saja. Titik.

Yesus mengatakannya di dalam Yohanes 17:3: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” The Desire of Ages, hal. 331 berkata, “Sebagaimana melalui Yesus kita memasuki perhentian, surga mulai dari sini. Kita menyambut undangan-Nya, Marilah, kenalilah Aku, dan dalam cara itu kita memulai kehidupan kekal. Surga adalah pendekatan yang tanpa henti kepada Bapa melalui Kristus.”

Apakah engkau mengenal Dia? Pengenalan akan Yesus adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen. Pengenalan akan Yesus adalah jalan menuju hidup kekal. Pengenalan akan Yesus akan mengubah gaya hidupmu, karena sebagaimana engkau belajar untuk mengenal Dia dan mengasihi Dia dan bersekutu dengan-Nya, engkau akan diubahkan ke dalam rupa-Nya.

Kebenaran adalah seorang Oknum. Keselamatan adalah seorang Oknum. Melalui Yesus hidup kekalmu dapat dimulai hari ini!

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, July 29, 2005
Thesis 5 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 5

Berbuat benar dengan cara tidak berbuat salah sama dengan tidak berbuat benar. Menjadi baik dengan cara tidak menjadi jahat sama dengan tidak menjadi baik.

Jika engkau tidak melakukan yang salah, berarti engkau melakukan yang benar, benar? Salah!

Tentu, ini tidak berarti bahwa jika engkau berbuat salah sama dengan engkau berbuat benar, atau adalah benar berbuat salah. Apa yang dimaksud di sini adalah engkau dapat berbuat baik di luar, tetapi salah di dalam. Dan itu tidak benar! Satu-satunya orang yang benar-benar melakukan apa yang benar adalah orang yang benar di dalam dirinya sama seperti di luar dirinya.

Pernahkah engkau mendengar tentang orang-orang Farisi? Apakah mereka benar atau salah? Yesus mengatakan beberapa perkataan yang pedas kepada orang-orang Farisi di dalam Matius 23:27,28. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”

Mana yang memberi kita pertanyaan penting. Sementara kita dapat setuju bahwa tujuan orang-orang Kristen adalah menjadi baik di dalam dan luar, andaikan engkau belum baik di sebelah dalam. Bukankah lebih baik sedikitnya engkau baik di sebelah luar, dan itulah yang terbaik yang dapat engkau lakukan? Bukankah lebih baik menjadi orang Farisi dari pada seorang biasa? Berhati-hatilah dengan jawabanmu.

Yesus berkata bahwa keagamaan orang Farisi belum tidak cukup untuk kehidupan kekal. “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga.” Maka sebaik apapun kebaikan-kebaikan luar, tidak ada manfaatnya bagi keselamatan.

Kita bisa membaca Steps to Christ, hal. 44. “Ada orang-orang yang mengaku melayani Allah, sementara mereka bergantung pada usaha-usaha mereka untuk menuruti hukum-Nya, untuk membentuk tabiat yang benar, dan memperoleh keselamatan. Hati mereka tidak digerakkan oleh dalamnya kasih Kristus, tetapi mereka berusaha untuk melakukan kewajiban dari kehidupan Kristen sebagaimana yang dituntut Allah dari mereka untuk memperoleh surga. Agama yang seperti itu tidak ada nilainya.” Maka sebaik apapun kebaikan luar, tidak ada manfaatnya bagi keagamaan. Tidak ada nilai yang terdapat di situ.

Dalam Wahyu 3 ada pekabaran khusus kepada gereja pada masa sebelum Yesus datang kembali. “Aku tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Ayat 15, 16. Maka sebaik apapun kebaikan luar itu, hal itu lebih buruk pada pemandangan Allah dari pada tidak ada kebaikan sama sekali! Dia bahkan lebih suka dingin dari pada suam-suam kuku!

Kebaikan yang hanya secara luar adalah menjijikkan bagi Allah. Dia tahu bahwa orang yang berdosa secara terang-terangan lebih mudah dijangkau dengan kabar baik keselamatan dari pada orang yang merasa tidak membutuhkan. Orang-orang yang sukses menjadi baik di sebelah luar dengan usaha mereka sendiri dijauhkan dari kebutuhan akan seorang Juruselamat. Dan karena mereka tidak merasakan kebutuhan itu, mereka tidak datang kepada Kristus untuk menerima keselamatan yang rindu Dia berikan.

Adalah mungkin untuk mengisi jemaat dengan orang-orang kuat yang mampu menghasilkan kelakuan yang dituntut oleh gereja. Dan kelakuan yang sangat mereka banggakan itu menjadi penghalang yang memutuskan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.

Jika kita benar-benar mempercayai hal ini, jika kita benar-benar menerima thesis yang menyatakan bahwa kebenaran sebelah luar tidak hanya tak bernilai pada pemandangan Allah, tetapi sebenarnya juga memuakkan bagi-Nya, kita akan berhenti berusaha melakukan apa yang benar! Malah, kita akan menggunakan waktu kita dan tenaga dan usaha untuk mencari Dia, sehingga Dia boleh datang dan menghidupkan kehidupan-Nya di dalam diri kita.

Apakah ini menakutkan bagimu? Apakah engkau takut menyerah berusaha untuk melakukan apa yang benar? Apakah engkau mau menggunakan usahamu untuk menerima kebenaran-Nya hari demi hari dalam hubungan yang terus-menerus dengan-Nya? Jika engkau merasa gelisah di sini, bertanya-tanya dari mana datangnya tingkah laku, segeralah baca thesis berikutnya. Thesis itu mulai dengan, “Kebenaran akan membuatmu bermoral.” Segeralah sekarang, lanjutkan ke halaman berikutnya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, July 28, 2005
Thesis 6 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 6

Kebenaran akan membuatmu bermoral, tetapi moralitas tidak akan membuatmu benar.

TUHAN tidak menentang moralitas! Dia tidak marah kepada jemaat Laodikea di dalam Wahyu 3 karena moralitas mereka. Dia marah kepada mereka karena mereka berusaha menggantikan kebenaran dengan moralitas.

Engkau tidak menentang anggur plastik! Engkau mungkin melihat anggur plastik sangat menarik ketika di tata dalam sebuah wadah. Ada sebuah tempat untuk anggur plastik, dan beberapa dari imitasi itu kelihatan cukup meyakinkan. Tetapi ketika seseorang menambahkan anggur plastik ke salad buah, engkau tentu akan mendapati bahwa anggur plastik sangat mengecewakan dan tidak berasa. Anggur plastik tidak dapat menggantikan buah anggur yang asli.

TUHAN tidak menentang moralitas! Jika engkau menghidupkan kehidupan yang bermoral, engkau akan jauh dari penjara. Engkau tidak akan melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Engkau akan dapat mempertahankan pekerjaanmu dengan lebih baik. Reputasi dan nama baikmu di masyarakat akan semakin baik. Orang-orang di sekitarmu tidak akan menderita akibat tindakan-tindakanmu yang tidak bermoral. Moralitas memiliki banyak keuntungan, hal itu tidak diragukan lagi. Tetapi TUHAN marah kepada jemaat Laodikea berdasarkan pemikiran moralitas tidak dapat menggantikan kebenaran.

“Banyak dari orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen adalah orang-orang Moralis belaka.” Christ Object Lesson, hal. 315. Perhatikan bahwa hal ini tidak menggambarkan orang yang menyebut diri mereka manusia yang bermoral. Hal ini menggambarkan orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen, tetapi yang sebenarnya tidak.

Dalam perumpamaan tentang seorang laki-laki yang tidak mengenakan pakaian pesta (baca Matius 22), kita melihat prinsip yang sama. Orang itu dapat memilih untuk tetap tinggal di rumah dimana pakaiannya tidak akan pernah ditanggapi. Raja mengundangnya untuk menghadiri pesta pernikahan, tetapi tidak memaksanya untuk hadir. Masalah orang ini adalah dia berusaha menggantikan jubah yang disediakan Raja dengan pakaiannya sendiri dan berhasil masuk ke ruang pesta.

Orang-orang pada zaman Yesus memiliki agama yang hanya berdasar pada moralitas saja. Orang Farisi yang berdoa sambil berdiri di bait suci adalah korban dari menggantikan kebenaran dengan moralitas. Dia menabuh sendiri genderang moralnya. Dia mendeklamasikan kepada TUHAN sebuah daftar yang menurutnya akan merekomendasikannya ke surga. Dia mendasarkan jaminan keselamatannya atas kenyataan bahwa dia tidak melakukan apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Dia adalah seorang yang sopan.

Dan dia membuktikan lagi bahwa bukan hanya moralitas yang akan menggagalkan engkau menjadi benar, hal itu bahkan dapat menghalangi engkau dari kebenaran yang sejati.

Allah tidak menentang moralitas! Bacalah dalam Steps to Christ, hal. 18. “Pendidikan, kebudayaan, dan latihan kemauan, usaha manusia, semuanya memiliki pengaruh yang baik, namun hal-hal itu tidak berkuasa. Hal-hal itu dapat menghasilkan kebenaran tingkah laku secara luar, namun tidak dapat mengubah hati.”

Kita tidak boleh membuang moralitas, tetapi kita perlu mengerti hal itu secara benar. Moralitas adalah sebuah hasil dari kebenaran. Moralitas bukanlah penyebab kebenaran. Itu tidak pernah menjadi penyebab. Orang Kristen sejati pastilah orang bermoral. Dalam mencari kebenaran sejati, kita tidak perlu takut bahwa moralitas akan tertinggal. Adalah mungkin memiliki kebaikan luar saja, namun tidak pernah mungkin untuk memiliki kebaikan dalam saja. Ketika hati diubahkan, hasil yang tidak dapat dielakkan adalah perubahan tabiat. Kebenaran akan selalu membuatmu bermoral. “Jika kita tinggal di dalam Kristus, jika kasih TUHAN berdiam di dalam kita, perasaan-perasaan kita, pemikiran-pemikiran kita, niat-niat kita, tindakan-tindakan kita, akan selaras dengan kehendak Allah sebagaimana yang diungkapkan dalam ajaran-ajaran hukum-Nya yang suci.”—Steps to Christ, hal. 61.

TUHAN tidak menentang moralitas! Tetapi Dia mengamarkan kita untuk menentang moralitas sebagai pengganti kebenaran. Dia mengundang kita untuk menerima kebenaran Kristus yang secara bebas diberikan kepada semua orang yang datang kepada TUHAN melalui-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, July 27, 2005
Thesis 7 - KEBENARAN

KEBENARAN

Thesis 7

Perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita diselamatkan. Perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita dibinasakan.

Saudara A. T. Jones adalah salah seorang dari orang-orang yang memperjuangkan kebenaran hanya oleh iman di dalam Kristus saja selama masa tekanan tahun 1888 di dalam gereja kita. Dia secara terang-terangan adalah pembicara yang berapi-api dan seorang yang cukup individualis. Dalam semangatnya dia telah menekankan masalah ini terlalu keras, dan TUHAN mengirimkan sebuah nasehat kepadanya. Nasehat itu ditemukan dalam Selected Messages, jilid 1, di awal halaman 377.

Saudara Jones telah beberapa kali menyatakan bahwa perbuatan baik tidak ada nilainya, tidak seorangpun berada dalam kondisi menuju keselamatan. Ellen White mengatakan kepadanya, “Saya tahu apa yang engkau maksudkan, tetapi engkau meninggalkan kesan yang salah pada pikiran banyak orang. Sementara perbuatan-perbuatan baik tidak akan menyelamatkan satu jiwapun, namun adalah mustahil untuk menyelamatkan bahkan satu jiwapun tanpa perbuatan-perbuatan baik.”—Hal. 337. Dan hanya pada beberapa halaman berikutnya kemudian pada buku yang sama, halaman 388, dia berkata, “Perbuatan-perbuatan tidak akan membeli izin masuk ke dalam surga.”

Lalu dimana saudara Jones terlalu keras menekankan permasalahannya? Apa perbedaan antara mengatakan bahwa perbuatan baik tidak ada nilainya dan mengatakan bahwa perbuatan baik tidak akan menyelamatkan satu orangpun ke surga, atau membayar izin masuk ke dalam surga?

Beberapa orang lompat kepada kesimpulan bahwa jika perbuatan-perbuatan baik tidak menyelamatkan kita, tentu perbuatan-perbuatan baik bukanlah sesuatu yang penting. Dan jika perbuatan-perbuatan jahat kita tidak menyebabkan kita binasa, maka berbuat jahat sudah pasti tidak apa-apa. Namun satu kata kunci mencegah kesalahmengertian ini. Dalam membicarakan tentang hubungan perbuatan-perbuatan baik kita dan perbuatan-perbuatan jahat kita dalam menyebabkan kita diselamatkan atau dibinasakan, jangan melewatkan kata menyebabkan.

Kita tidak sedang membicarakan pentingnya perbuatan-perbuatan baik. Kita tidak sedang membicarakan tujuan perbuatan-perbuatan baik. Kita sedang membicarakan tentang metode keselamatan. Dan bila dihubungkan dengan keselamatan, maka perbuatan-perbuatan baik bukanlah penyebab. Perbuatan-perbuatan baik adalah hasil.

Apa yang menyebabkan kita diselamatkan? Kita tahu bukan perbuatan-perbuatan baik kita. Roma 3:20 berkata, “Sebab tidak seorangpun yang bisa dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Yesus adalah Orang yang menyelamatkan kita, dan kita selamat oleh menerima Dia. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Kisah 4:12.

Pusat perhatian kita tidak boleh pada perbuatan-perbuatan kita, apakah perbuatan itu baik atau jahat. Dalam mencari keselamatan, kita harus berpusat pada Yesus, dan oleh memandang Dia kita diubahkan ke dalam rupa-Nya. Setiap kali kita melihat kepada diri kita, maka kita pasti akan gagal. Selain kita melihat keberdosaan kita dan menjadi lemah, atau kita akan melihat perbuatan-perbuatan baik kita dan menjadi sombong. Kemanapun kita melangkan dalam cara itu, tetap saja menemukan jalan buntu. Hanya oleh memandang kepada Yesus kita bisa selamat.

Paulus sangat bersemangat pada persoalan keselamatan oleh iman di dalam Kristus saja. Tetapi dia tidak menentang perbuatan-perbuatan baik. Dia telah menjadi orang yang paling baik di daerahnya. Dia membicarakan tentang hal itu dalam Filipi 3:4 dan berkata, “Jika ada orang menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi.” Namun pada akhirnya dia menganggap semua itu sebagai kerugian ketika dibandingkan dengan kebenaran Kristus. “Dihakimi oleh hukum Torat yang digunakan manusia untuk menyatakan kehidupan luarnya, dia dinyatakan tidak berdosa; tetapi ketika dia memandang kepada kedalaman ajaran-ajarannya yang suci, dan melihat dirinya sebagaimana Allah melihat dia, dia sujud di dalam kehinaan dan mengakui kesalahannya.”—Steps to Christ, hal. 29,30.

Suatu waktu saya sedang mendiskusikan thesis ini dengan sekelompok pendeta. Ketika kami berbincang tentang separuh bagian pertama, yang menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita diselamatkan, semua setuju. Tetapi ketika kami tiba pada separuh bagian kedua, bahwa perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita dibinasakan, beberapa dari mereka mulai gelisah.

Tetapi izinkanlah saya bertanya kepadamu, jika bagian pertama benar, bukankah bagian kedua juga benar? Bukankah kedua bagian mengemukakan kebenaran yang sama? Keselamatan kita berdasar kepada penerimaan yang terus-menerus kepada Yesus dan pengorbanan-Nya bagi kita, melalui hubungan setiap hari bersama Dia. Hal itu tidak didasarkan pada tingkau laku. Keselamatan lebih dalam dari pada tingkah laku. Dan begitu juga dengan kehilangan keselamatan! Tingkah laku bukanlah garis pemisah yang menentukan nasib kekal seseorang.

Jika engkau akhirnya diselamatkan, itu karena engkau telah berhubungan dengan Yesus sebagai Juruselamatmu. Perbuatan-perbuatan baik dengan tidak diragukan lagi akan muncul, tetapi hal itu bukanlah penyebab keselamatanmu. Dalam cara yang sama, jika engkau binasa pada akhirnya, itu karena engkau meninggalkan Yesus yang sedang mengetuk dengan sia-sia di luar pintu hatimu. Perbuatan-perbuatan jahat bisa muncul, tetapi itu adalah hasil, bukan penyebab. TUHAN tidak menghakimi melalui tindakan-tindakan luar, tetapi oleh hati. Masalah hati adalah masalah kehidupan. Baca 1 Samuel 16:7; Amsal 4:23.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, July 26, 2005
Thesis 8 - DOSA

DOSA

Thesis 8

Setiap orang dilahirkan penuh dosa (atau berpusat pada diri) karena setiap orang dilahirkan terpisah dari Allah

Sebagai manusia, kita memiliki sedikitnya dua persamaan. Pertama, kita telah dilahirkan. Kedua, kita dilahirkan penuh dosa. Masalah dosa kita berawal dari kelahiran, karena kita dilahirkan terpisah dari Allah.

Kadang kala orang merasa sulit menerima kebenaran ini. Mereka melihat pada seorang bayi yang baru lahir dan berkata, “Bagaimana mahluk yang begini mungil, tidak berdaya, bisa penuh dosa?” Tetapi beberapa orang merasa sulit menerima kenyataan bahwa seorang bayi yang baru lahir sepenuhnya mementingkan diri! Tidak peduli betapa lelahnya sang ibu atau sang ayah yang harus bekerja besok. Jika seorang bayi ingin diberi makan atau dibersihkan atau diajak bermain, dia selalu punya cara untuk agar diperhatikan. Seorang bayi sepenuhnya berpusat pada diri.

Dilahirkan ke dunia ini adalah pengalaman tragis! “Warisan untuk anak-anak adalah dosa. Dosa telah memisahkan mereka dari Allah.”—Child Guidance, hal. 475. Karena dosa Adam, keturunannya dilahirkan dengan membawa kecenderungan ketidakmenurutan. Baca komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, Vol. 5, hal. 1128.

Pada tujuh thesis pertama kita telah belajar tentang kebenaran. Karena lawan dari kebenaran adalah dosa, kelihatannya cukup masuk akal bila kita menjadikannya pokok pembahasan berikutnya. Pengertian yang jelas tentang kebenaran dan dosa adalah penting bagi setiap pelajaran keselamatan oleh iman. Bagaimana engkau menangani kedua topik ini dapat menjadi retakan kecil yang akan menganga menjadi jurang nantinya.

Pelajaran kita tentang kebenaran sejauh ini mungkin dapat dirangkumkan dengan mengatakan bahwa kebenaran datang melalui hubungan Yesus, hal itu tidak didasarkan pada tingkah laku. Jika itu benar, maka kita juga harus mendefinisikan dosa sebagai sesuatu yang lebih dari pada sekedar tingkah laku. Kita penuh dosa oleh kelahiran. Kita pada dasarnya penuh dosa. Sifat dasar kita adalah jahat; perbuatan-perbuatan jahat kita hanyalah hasil dari sifat dasar kita.

Paulus berkata dalam Efesus 2:3, “Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai.” Mazmur 58:4, “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah tersesat.” Dan bila engkau merasa ragu siapakah yang termasuk di antara “orang fasik”, ingatlah Roma 3:10, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”

Alkisah, Seekor kalajengking ingin menyeberangi sebuah sungai. Dia bertemu dengan katak di tepi sungai dan meminta agar diizinkan untuk naik ke punggung katak.

“Oh tidak,” jawab sang katak. “Jika aku mengizinkan engkau merangkak ke punggungku, engkau akan menyengatku dan aku akan mati.”

“Mengapa aku harus melakukan itu?” tanya kalajengking. “Jika aku menyengatmu dan engkau mati, maka kita berdua akan tenggelam, dan aku tidak akan berhasil menyeberangi sungai.”

Pendapat kalajengking masuk akal bagi katak, maka dia mengizinkan kalajengking naik ke punggungnya dan diapun mulai berenang.

Sekitar separuh perjalanan menuju ke seberang, kalajengking menyengat sang katak. Saat katak dalam keadaan sekarat dia berkata, “Mengapa engkau melakukan itu? Sekarang kita berdua akan mati!”

Kalajengking menjawab dengan sedih, “Aku tahu, tapi aku tidak mampu menahannya. Itu adalah sifat alamiahku.”

Ini adalah dilema umat manusia. Sifat dasar kita adalah kemerosotan. Kita tidak bisa menolong diri kita. Bahkan walaupun kita menyadari bahwa kita sedang menghancurkan diri kita, kita menemukan bahwa kita tidak berdaya untuk berhenti berbuat dosa, karena sifat dasar kita adalah kejahatan. “Akibat dari memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat dinyatakan di dalam pengalaman setiap manusia. Dalam sifat dasarnya ada kecenderungan berbuat jahat, sebuah kekuatan, bila tanpa bantuan, tidak dapat dilawannya.”—Education, hal. 29. Karena dosa Adam, “sifat alamiah kita telah jatuh, dan kita tidak dapat membuat diri kita benar.”—Steps to Christ, hal. 62.

Karena masalah dosa lebih dalam dari pada sekedar berbuat hal-hal yang salah, karena sifat alamiah kita penuh dosa dari sejak kita dilahirkan ke dunia yang berdosa ini, maka jawaban untuk masalah dosa harus lebih dalam dari pada sekedar tingkah laku. TUHAN menawarkan untuk mulai dari awal lagi. Dia menawarkan kita kelahiran baru, bersama dengan sifat alamiah baru.

Yesus menjelaskan kepada Nikodemus dalam khotbah tengah malam-Nya kepada satu-satunya pendengar bahwa kecuali dilahirkan kembali, kita tidak memiliki pengharapan untuk melihat kerajaan surga. Kelahiran pertama tidak berguna bagi kehidupan kekal—sebuah kelahiran kedua harus mengikutinya. Kabar baik tentang keselamatan adalah bahwa karena Yesus kita dapat menerima sifat alamiah baru, dan oleh memberikan sifat alamiahnya yang suci, kita dapat melepaskan diri dari kejahatan dunia yang penuh dosa dimana kita dilahirkan ini.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, July 25, 2005
Thesis 9 - DOSA

DOSA

Thesis 9

TUHAN tidak menuntut pertanggungjawaban kita karena dilahirkan penuh dosa.

Suatu hari di California Selatan, seorang petugas lalu lintas jalan raya memerintahkan saya untuk menepi di sisi jalan. Proyek pelebaran jalan yang sedang dikerjakan, menjadi penyebab kesulitan itu. Saya telah mengemudi di jalur yang salah, namun tidak menyadari bahwa itu adalah jalur yang salah, karena garis marka jalan ditutupi lumpur yang diakibatkan proyek itu. Walaupun saya tahu peraturan tentang mengemudi pada jalurku, saya tidak menyadari bahwa saya telah melanggar peraturan pada saat itu.

Petugas yang menilang saya berpendapat bahwa ketidaktahuan itu tidak dapat dimaafkan. Tetapi menurut saya hal itu merupakan alasan yang sangat baik! Maka dari pada membayar denda, saya pergi ke pengadilan untuk membela perkara saya. Untungnya, hakim melihat masalahnya sama seperti saya dan membatalkan tuntutan.

Apakah menurutmu hakim itu yang benar, atau petugas lalu lintas itu? Apakah engkau pikir ketidaktahuan dari pelanggaran adalah alasan yang sah, atau tidak? Bagaimana TUHAN melihat ketidaktahuan kita, dalam istilah tetap menuntut pertanggungjawaban kita atas pelanggaran hukum-Nya?

Kita dapat mempelajari beberapa ayat-ayat Alkitab untuk menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Yehezkiel 18:20 berkata, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.” Dalam Yohanes 15:22, Yesus berkata, “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!” Kembali dalam Yohanes 9:41, Yesus berkata, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.”

Pernahkah engkau bertanya-tanya mengapa perlu begitu lama sebelum Yerusalem dimusnahkan setelah Yesus datang dan berbicara kepada bangsa Yahudi, meninggalkan mereka tanpa dalih? Mengapa api tidak turun dari surga pada pagi setelah kebangkitan dan memusnahkan orang-orang yang telah membunuh Anak Allah?

Buku The Great Controversy memberikan dua alasan: Pertama, tidak semua orang telah mendengar, bahkan orang-orang dewasapun. Kedua, anak-anak. “Masih banyak diantara bangsa Yahudi yang belum mengetahui tabiat dan pekerjaan Kristus. Dan anak-anak belum menikmati kesempatan atau menerima terang yang ditolak oleh orang tua mereka. Melalui khotbah para rasul dan teman-teman sejawat mereka, TUHAN akan memancarkan terang itu ke atas mereka; mereka akan diizinkan untuk melihat bagaimana nubuatan telah digenapi, tidak hanya dalam kelahiran dan kehidupan Kristus, tetapi di dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Anak-anak tidak memikul dosa orang tua mereka; tetapi ketika, dengan pengetahuan dari seluruh terang yang telah diberikan kepada orang tua mereka, anak-anak menolak terang tambahan yang telah dikaruniakan kepada diri mereka, mereka menjadi ikut ambil bagian dalam dosa-dosa orang tua mereka, dan memenuhi ukuran kesalahan mereka.”—Hal. 27, 28.

Bukankah kabar baik bahwa Sang Hakim seluruh alam semesta menerima ketidaktahuan kita akan hukum-Nya sebagai pertimbangan sebelum mengumumkan hukuman ke atas kita? Walaupun kita penuh dosa sejak dilahirkan, Dia tidak menuntut pertanggungjawaban kita karena kondisi kita hingga kita memiliki terang yang cukup dan kesempatan untuk bertobat.

Sedikitnya kita mempunyai tiga masalah dengan dosa dalam dunia ini. Pertama adalah masalah sifat alamiah penuh dosa di dalam mana kita dilahirkan. Kedua adalah masalah catatan sejarah kita yang penuh dosa, dosa-dosa masa lalu yang telah kita lakukan. Ketiga adalah masalah dosa-dosa yang kita lakukan pada masa sekarang. Kadang kala orang-orang berpikir jika kita berhenti berbuat dosa pada masa sekarang, dan tidak pernah berbuat dosa atau jatuh atau gagal lagi, maka kita tidak lagi memerlukan Yesus. Tetapi selama kita hidup di bumi ini, kita masih membutuhkan karunia pembenaran-Nya untuk menutupi dosa-dosa masa lalu kita dan kondisi alamiah kita yang penuh dosa.

Pada pihak lain, beberapa orang percaya bahwa sesuatu perlu dilakukan untuk menebus sifat alamiah kita yang penuh dosa dan percaya bahwa kita berdosa sejak lahir, maka mereka memutuskan perlunya baptisan bayi untuk mengatasi masalah itu. Augustine mengajarkan apa yang kadang kala disebut doktrin asal mula dosa, walaupun hal itu lebih tepat disebut “asal mula kesalahan.” Dia percaya dalam kondisi yang penuh dosa dari kelahiran manusia—dan dia juga percaya bahwa kita harus bertanggungjawab atas kondisi itu.

Tetapi TUHAN tidak pernah menuntut kita bertanggungjawab atas dosa kita—apakah itu kondisi alamiah yang penuh dosa atau dosa di masa lalu atau masa sekarang—hingga kita mengerti dua hal: Pertama, itu adalah dosa, dan kedua, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya. Hanya dengan itulah tuntutan pertanggungjawaban dimulai.

Pekerjaan TUHAN bukanlah mencoba untuk mengetahui berapa banyak kira-kira orang yang dapat dihalangi-Nya masuk ke surga. Tetapi, karena kasih-Nya yang besar, Dia melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan Kasih Allah untuk menjangkau setiap orang agar dapat berada di sana. Penyelesaian kondisi alamiah yang penuh dosa, dosa masa lalu, dosa masa sekarang, diberikan melalui kasih karunia-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, July 24, 2005
Thesis 10 - DOSA

DOSA

Thesis 10

Kita tidak berdosa karena melakukan dosa. Kita melakukan dosa karena kita orang berdosa.

Sekelompok mahasiswa kedokteran sedang mempelajari sebuah mayat untuk tugas kuliah mereka. Mereka berkumpul di ruangan di mana mayat itu tergeletak dan mendiskusikan masalah yang ada di hadapan mereka.

“Dia terlihat sangat pucat,” kata mahasiswa pertama.
“Dan dia hanya terbaring di sini, tidak melakukan apa-apa,” tambah mahasiswa kedua.
“Saya cukup yakin bahwa dia tidak pernah cukup gerak badan agar tetap sehat,” kata mahasiswa ketiga.
“Saya pikir tujuan kita yang pertama adalah untuk membangunkan dia dan membuatnya bergerak, untuk menolong agar sirkulasinya dapat berjalan,” mahasiswa keempat membuat kesimpulan. Maka mereka mulai berusaha meyakinkan sang mayat agar mulai bergerak, tetapi mayat tersebut hanya diam di atas meja, dingin dan tanpa suara, tidak peduli apapun yang mereka katakan atau lakukan.

Ya, ini adalah sebuah perumpamaan! Engkau pasti telah menebaknya! Tetapi menggunakan hal ini merupakan persamaan yang mengerikan, marilah kita menggantikan Thesis 10: “Mayat tidak mati karena terbaring di meja. Mayat terbaring di meja karena mati.” Sifat-sifat yang dimiliki mayat muncul sebagai hasil karena menjadi mati—itu bukan penyebab kematian.

Secara rohani, kita dilahirkan dalam keadaan mati. Paulus berbicara dalam Efesus 2:1 tentang “mati karena pelanggaran dan dosa-dosa.” Perbuatan-perbuatan dosa yang dilakukan orang berdosa hanyalah hasil dari kondisi itu, bukan penyebab.

Saya tidak sedang mencoba mengatakan bahwa melakukan dosa tidak berdosa! Tetapi saya berkata bahwa melakukan dosa bukanlah penyebab yang membuat kita berdosa. Jika engkau menghentikan sebuah perbuatan-perbuatan dosa sekarang, apakah itu akan membuatmu benar? Tidak, itu hanya akan membuatmu berkelakuan baik.

The Desire of Ages, hal. 21, berkata, “Dosa berawal dari mementingkan diri.” Pikirkanlah hal itu selama beberapa menit. Lusifer adalah yang paling dihormati di antara malaikat-malaikat di surga. Dialah yang tertinggi di antara segala mahluk ciptaan. Namun, dari pada tetap mementingkan TUHAN, dari pada tetap menyembah Dia, dari pada tetap menjadikan kemuliaan dan kehormatan TUHAN sebagai tujuan tertinggi, Lusifer mulai mencari kemuliaannya sendiri. Dosa tidak mulai dengan Lusifer mencuri buah dari pohon kehidupan. Dosa dimulai dari mementingkan diri dan memuliakan ciptaan dari pada Sang Pencipta.

Adalah hukum alam bahwa tidak mungkin memuliakan TUHAN dan memuliakan diri pada waktu yang bersamaan. Malaikat pertama dari tiga malaikat dalam Wahyu 14 datang dengan pekabaran kepada segala bangsa, kaum, bahasa dan orang-orang, “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia.”—ayat 7. Pekerjaan injil tidak memiliki ruang untuk kemuliaan manusia. Pembenaran oleh iman “adalah pekerjaan TUHAN yang meletakkan kemuliaan manusia di dalam debu, dan melakukan untuk manusia apa yang tidak mampu dilakukan manusia untuk dirinya sendiri.”—Testimonies to Ministers, hal.456. Penyembahan diri kita dari pada TUHAN adalah penyebab dari semua dosa yang mengikutinya.

Seorang yang berkemauan keras mungkin mampu menguasai tingkah lakunya. Tetapi bahkan orang terkuatpun tidak mampu mengubah kondisinya yang penuh dosa. “Adalah mustahil bagi kita, dengan kekuatan diri sendiri, untuk melepaskan diri dari lubang dosa dimana kita sedang tenggelam. Hati kita adalah jahat, dan kita tidak dapat mengubahnya.”—Steps to Christ, hal. 18.

Segala perubahan luar yang kita capai, terpisah dari Kristus, hanyalah hasil dari kemuliaan diri kita yang muncul ke atas, dan kemuliaan TUHAN yang turun ke debu. Dan kita berakhir lebih jauh dari sebelumnya dari kehidupan yang Kristus tawarkan melalui hubungan dan persekutuan dengan Dia.

Sebuah mayat dapat dibersihkan dan dirapikan dan didandani dengan pakaian terbaik. Mayat itu mungkin tidak merasa bersalah karena telah melakukan suatu perbuatan salah. Mayat itu bahkan dapat dibawa ke gereja. Tetapi mayat tetaplah mayat! Hanya hidup baru dari dalam, yang diberikan TUHAN, yang dapat mengubahkan kematian menjadi kehidupan. Hidup baru itu diterima melalui hubungan dengan Dia. “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Roma 8:2.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, July 23, 2005
Thesis 11 - DOSA

DOSA

Thesis 11

Dosa(tunggal)—hidup terpisah dari Allah, menghasilkan dosa-dosa(jamak)—melakukan hal-hal yang salah.

Ada perbedaan antara dosa tunggal, menghidupkan hidup yang terpisah dari Allah, dan dosa jamak, melakukan hal-hal yang salah. Hidup yang terpisah dari Allah adalah dasar dari dosa; perbuatan-perbuatan jahat yang sering kita sebut dosa hanyalah hasil dari kondisi kita yang penuh dosa.

Kadang kala kita memikirkannya secara terbalik. Kita berpikir bahwa perbuatan jahat kitalah yang memisahkan kita dari Allah. Tetapi yang benar adalah keterpisahan dari Allah-lah yang menuntun kita kepada perbuatan-perbuatan jahat. Dosa tunggal menuntun kepada dosa jamak.

Mari kita lihat Salomo. Dia memulai pemerintahannya dengan hati yang sepenuhnya menghadap kepada TUHAN. Tetapi sebagaimana tahun-tahun berlalu, sebuah perubahan terjadi. “Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.” I Raja-raja 11:4.

Apa yang terjadi dengan Salomo? Apakah dia mulai melakukan perbuatan-perbuatan jahat, dan tetap melakukan perbuatan-perbuatan jahat, hingga hatinya tidak lagi sempurna terhadap TUHAN? Tidak, yang terjadi justru urutan sebaliknya. Engkau akan menemukan gambaran kejatuhannya di dalam Ellen G. White Comments, S.D.A. Bible Commentary, vol. 2, hal. 1031: “Semua dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat Salomo dapat diikuti dari kesalahan terbesarnya dengan berhenti bergantung kepada Allah untuk mendapatkan kebijaksanaan, dan berjalan di dalam kerendahan hati di hadapan-Nya.”

Hal yang sama terjadi kepada Hawa. Beberapa orang berpikir bahwa ia jatuh karena dia memakan buah larangan itu—pada hal yang sebenarnya adalah dia memakan buah larangan itu karena dia telah jatuh. Pada beberapa saat sebelum dia meraih dan mengambil buah itu, dia telah berada pada posisi tidak mempercayai Allah dan bergantung kepada dirinya sendiri. Tindakan yang mengikuti hal itu hanyalah hasil dari kondisi itu.

Mungkin butuh waktu bagi seseorang yang hidup terpisah dari Allah melakukan dosa yang terbuka. Butuh waktu bagi Salomo. Membutuhkan waktu juga bagi seseorang yang mencari TUHAN dan sebuah hubungan dengan-Nya untuk mengalami kemenangan yang tidak terkalahkan. Adalah mungkin untuk mencari TUHAN dan masih bertumbuh di dalam hal tingkah laku. Tetapi pada akhirnya, kondisi dari hati yang selalu condong kepada Allah adalah faktor penentu bagi kehidupan luar (yang dapat dilihat mata) sebagaimana dengan kehidupan di dalam (hati/pikiran).

“Jika dosa (hidup terpisah dari Allah) adalah menjadi penyebab dosa-dosa (melakukan perbuatan-perbuatan jahat), maka dari manakah dosa itu datang ketika kita mencari sebuah hubungan dengan TUHAN hari demi hari?”

The Desire of Ages, hal. 668, menjawab pertanyaan itu dalam satu kalimat: “Ketika kita mengenal TUHAN sebagaimana hal itu merupakan kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya, kehidupan kita akan menjadi sebuah kehidupan penurutan yang terus menerus.”

Walaupun ketika kita berusaha TUHAN hari demi hari, kita mungkin belum mengenal Dia seperti hal itu merupakan kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya. Maka mungkin saja ada saat-saat ketika kita mengalihkan pandangan kita dari pada-Nya sejenak. Ada kalanya ketika kita berhenti bergantung pada-Nya dan kemudian kembali bergantung kepada diri kita sendiri. Dan ketika kita melakukan hal itu, kita akan gagal. Tetapi saat kita terus menerus berusaha mengenal Dia, Dia akan menuntun kita kepada titik mempercayai Dia sepanjang waktu, sehingga tingkah laku kitapun akan menjadi benar juga.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, July 22, 2005
Thesis 12 - DOSA

DOSA

Thesis 12

Siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa.

Jika masalah dosa yang sebenarnya terletak dalam ruang lingkup hubungan, dari pada tingkah laku, maka siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa. Bahkan, “perbuatan baik” sekalipun yang dilakukan terpisah dari sebuah hubungan dengan Allah adalah dosa. “Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” Roma 14:23. Dan ketika Yesus menggambarkan pekerjaan Roh Kudus kepada orang berdosa, Dia berkata, “Akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku.” Yohanes 16:9. Saat kita bergumul dengan kebenaran ini, marilah kita memikirkan tentang halaman rumput sang janda.

Seandainya seorang janda hidup di seberang jalan depan rumahku, dan setiap hari Minggu siang saya memangkas halaman rumputnya. Apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk? Itu mungkin perbuatan baik sejauh yang dilihat tetanggaku. Tetapi bagaimana dengan hatiku sendiri? Thesis ini akan tetap mengatakan bahwa bahkan memangkas halaman rumput seorang jandapun akan menjadi dosa jika saya hidup terpisah dari Allah.

Seorang Atheis bisa saja memutuskan untuk memangkas rumput tetangganya. Apakah hal itu akan membuatnya menjadi seorang Kristen? Seorang yang sekedar menjadi anggota gereja, yang tidak akan berpikir untuk melakukan perbuatan yang salah, tetapi dia juga tidak memiliki waktu pribadi untuk berdoa, belajar firman TUHAN dan berhubungan erat dengan TUHAN setiap hari, bisa saja memangkas rumput sang janda itu. Tetapi jika tindakan itu dilakukan terpisah dari sebuah hubungan yang vital dengan Allah, hati adalah jahat, dan berarti tindakan itu menjadi dosa untuknya juga.

Contohnya, saya bisa saja memangkas halaman rumput sang janda karena saya ingin tetangga saya melihat bahwa saya adalah orang yang baik. Saya bisa saja memangkas rumput sang janda karena saya sedang berusaha menebus dosa-dosa saya di masa lalu. Saya bisa saja memangkas halaman rumput sang janda karena saya mendengar bahwa dia memiliki harta yang banyak, dan saya berharap dia akan mengingat saya saat menuliskan surat wasiatnya. Terpisah dari Allah, motifasi saya akan mementingkan diri, dan tindakan yang saya tunjukkan, baik atau buruk secara luar, akan menjadi dosa.

Adalah mungkin bagi penampilan luar yang menyenangkan untuk menyelubungi dosa yang paling buruk. Selama berabad-abad, alam semesta telah ditakjubkan karena sering kali orang yang paling lemah dan bimbang berada paling dekat dengan Allah, sementara orang yang paling kuat dan berkelakuan terbaik menolak Dia sepenuhnya.

Di antara murid-murid, seorang yang kelihatannya paling banyak dipilih untuk sukses berbalik menjadi seorang yang mengkhianati Yesus. Para pemimpin agama pada zaman-Nya menolak Dia dan menyalibkan-Nya, sementara rakyat jelata, wanita tuna susila, dan para pencuri menjadi pengikut setia-Nya. “Penggoda itu sering kali paling sukses bekerja melalui orang-orang yang paling tidak dicurigai berada di bawah kendalinya…. Banyak orang yang berpendidikan dan berkelakuan baik, yang tidak akan mau tunduk kepada apa yang biasanya disebut tindakan tidak bermoral, adalah alat yang berkilauan di tangan Setan.”—The Great Controversy, hal. 509. Dan Steps to Christ, hal. 58, mengatakan kepada kita, “Cinta akan pengaruh dan hasrat untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain bisa menghasilkan sebuah hidup yang teratur dan tertib. Kehormatan diri bisa menuntun kita menghindari penampilan yang jahat. Hati yang mementingkan diri dapat mempertunjukkan tindakan yang berkemurahan.”

Jika hati penuh dosa, sebuah hidup yang baik dan tertibpun dapat menjadi penipuan yang lebih besar. Mana yang lebih berbahaya: sebuah botol berwarna coklat tua di tempat sampah, dengan tengkorak dan tulang bersilang digambar pada botol tersebut, dan di dalamnya terdapat racun? Atau sebuah botol di dalam lemari es dan diberi merek “7Up” dengan racun di dalamnya?

Apakah engkau hidup dalam dosa hari ini? Hanya sedikit perbedaannya apakah engkau orang yang lemah dan bimbang atau apakah engkau seorang Farisi di antara para Farisi, seperti Paulus sebelum dia bertemu Yesus di jalan menuju Damaskus. Cara untuk bebas dari dosa—apakah dosa itu ditunjukkan dalam perbuatan “baik” atau perbuatan “buruk”—adalah datang kepada Yesus untuk keselamatan, dan tetap datang kepada-Nya. Hanya Yesus yang dapat membawa kita dari dosa kepada kebenaran.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, July 21, 2005
Thesis 13 - IMAN

IMAN

Thesis 13

Defenisi terbaik untuk iman adalah percaya (trust).
Percaya (trust) adalah bergantung kepada yang lain.

Mungkin engkau pernah mendengar cerita tentang pemain akrobat yang berjalan di atas tali yang menyeberangi air terjun Niagara. Setelah dia mempesona penonton dengan keberaniannya, dia bertanya, “Berapa banyak dari kalian yang percaya (believe) saya dapat menyeberangi tali ini lagi, kali ini mendorong gerobak tangan dengan seseorang naik di atasnya?”

Penonton bertepuk tangan. Mereka merasa yakin dia dapat melakukannya. Namun kemudian dia bertanya, “Siapa yang mau menjadi sukarelawan untuk menaiki gerobak tangan ini?”

Semuanya terdiam. Para penonton baru saja diingatkan akan perbedaan vital antara kepercayaan (belief) dan kepercayaan (trust)! Adalah satu hal mempercayai bahwa gerobak tangan itu akan berhasil dengan selamat menyeberangi tali. Namun adalah hal lain pula untuk menempatkan dirimu dalam bahaya.

Jakobus 2:19 menggambarkan perbedaan yang sama ini: “Engkau percaya (believe) bahwa ada hanya satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Untuk memiliki iman yang menyelamatkan, engkau membutuhkan lebih dari sekedar persetujuan mental. Bahkan setan-setanpun memilikinya, dan hasilnya mereka gemetar. Setan-setan percaya (believe)—namun mereka tidak percaya (trust). Dan itulah perbedaan pentingnya.

Tiga kata menggambarkan ketergantungan hubungan orang Kristen kepada Allah: iman, percaya (believe), dan percaya (trust). Dalam penggunaan moderen, percaya (believe) sering hanya menunjukkan pemikiran dari sikap mental. Iman kadang kala dicampuradukkan dengan pemikiran positif (positive thinking). Tetapi kata percaya (trust) mungkin datang dari gambaran terdekat Alkitab tentang ketergantungan kepada Allah. Dimanapun engkau menemukan kata percaya (believe) atau iman di Alkitab, engkau dapat menggantikannya dengan kata percaya (trust), dan mungkin memahami sebuah dimensi baru terhadap kata yang biasa tersebut. Contohnya, “Percayalah (believe) kepada TUHAN Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kisah 16:31), akan dibaca, “Percayalah (trust) kepada TUHAN Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”

Selected Messages, jilid 1, hal. 398, berkata, “Iman tidak hanya terdiri dari percaya (believe) saja, tetapi juga percaya (trust).” Dan Education, hal. 253: “Iman adalah bergantung (trusting) kepada TUHAN.”

Iman adalah bergantung kepada Yang Lain. Ini mungkin adalah kata yang terdekat untuk kata menyerah yang ditemukan di dalam Alkitab, karena kata itu membawa pemikiran menyerahkan hidupmu di dalam pengendalian TUHAN.”

Orang-orang yang berpencapaian tinggi tidak menyukai ide ketergantungan ini. Dapat menjadi sesuatu yang menakutkan untuk memikirkan menempatkan dirimu di bawah kendali orang lain. Dapat menghancurkan kesombongan manusia dan rasa puas diri untuk mengizinkan orang lain menjadi penentu. Namun “tanpa iman tidak mungkin orang berkenaan kepada Allah.” (Ibrani 11:6)—atau, “tanpa percaya (trust) tidak mungkin berkenaan di hadapan-Nya.” Hanya ketika kita menyerahkan jalan dan kemauan diri, dan sepenuhnya percaya (trust) di dalam kuasa-Nya untuk diselamatkan, barulah TUHAN dapat memenuhi maksud-Nya di dalam hidup kita.

Seperti anak-anak yang membawa mainan rusak mereka
Dengan air mata, agar dapat perhatian
Aku membawa impianku yang hancur kepada TUHAN
Karena Dia adalah Sahabat-ku.

Namun kemudian, dari pada membiarkan-Nya
Bekerja sendiri, dalam damai
Aku tetap ada di dekat-Nya dan mencoba untuk membantu
Dengan caraku sendiri

Akhirnya aku merampas kembali impianku itu dan berseru,
“Mengapa Engkau begitu lambat bekerja?”
“Anakku,” kata-Nya, “Apa yang bisa Aku lakukan?
Engkau tidak pernah menyerahkannya.”

Iman yang sejati, atau percaya (trust), berserah. Hal itu bergantung sepenuhnya. Itu sangat rentan. Akal budi dan pengertian dan logika manusia hanya dapat melangkah sejauh yang dapat dibuktikan dan dilihat mata, dan kemudian kita harus melangkah ke dalam sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kecuali oleh pengalaman. Para sarjana theologia kadang kala menyebutkan kebenaran ini sebagai “lompatan iman”.

Tetapi percaya (trust) kepada TUHAN bukanlah sebuah lompatan di dalam kegelapan. Dia telah memberikan kita bukti-bukti yang cukup untuk menjadi dasar kepercayaan (trust) kita di dalam Dia.

Dalam Matius 15 kita menemukan cerita tentang seorang perempuan Kanaan. Dia datang mencari Yesus, telah berjalan sejauh 50 mil agar pencariannya dapat beroleh hasil. Untuk bertemu Dia yang sedang berjalan di jalan yang berdebu dari negerinya pastilah telah memberikannya kekuatan untuk percaya (believe). Tetapi ketika membawakan permohonannya kepada Yesus, Dia seolah-olah mengabaikannya. Perempuan itu tetap bertahan, dan Yesus kelihatan seperti menghina dia. Namun ada bukti yang cukup di penampilan-Nya dan tekanan suara-Nya, perilaku-Nya yang mendorong dia untuk mempercayai (trust) Dia lebih dalam dari penampilannya yang menjengkelkan, dan dia bertahan hingga imannya memberikan hasil. Jawabannya datang ketika dia tetap dan terus-menerus bergantung kepada-Nya.

Catatan penerjemah:
Believe adalah percaya yang hanya ditunjukkan dalam sikap mental saja. Hanya berbentuk pemikiran.
Trust adalah bentuk percaya yang lebih kuat dari believe. Trust tidak hanya dinyatakan dalam sikap mental atau pemikiran, tetapi juga dinyatakan dalam aksi. Trust adalah percaya yang diikuti penyerahan dan ketergantungan sepenuhnya kepada TUHAN.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, July 20, 2005
Thesis 14 - IMAN

IMAN

Thesis 14

Pengenalan akan Allah menghasilkan kepercayaan (trusting) kepada Allah. Jika engkau tidak mengenal Dia, engkau tidak akan percaya (trust) kepada-Nya. Jika engkau tidak percaya (trust) kepada-Nya, engkau tidak mengenal Dia.

Hanya ada dua hal yang perlu untuk mempercayai seseorang. Pertama, engkau harus menemukan orang yang layak dipercaya. Kedua, engkau harus mengenal dia. Kebalikannya juga benar. Untuk tidak mempercayai seseorang, yang perlu engkau lakukan adalah menemukan seseorang yang tidak layak dipercaya—dan kemudian mengenal dia.

Pada satu musim panas ketika saya berada di perguruan tinggi, saya bekerja di sebuah perbengkelan dan belajar untuk tidak mempercayai perbengkelan! Orang-orang yang menjadi teman kerjaku pada musim panas itu memiliki berbagai cara untuk mengeruk keuntungan dari pelanggan yang kurang berhati-hati. Mereka akan memuntir tali kipas sedemikian rupa hingga putus—kemudian akan membawanya ke pelanggan dan berkata, “Lihat, saya menemukan bahwa tali kipas mobil anda putus. Untung saya segera mengetahuinya, kan?” Kemudian mereka akan mengumpulkan komisi dari penjualan tali kipas yang baru. Mereka akan “mengganti” oli mobil yang satu dengan cara mengisinya dengan oli bekas yang diambil dari mobil yang lain dan menagih harga dua kali lipat untuk oli itu. Mereka tidak layak dipercaya, dan saya telah mengenali mereka. Sejak itu, saya selalu curiga kepada pekerja bengkel.

Suatu kali saya berhenti di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk mengisi bahan bakar. Seorang petugas SPBU datang ke jendela saya dan memegang tali kipas yang putus. Saya segera berkata, “Anda yang memutuskannya, anda yang harus menggantinya.”
Dia berlagak terkejut, “Apa maksud anda?”
Saya berkata, “Saya pernah bekerja di bengkel.”
“Oh.”
Dan dia mengganti tali kipas saya tanpa bayar.

Sekarang masih ada kemungkinan bahwa di suatu tempat di bumi ini masih ada seorang petugas bengkel yang jujur. Tetapi untuk bisa mempercayai mereka, saya harus mengenal mereka dengan baik. Sebuah hubungan yang biasa-biasa saja tidaklah cukup. Bukan hanya dia harus seseorang yang layak dipercaya, tetapi saya harus menyediakan waktu untuk dapat mengenalnya dengan cukup baik untuk dapat mempercayainya.

Alkitab berkata bahwa Allah layak dipercaya. Tetapi engkau tidak akan pernah sungguh-sungguh mempercayai Dia hingga engkau mengenal-Nya sendiri. Kita telah memperhatikan satu-baris dari The Desire of Ages, hal. 668, “Ketika kita mengenal Allah seperti hal itu adalah kehormatan bagi kita untuk mengenal Dia, kehidupan kita akan menjadi kehidupan dari penurutan yang terus menerus.” Tambahkan kepada baris itu sebuah baris dari Steps to Christ, hal. 61: “Penurutan adalah buah dari iman.” Jika engkau harus mengenal Allah untuk dapat menurut, dan jika penurutan datang dari iman, maka engkau harus mengenal Allah untuk dapat memiliki iman atau percaya kepada-Nya.

Kadang kala kita melupakan kebenaran ini, dan kita menjadi terlibat dalam berjuang melawan dosa dan kejahatan. Kita menemukan betapa sulitnya menurut, dan kita jatuh dan gagal berkali-kali. Adalah benar bahwa kita dipanggil untuk bertanding—tetapi adalah penting untuk terlibat dalam pertandingan yang benar. “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar,” kata 1 Timotius 6:12. Bagaimana kita bertanding dalam pertandingan iman yang benar? Dengan mengerahkan segenap usaha kita untuk dapat mengenal Allah sehingga kita mau mempercayai Dia.

Bagaimana kita dapat mengenal Allah? Caranya sama dengan kita mengenali orang lain. Untuk dapat mengenal seseorang, dibutuhkan tiga hal. Pertama, berbicara kepadanya. Kedua, dengarkan dia. Dan ketiga, pergi dan lakukan kegiatan bersama-sama. Itu adalah unsur-unsur komunikasi.

Kita berbicara kepada TUHAN melalui doa. Kita mendengarkan Dia berbicara kepada kita melalui Firman-Nya. Dan kita pergi dan melakukan banyak hal bersama-Nya dengan terlibat di dalam pelayanan orang Kristen, bersaksi dan mengadakan jangkauan keluar.

Kadang kala orang-orang tersandung pada pemikiran tentang memiliki hubungan dengan seseorang yang tidak dapat mereka lihat. Satu waktu seseorang datang kepada H.M.S. Richards dan berkata, “Saya tidak percaya kepada TUHAN.”
“Mengapa,” tanya Richards.
Orang itu menjawab, “Karena saya tidak dapat melihat Dia.”
Richards berkata, “Saya tidak percaya kamu punya otak.”
“Mengapa?”
“Karena saya tidak melihatnya.”

Kita mendapat keuntungan dari banyak hal yang tidak kita lihat. Kapankah engkau bisa melihat listrik? Kecuali engkau tinggal di California Selatan, engkau tidak akan bisa melihat udara yang engkau hembuskan! Kita tidak dapat melihat angin! Kita tidak dapat melihat jamur dan bakteri. Kita tidak dapat melihat hal yang misterius yang disebut “kehidupan.” Tetapi kita dapat melihat hasil-hasil dari semua hal di atas!

Walaupun kita tidak dapat melihat TUHAN atau mendengar suara-Nya dengan indera manusiawi kita, kita masih dapat melihat pekerjaan kuasa-Nya, dan dengan mendapat keuntungan dari kesempatan-kesempatan berkomunikasi yang telah Dia berikan kepada kita, kita dapat mengenal Dia. Pengenalan akan Dia-lah yang membuat kita belajar mengenal Dia, karena Dia layak mendapat kepercayaan kita.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, July 19, 2005
Thesis 15 - IMAN

IMAN

Thesis 15

Iman adalah buah Roh Kudus, bukan buah seseorang. Itu bukan sesuatu yang kita kerjakan atau usahakan.

Jika engkau tertarik untuk menghasilkan sesuatu dari buah apel menjadi zucchini, dari manakah engkau mulai? Pernahkah engkau bekerja di kebun buah-buahan? Tahukah engkau bagaimana hal itu dikerjakan? Tidaklah terlalu sulit untuk bisa mengetahui bahwa hal tertentu adalah “penyebab” dan hal yang lain adalah “hasil”. Dan jika engkau berharap untuk berhasil dalam mengusahakan kebun buahmu, tentu engkau tidak akan memusatkan usahamu pada hasilnya, bukan?

Betapa suatu berkat jika kita dapat membedakan antara penyebab dan hasil dengan jelas ketika kita memasuki pertumbuhan rohani. Berapa banyak dari kita yang telah membuang waktu bertahun-tahun dan usaha yang besar untuk mencoba menghasilkan hasil—mengusahakan hasil! Paulus membuat daftar buah yang terlihat di dalam kehidupan orang Kristen. Dan perhatikan bahwa hasil-hasil itu adalah buah Roh Kudus, bukan buah seseorang. “Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22,23.

Alkitab selalu menampilkan iman sebagai buah, atau karunia, atau hasil. Itu tidak pernah dihasilkan dari usaha kita. Roma 12:3 berkata bahwa TUHAN telah memberikan setiap orang ukuran iman. Roma 10:17 berkata bahwa iman datang dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman TUHAN. Iman selalu muncul sebagai sebuah hasil dari sesuatu yang lain. Engkau tidak bisa berusaha menghasilkannya. Engkau tidak bisa mengusahakan buah. Engkau tidak bisa mengusahakan karunia. Yang harus engkau usahakan adalah datang ke hadirat Sang Pemberi dan menerima karunia yang telah disediakan. “Tidak ada manusia yang dapat menciptakan iman. Roh bekerja ke atas dan menerangi pikiran manusia, menciptakan iman dalam TUHAN.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol.7, hal. 940.

Adalah mudah untuk mencampuradukkan iman dengan perasaan, dengan mencoba mengusahakan iman dengan mengusahakan perasaan. Kapankah engkau menemukan bahwa lebih mudah bagimu untuk percaya bahwa TUHAN akan menjawab doa-doamu? Apakah ketika engkau merasa bahwa Dia akan melakukannya? Atau ketika engkau merasa yakin bahwa Dia tidak akan melakukannya? Kapankah engkau lebih percaya kepada janji Allah untuk mengampuni dosa-dosa yang telah engkau akui kepada-Nya? Apakah ketika engkau merasa diampuni, atau ketika engkau merasa diabaikan? Apakah imanmu terlihat kuat ketika segala sesuatu berjalan lancar, atau ketika langit seakan runtuh di atas kepalamu dan engkau menghadapi pencobaan dan pergumulan?

Tetapi kita diberitahu bahwa, “perasaan bukanlah iman; itu adalah dua hal yang berbeda.”—Early Writings, hal. 72. Dan ini menjadi argument lain mengapa kita tidak pernah bisa mengusahakan iman kita. Adalah mungkin untuk mengusahakan perasaanmu. Engkau dapat mendengar musik yang tepat, engkau bisa terhanyut oleh kefasihan berkhotbah seseorang yang berusaha mencambuk semangatmu; engkau dapat dipengaruhi oleh nyala lampu dan semangat dari orang-orang yang ada di sekitarmu. Dengan mengendalikan sekumpulan orang dengan cara yang tepat, adalah mungkin untuk mengusahakan munculnya perasaan yang luar biasa. Tetapi ketika lampu itu padam dan orang-orang banyak itu pulang ke rumah masing-masing dan engkau tinggal sendiri, apa yang terjadi? Engkau dapat berakhir dengan perasaan yang lebih buruk dari sebelumnya. Pernahkah engkau mengalami kejadian ini? Jutaan orang di dunia kita saat ini hidup dari puncak emosi yang satu ke yang lain, menghabiskan kekuatan hidup mereka dalam pencarian yang membabibuta untuk mengangkat semangat mereka dan menolong mereka melupakan bahwa hal terakhir yang mereka usahakan tidak bertahan.

Sang musuh telah dengan begitu berhasil mengendalikan dunia pada dasar ini sehingga dia masih menggunakannya sebagai salah satu alat terbaiknya di dalam gereja. Ketika seseorang membuat keputusan untuk datang kepada Yesus untuk menemukan kebahagiaan kekal yang telah Dia tawarkan, sang musuh itu datang dan berkata, “Engkau ingin datang kepada Yesus? Sebaiknya engkau memperbaiki hidupmu dahulu agar Dia mau menerimamu.” Dia berhasil membuat orang itu berusaha pada hasil dan menghalangi dia datang kepada Yesus sementara dia mencoba dalam keputusasaan untuk menjadi benar dengan usahanya sendiri. Tetapi kemudian dia mendengar tentang kebenaran oleh iman. Hal itu kedengarannya bagus. Dan dia memutuskan untuk menerimanya, sang musuh datang dengan cara lain. Dia berkata, “Itu benar, kebenaran datang melalui iman. Jangan mengusahakan kebenaranmu; usahakanlah imanmu.” Dan hal itu juga hanya menjadi penghalang antara orang berdosa dan Juruselamat.

Yang benar adalah, engkau tidak mengusahakan kebenaranmu—ataupun imanmu. Keduanya adalah karunia. Keduanya adalah buah. Keduanya datang sebagai hasil dari pengenalanmu akan Yesus. Dan mengenal Yesus datang sebagai hasil dari menjalani waktu di dalam persekutuan dan persahabatan dan hubungan dengan Dia. Jika engkau mau datang kepada-Nya, Dia akan memberimu iman sejati yang engkau butuhkan. Kebenaran adalah yang kedua.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, July 18, 2005
Thesis 16 - IMAN

IMAN

Thesis 16

Pemikiran positif tidak menghasilkan iman sejati, tetapi iman akan menghasilkan pemikiran positif.

Huss dan Jerome adalah pahlawan-pahlawan dari masa Reformasi. Mereka bekerja di Bohemia, dan mereka bersaksi mendahului Martin Luther di Jerman. Tulisan-tulisan Wycliff mempengaruhi kedua orang ini. Tidak lama setelah John Huss mulai mengkhotbahkan injil dengan kuasa yang besar, Jerome, yang berada di Inggris, bergabung dengannya.

Pada saat khotbah-khotbah John Huss dikenal luas, dia diperintahkan ke Roma untuk memberikan pertanggungjawaban atas ajaran-ajarannya. Huss diberikan pengamanan, namun setelah sidangnya dia dijebloskan ke penjara. Dia menolak saat diberikan kesempatan untuk mengakui kesalahannya, dan sebelum minggu-minggu berlalu, dia dibakar di tiang pancang. Para penganiayanya menyebar abunya di sungai Rhine dan berharap dengan sia-sia bahwa mereka telah membungkam suaranya.

Ketika Jerome mendengar bahwa sahabatnya berada dalam bahaya, dia bergegas ke Roma, tidak menunggu untuk mendapat pengawalan yang telah terbukti tidak bermanfaat bagi John Huss. Pada saat tiba di Roma, dia, juga, dijebloskan ke penjara dan ditahan di sana selama berbulan-bulan. Keberaniannya gagal, dan dia menerima kesempatan untuk mengakui kesalahannya.

Kemudian dia menemukan sesuatu yang menakjubkan. Ada sesuatu yang lebih buruk dari pada dibakar di tiang pancang! Dan itu tidak akan dibakar di tiang pancang—yaitu hidup dalam penyesalan karena telah menyangkal TUHAN. Jerome menarik kembali pengakuan salahnya dan dia menyanyi ketika maut menjemputnya. Ketika petugas eksekusi melangkah dari belakangnya untuk menyalakan api, dia berseru, “Datanglah dari depan dengan berani; nyalakan api ini di depan wajahku. Kalau aku takut, aku tidak akan berada di sini.”

Kisah Huss dan Jerome telah banyak mengajarkan kita tentang iman sejati. Ada sebuah iman palsu yang saat ini sangat populer di dunia dan di gereja, yang bukan merupakan iman sama sekali tetapi adalah pemikiran positif. Itu akan menuntunmu untuk percaya bahwa iman terdiri hanya dari percaya bahwa apa yang engkau inginkan akan terjadi, bahwa jika engkau dapat menemukan apapun yang ada di Alkitab yang kelihatan seperti sebuah janji, engkau dapat menuntutnya bagi dirimu sendiri. Frank Sinatra menyanyi lagu “pemikiran positif” dalam lagunya “I Did It My Way.” Bahkan di dalam gereja kita sendiri, engkau dapat menemukan iman versi pemikiran positif ini, yang menyatakan, “Engkau dapat melakukannya.”

Tetapi Alkitab menyatakan bahwa tidak semua janji untukmu pada saat ini dan dalam keadaan-keadaan ini. Jika menuntut janji-janji adalah segala yang kita butuhkan untuk kelepasan, maka Huss dan Jerome membantahnya. Yesaya 43:2 mempunyai janji yang indah yang dapat mereka tuntut: “Apa bila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.” Tetapi Huss dan Jerome dibawa ke tiang pancang—bukan karena mereka kekurangan iman, tetapi karena iman mereka.

Iman masih mempercayai TUHAN bahkan ketika segalanya berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Adalah mudah untuk mempercayai TUHAN ketika hidup kita berjalan dengan mulus. Ujian iman sesungguhnya muncul ketika doa-doa kita sepertinya tidak dijawab. “TUHAN akan menjaga engkau tetap percaya di dalam kasih dan kemurahan-Nya di tengah-tengah awan dan kegelapan, sebagaimana juga di dalam terang sinar mentari.”—Testimonies, vol. 2, hal. 274.

Dalam kemanusiaan kita, kita tidak dapat menahan diri untuk lebih menyukai kisah Daniel di lubang singa dari pada kisah Yohanes Pembaptis. Kita menemukan betapa sulit untuk mengerti ketika kita membaca bahwa “dari semua karunia yang dapat surga limpahkan ke atas manusia, persekutuan dengan Kristus di dalam penderitaan-Nya adalah kepercayaan yang paling penting dan kehormatan tertinggi.”—The Ministry of Healing, hal. 478. Kita menyukai bagian pertama Ibrani 11, pasal tentang iman, tetapi kita memiliki kesulitan dengan bagian terakhirnya. Namun bagian terakhir itu tetap ada. Telahkah engkau membacanya akhir-akhir ini? Setelah kisah-kisah yang menggetarkan tentang kelepasan yang TUHAN berikan bagi umat-Nya di dalam berbagai krisis, cerita itu berlanjut membicarakan tentang “yang lain”. Jangan lupa yang lain! “Orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.” Ibrani 11:35-39.

Janji-janji rohani ini—untuk pengampunan dosa, untuk Roh Kudus, untuk kuasa melakukan pekerjaan-Nya—selalu tersedia. Tetapi janji untuk berkat-berkat sementara, bahkan untuk kehidupan itu sendiri, diberikan diberikan pada waktu tertentu dan ditahan pada waktu tertentu, sebagaimana pemeliharaan TUHAN mengetahui apa yang terbaik. Apakah engkau mau menjadi salah seorang dari “orang-orang lain” itu jika TUHAN memanggilmu untuk bergabung dengan mereka dalam ujian iman yang terdalam?

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, July 17, 2005
Thesis 17 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 17

Penyerahan adalah menyerahkan diri kita, bukan menyerahkan dosa-dosa kita. Menyerahkan dosa-dosa kita adalah hasil dari menyerahkan diri kita dan mencari TUHAN.

Pernahkah engkau membuat kebulatan tekad di tahun baru? Beberapa dari kita membuat kebulatan tekad tidak hanya pada saat tahun baru tetapi juga pada hari pertama setiap bulan, hari pertama setiap minggu, hari ulang tahun, awal tahun ajaran baru, dan pada saat kita pindah ke sebuah kota baru!

Kebenaran melalui kebulatan tekad. “Mulai sekarang, aku akan…” atau, “Mulai sekarang, aku tidak akan…” Pernahkah engkau melakukannya? Pernahkah engkau merasa difrustasikan karena menemukan bahwa semua itu tidak berhasil?

Kita membicarakan mengenai penyerahan pada beberapa thesis berikut, dan salah satu dari prinsip-prinsip dasar dari penyerahan adalah bahwa jika hal itu tidak memasukkan segalanya, itu bukanlah penyerahan sama sekali. Satu-satunya jalan kita dapat menyerahkan segalanya adalah dengan menyerahkan diri kita. Menyerahkan diri adalah dasar dari penyerahan.

Ketika kekuatan Negara-Negara Poros menyerah pada akhir Perang Dunia II, apa yang mereka serahkan? Apakah mereka menyerahkan hanya senjata-senjata dan amunisi mereka? Apakah mereka hanya menyerahkan tank-tank dan granat-granat mereka? Apakah mereka hanya menyerahkan seragam-seragam dan logistik mereka? Atau apakah mereka dituntut untuk menyerahkan diri mereka? Dan ketika mereka menyerahkan diri mereka, maka itu secara otomatis juga menyerahkan senjata-senjata, bom-bom dan tank-tank dan semua yang mereka miliki.

Penyerahan tidak dapat dilakukan secara sepotong-sepotong. Tidak ada yang namanya penyerahan parsial (sebahagian-sebahagian). Adalah lebih tidak mungkin untuk menyerah secara sebahagian-sebahagian dari pada mungkin untuk hamil sedikit. Apakah engkau begitu atau tidak. Tidak ada daerah netral bagimu.

Jika engkau mempelajari apa yang dikatakan tulisan-tulisan yang diinspirasikan kepada gereja, engkau akan menemukan hal itu digambarkan dalam istilah “semua atau tidak sama sekali”. Kristus menuntut penyerahan yang menyeluruh dan tidak bersisa. Lihat Selected Messages, jilid 1, hal. 110. Penyerahan yang tidak bersyarat. Lihat Testimonies, vol. 4, hal. 120. Penyerahan sepenuhnya. Lihat The Ministry of Healing, hal. 473. Daftar itu berlanjut dan terus berlanjut.

Ketika kita membicarakan tentang penyerahan, kita sedang menggunakan sebuah istilah yang tidak digunakan Alkitab King James Version, walaupun ide penyerahan ditemukan di sana. Alkitab Versi King James menggunakan kata submit (tunduk), “Tunduklah kepada Allah” (Jakobus 4:7) adalah sebuah contoh yang memberikan petunjuk utama kepada apa yang termasuk dalam penyerahan sepenuhnya, menyeluruh dan tidak bersisa. Sebagaimana yang telah kita perhatikan, kita tidak hanya menundukkan hal-hal tertentu saja. Kita menundukkan diri kita. Dan dalam proses menundukkan atau menyerahkan diri, apapun masalah yang telah disebabkan diri secara otomatis diserahkan bersama-sama dalam paketnya. Testimonies, vol. 9, hal. 182, 183, menempatkannya dalam cara ini: “Setiap orang akan mengalami pergumulan melawan dosa di hatinya. Ini sering kali merupakan pekerjaan yang menyakitkan dan menawarkan hati; karena, saat kita melihat kecacatan dalam tabiat kita, kita tetap melihat pada cacat-cacat itu, pada saat seharusnya kita melihat pada Yesus dan mengenakan jubah kebenaran-Nya. Setiap orang yang memasuki gerbang mutiara kota Allah akan memasukinya sebagai pemenang, dan kemenangannya yang terbesar yang pernah diraihnya adalah menaklukkan diri.”

Menyerah dan iman berhubungan erat. Hanya pada saat kita mempercayai TUHAN dan menyerah, atau menyerahkan diri kita, kepada-Nya, kita bergantung pada-Nya dari pada bergantung pada diri kita. Dengan penyerahan kepada-Nya, kita memberikan Dia kendali. Dia kemudian dapat bekerja di dalam kita untuk mau melakukan apa yang menyenangkan-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, July 16, 2005
Thesis 18 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 18

Berusaha menyerahkan dosa-dosa kita dapat menghalangi kita dari menyerahkan diri kita.

Mari kita andaikan bahwa engkau memutuskan untuk memberikan pelajaran Alkitab kepada seseorang. Engkau pergi kepada pendeta dan bertanya apakah dia dapat menuntun engkau kepada calon anggota, dan dia berkata, “Ya, sebenarnya ada dua keluarga yang telah meminta pelajaran Alkitab. Engkau boleh memilih mana yang lebih engkau sukai.” Dan dia menggambarkan siapa dan bagaimana mereka kepadamu.

Yang pertama adalah seorang pengusaha sukses di kotamu. Dia dan isterinya dikenal baik di masyarakat. Sang isteri adalah relawan di rumah sakit di kotamu, dan sang suami terlibat dalam kegiatan politik lokal. Anak-anak mereka dididik dengan disiplin yang baik. Keluarga mereka bersih tanpa noda. Tidak seorangpun dari mereka yang minum minuman keras atau merokok. Beberapa tahun lalu mereka menjadi tertarik kepada kesehatan dan sekarang bukan hanya berolahraga lari lima mil setiap hari tetapi mereka juga vegetarian. Sebenarnya, ketertarikan mereka kepada kesehatanlah yang menuntun mereka meminta keterangan tentang Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.

Keluarga kedua hidup di pusat kota di apartemen kecil di atas sebuah toko minuman keras. Sang suami dan isteri—mungkin saya sebaiknya mengatakan sang pria dan wanita, karena mereka hanya hidup bersama dan belum menikah secara sah. Pasangan itu belum bekerja; tunjangan kesejahteraan dari pemerintah adalah satu-satunya pendapatan mereka. Sang pria telah menjalani masa penjara lebih dari sekali karena berbagai pelanggaran-pelanggaran yang relatif kecil—mencuri di toko, memiliki narkotika, dan kejahatan-kejahatan sejenis lainnya. Sang wanita adalah pencandu minuman keras dan menderita kelebihan berat badan yang parah. Dia memiliki tiga orang anak, tidak satupun dari mereka yang memiliki ayah yang sama dan tidak satupun dari mereka berhubungan darah dengan “kepala rumah tangga” yang sekarang. Beberapa minggu lalu badan perlindungan anak mengambil anak-anak itu dari rumah mereka untuk sementara, menuntut orang tua tersebut dengan kelalaian dan penyiksaan anak. Krisis inilah yang awalnya membawa mereka berhubungan dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, karena sang ibu ingin dapat memelihara anak-anaknya dan berkata mereka sekarang menyadari bahwa mereka membutuhkan TUHAN jika mereka dapat kembali berkumpul untuk hidup bersama-sama.

Keluarga manakah yang engkau inginkan untuk berhubungan denganmu? Itu adalah pilihanmu! Yang mana menurutmu dari dua keluarga ini yang memiliki potensi yang lebih besar untuk menjadi orang-orang Kristen yang baik, orang-orang Advent yang baik?

Saya masih ingat ketika mengunjungi seorang pria alkoholik yang menjadi suami salah seorang anggota gereja. Pada saat kami mencoba berbicara, dia menatap saya dengan matanya yang merah dan berkata, “Saya sangat mengagumi orang-orang Advent. Butuh orang yang kuat untuk menjadi seorang Advent.

Apakah engkau setuju dengan hal itu? Atau dapatkah seorang yang lemah menjadi seorang Advent yang baik? Mungkinkah untuk mengisi gereja dengan orang-orang kuat yang tidak akan berpikir untuk melakukan sesuatu yang salah, tetapi tidak pernah menyadari kebutuhan mereka akan Kristus?

Tidak ada bedanya bagi Setan apakah seseorang itu sesat di dalam gereja atau di luar gereja. Dan salah satu jalan penipuannya untuk mencegah kita memasuki pengalaman penyerahan yang sejati adalah dengan membuat kita berusaha mengatasi dosa-dosa kita, berjuang keras untuk menghidupkan kehidupan yang baik.

Berusaha untuk menyerahkan dosa-dosamu adalah sebuah jalan buntu apakah engkau kuat atau lemah. Jika engkau kuat, kelakuan baikmu akan menjadi penghalang antara engkau dan Juruselamat. Jika engkau lemah, engkau akan menjadi begitu tawar hati dan dihanyutkan oleh kegagalan-kegagalanmu yang akan membuatmu benar-benar menyerah. “Kita tidak melihat kepada diri kita. Semakin kita menetap di atas ketidaksempurnaan kita, semakin sedikit kekuatan yang kita dapatkan untuk mengalahkannya.”—Ellen White, Review and Herald, Januari 14, 1890.

Bangsa Yahudi pada masa Kristus mempertunjukkan prinsip ini. Gereja-gereja Yahudi dipenuhi oleh orang-orang kuat. Butuh orang kuat untuk menjadi seorang Farisi! Namun orang-orang kuatlah yang menolak dan akhirnya menyalibkan Yesus.

Orang-orang lemah di negara Yahudi berada di luar, dikutuk sebagai orang-orang berdosa besar. Para pemimpin telah mengucilkan mereka sejak dahulu karena kegagalan dan dosa-dosa mereka. Mereka telah menyerah untuk berharap dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Namun orang-orang lemah itu bergerombol di sekeliling Yesus, menerima berkat-berkat-Nya, dan menjadi pengikut-pengikut-Nya yang paling setia.

Kelihatannya sungguh tidak ada harapan bagi orang-orang kuat, bukat? Haruskah kita keluar dan menjadi pemabuk supaya kita dapat mengetahui kebutuhan kita? Atau haruskah kita semua, lemah atau kuat, menyadari sekali lagi bahwa tingkah laku kita tidak akan menyebabkan kita selamat atau binasa. Semua harus datang kepada Yesus untuk menerima keselamatan dari-Nya.

Apakah engkau orang kuat? Begitu juga dengan Paulus. Begitu juga dengan Nikodemus. Apakah engkau orang lemah? Begitu juga dengan Maria. Begitu juga dengan Petrus dan Matius. Begitu juga dengan orang yang dirasuki setan. Semua mereka memiliki kebutuhan yang sama, kebutuhan untuk menyerahkan diri mereka dan datang kepada Yesus. Semua mereka menemukan bahwa Dia menerima mereka ketika mereka datang kepada-Nya.

Dia juga mau menerima engkau hari ini.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, July 15, 2005
Thesis 19 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 19

Tidak seorangpun yang dapat menyalibkan dirinya atau membawa dirinya untuk menyerah. Seorang yang lain harus melakukan hal itu baginya.

Mungkin salah satu dari kebenaran yang tersulit untuk diterima di dalam wilayah penyerahan adalah bahwa kita tidak dapat melakukannya! Bila kita dapat melakukan penyerahan, maka kita tidak perlu menyerah. Jika kita dapat melakukan sesuatu, maka kita tidak harus menyerah. Karena penyerahan, atau menyerah, adalah mengakui bahwa kita tidak dapat melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri, pekerjaan yang membawa kita ke titik penyerahan harus menjadi pekerjaan TUHAN. Hal itu bukanlah sesuatu yang dapat kita kerjakan bagi diri kita sendiri.

Sebagai mana yang telah kita ketahui di awal, si jahat telah menyediakan jalan samping pada setiap langkah bagi seseorang yang menyadari kebutuhannya terhadap Kristus dan memutuskan untuk datang kepada Yesus. Setan berkata, “Engkau adalah orang berdosa, dan engkau tidak memiliki kebenaran. Itu benar—maka usahakanlah kebenaranmu.” Dan kita menjalani hari-hari dan tahun-tahun yang penuh kesiasiaan untuk menghasilkan kebenaran melalui kuasa kemauan.

Kemudian kita mendengar tentang kebenaran yang menyatakan bahwa kebenaran datang hanya melalui iman, dan sang iblis segera melompat dan berkata, “Itu benar, engkau membutuhkan iman. Mulailah mengusahakan imanmu.”

Dan setelah kita mulai mengerti bahwa iman adalah karunia, bukan hasil usaha kita, iblis menemui kita kembali pada langkah terakhir untuk datang kepada Kristus, penyerahan, dan berkata, “OK, sekarang apa yang engkau perlu lakukan adalah berusaha keras untuk menyerah.”

Kadang kala orang tua dan para guru dan para pendeta dan para pemimpin gereja telah tanpa sadar menolong iblis dalam kampanyenya! Pernahkah engkau berada di sebuah perbaktian di mana seorang pendeta atau seorang guru mengajakmu berusaha keras untuk berserah? Pernahkah engkau melihat, mungkin, sebuah altar kecil berada di depan dengan sebuah nyala api kecil dan secarik kertas dibawa ke depan? Dan engkau menuliskan dosa-dosa yang ingin engkau serahkan pada secarik kertas itu dan membawanya ke depan dan meletakkannya di api tersebut. Apakah itu penyerahan?

Pernahkah engkau bertanya-tanya bagaimana membersihkan dirimu dari beberapa dosa di dalam hidupmu dan pernahkah seseorang berkata kepadamu bahwa yang harus engkau lakukan adalah menyerahkannya? Dan engkau berusaha untuk menyerah. Engkau mengatakan kata-kata ini. Engkau berkata, “Aku menyerahkan ketidakjujuranku,” atau, “Aku menyerahkan angan-angan jahatku.” Engkau mendoakan kata-kata itu. Tetapi engkau menemukan bahwa ketidakjujuran dan angan-angan jahat itu masih ada di dalam dirimu.

Alkitab menggunakan perumpamaan dari penyaliban sebagai lambang dari pengalaman penyerahan. Paulus berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus.” Galatia 2:19. Yesus menggunakan lambang itu berulang kali, mengundang pengikut-pengikut-Nya untuk memikul salib mereka dan mengikut Dia. Lihat Matius 10:38; Lukas 14:27; Markus 8:34. Sebenarnya , pada saat Yesus berbicara tentang salib, Dia selalu menghubungkan hal itu sebagai salib kita, tidak pernah salib-Nya sendiri.

Pikirkanlah sebentar tentang penyaliban. Bagaimana hal itu diselesaikan? Mudah untuk mengingatnya, bukan? Berapa kali kita telah melihat karya seni dan mendengar tentang paku-paku dan kayu itu? Tetapi perhatikan satu hal yang utama. Engkau tidak dapat menyalibkan dirimu sendiri. Seseorang yang lain harus melakukannnya bagimu.

Jika engkau ingin bunuh diri, engkau bisa melakukannya dengan sejumlah cara. Engkau dapat menempelkan pistol di keningmu dan menarik pelatuknya. Engkau dapat melompat dari jembatan Golden Gate atau Empire State Building. Engkau dapat memakan obat tidur dalam jumlah besar, atau mengunci dirimu di dalam mobil di garasi dengan mesin menyala. Orang-orang telah mengusahakan berbagai cara dengan tingkat keberhasilan yang lebih besar atau lebih kecil. Tetapi tidak seorangpun yang pernah mampu untuk melakukan bunuh diri dengan menyalibkan dirinya.

Christ Object Lessons menyatakannya begini, “Tidak ada manusia yang dapat mengosongkan dirinya dari diri itu sendiri. Kita hanya dapat mengizinkan Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan itu.”—Hal. 159. Bagaimana kita dapat mengizinkan Kristus menyelesaikan pekerjaan itu? Hal itu menyangkut lebih dari hanya berkata atau berdoa. “Bibir bisa saja menyatakan kemiskinan jiwa yang tidak diakui hati. Sementara berbicara kepada TUHAN tentang kemiskinan roh, hati bisa saja terombangambing dengan kecongkakan akan keunggulan dari kerendahan hati dan kebenaran yang ditinggikan. Hanya satu cara bagi diri untuk dapat mendapatkan kebenaran sejati. Kita harus memandang pada Kristus.”—Idem.

Pada saat kita membuat pilihan untuk menjalani waktu hari demi hari dengan memandang Kristus, pada saat kita mengundang Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam hidup kita, Dia akan menuntun kita langkah demi langkah kepada titik penyerahan. Menyerah hanya mungkin ketika Dia telah membawa kita pada titik itu.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing.
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, July 14, 2005
Thesis 20 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 20

Kita dikendalikan oleh TUHAN atau Setan. Satu-satunya kendali yang kita miliki adalah memilih siapa yang akan mengendalikan kita.

Maukah engkau menjawab kuis ini? Tandailah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan!

1. Apakah engkau
a. pengikut partai Republik?
b. pengikut partai Demokrat?
c. bukan salah satu yang diatas?
2. Apakah engkau
a. seorang milyarder?
b. seorang fakir miskin?
c. bukan salah satu yang di atas?
3. Apakah engkau
a. seorang jenius?
b. seorang sinting?
c. bukan salah satu yang di atas?
4. Apakah engkau
a. cantik?
b. jelek?
c. bukan salah satu yang di atas?
5. Apakah engkau
a. sedang dikendalikan TUHAN?
b. sedang dikendalikan Setan?

Dan di sini, kita harus merusak pola untuk kuis kecil kita. Engkau dapat menduduki semua jenis wilayah menengah di dunia ini. Engkau dapat tidak tertarik pada politik, dalam status ekonomi berada di kelompok kelas menengah, tingkat kecerdasan rata-rata, tidak cantik namun juga tidak jelek. Tetapi ketika tiba pada siapa yang mengendalikan hidupmu, tidak ada wilayah tengah. Ini adalah pilihan semua atau tidak sama sekali.

“Apakah kamu tidak tahu, bahwa apa bila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” Roma 6:16. Dua pilihan. Dosa kepada kematian. Atau ketaatan kepada kebenaran. Hanya itu pilihan yang ada. Yesus mengatakan hal itu dalam Lukas 11:23, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku.”

Buku The Desire of Ages berisikan empat keterangan besar yang menjelaskan kebenaran ini—hal 125, 258,324, dan 466. Engkau mungkin bisa membacanya secara keseluruhan, tetapi saya akan mengutip dua dari antaranya di sini.

“Kecuali kita menyerahkan diri kita kepada kendali Kristus, kita akan dikuasai oleh si jahat. Tidak terelakkan, kita harus berada di bawah kendali satu atau yang lain dari dua kekuatan besar yang sedang memperjuangkan supremasinya terhadap dunia ini. Kita tidak perlu dengan sengaja memilih melayani kerajaan kegelapan untuk berada di bawah kekuasaannya. Yang kita perlu lakukan hanyalah menolak untuk menyerahkan diri kita kepada kerajaan terang itu.”—Ibid, hal. 324.

“Setiap jiwa yang menolak menyerahkan dirinya kepada TUHAN berada di bawah kendali kuasa lain. Dia tidak memiliki dirinya sendiri. Dia bisa saja bicara tentang kebebasan, namun dia berada di bawah perbudakan yang paling hina.”—Ibid, hal. 466.

Ide ini kadang kala membuat orang-orang menjadi gelisah. “Tetapi bagaimana dengan kepribadian kita?” tanya mereka. “Jika kita sepenuhnya dikendalikan oleh Allah, apakah itu tidak menyingkirkan kuasa memilih kita? Tidakkah kita akan menjadi boneka?”

Sebenarnya, justru dengan menolak untuk datang ke bawah kendali TUHAN-lah yang akan menjadikan kita boneka dan mengorbankan kepribadian kita! Karena pengendalian TUHAN membawa kemerdekaan untuk menolak kuasa itu kapan saja kita menginginkannya. Adalah sang musuh yang ingin mencengkeram siapa saja yang berada di bawah kendalinya, menolak untuk melepaskan mereka.

Sebagai manusia, kita hanyalah peralatan-peralatan. Roma 6:13 berkata bahwa kita dapat menjadi perlengkapan-perlengkapan kebenaran kepada TUHAN, atau perlengkapan-perlengkapan ketidakbenaran kepada dosa. Kita menyanyikannya: “Jadilah TUHAN, kehendakmu, Engkaulah Khalik, aku debu…” Tetapi kita masih boleh menolak untuk menerima hal itu. Apakah engkau sebuah peralatan? Sebuah peralatan dikuasai oleh yang lain. Sebuah kapak tidak baik atau buruk dengan sendirinya. Sebuah kapak dipakai untuk membelah kayu untuk menghangatkan rumah selama musim dingin, atau bisa juga untuk membunuh seseorang. Siapa yang mengendalikan peralatan itulah yang memutuskan. Sebuah biola dapat membuat suara yang merdu, tergantung dari siapa yang mengendalikannya.

Kita juga adalah perlengkapan-perlengkapan. Siapa yang sedang mengendalikan kita pada hari ini?

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, July 13, 2005
Thesis 21 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 21

Menyerahkan kemauan adalah menyerahkan kuasa memilih, tetapi kita menggunakan kuasa memilih kita untuk menyerahkannya. Kita menyerahkan kuasa memilih tingkah laku kita; kita memegang teguh kuasa memilih hubungan kita.

Tolong ambil kaca pembesarmu dan bergabunglah bersama saya untuk melihat dari dekat pada satu halaman, halaman 47, dalam buku Steps to Christ.
“Banya yang bertanya-tanya, ‘Bagaimanakah aku melakukan penyerahan diriku kepada TUHAN?’ Engkau berhasrat menyerahkan dirimu kepada Dia, namun engkau lemah dalam kuasa moral, dalam perbudakan keraguraguan, dan dikendalikan oleh kebiasaan-kebiasaan hidupmu yang penuh dosa. Janji-janji dan tekad-tekadmu seperti tali yang lapuk. Engkau tidak dapat mengendalikan pikiran-pikiranmu, dorongan-dorongan hatimu, dan kesenangan-kesenanganmu. Ingatanmu terhadap janji-janjimu yang kau ingkari dan sumpah-sumpahmu yang engkau khianati melemahkan keyakinanmu dalam keikhlasanmu, dan menyebabkan engkau merasa bahwa TUHAN tidak dapat menerimamu, tetapi engkau tidak perlu putus asa.”
Pada saat pertama kali saya membaca hal itu, saya berkata, “Bagaimana penulis Steps to Christ bisa mengenaliku begitu baik?” Tetapi halaman itu mempunyai kabar baik. Dia berkata, “Engkau tidak perlu putus asa. Apa yang perlu engkau mengerti adalah kuasa kemauan yang sebenarnya.”—Ibid.
“Itu benar,” saya pikir. “Saya tidak memiliki kuasa yang cukup atas kemauan saya. Saya tidak bisa menjauhi stopless biskuit. Saya tidak bisa memaksa diri saya untuk berlari setap pagi. Saya tidak bisa menguasai amarah saya. Saya membutuhkan kekuatan lebih banyak lagi.”
Dan saya mulai lagi dengan janji-janji dan tekad-tekad, terbuat dari tali lapuk, dan kembali berakhir dengan cara yang sama dengan yang pertama kali. Hal itu begitu menawarkan hati sebelum berkali-kali lagi, kapan saja saya kembali ke halaman 47, saya akan berkata, “Oh—itu lagi!” Dan melompat ke halaman 49!
Tetapi penjelasannya melekat pada kalimatnya, jika engkau mengambil waktu untuk sungguh-sungguh membacanya. “Apa yang perlu engkau mengerti adalah kuasa kemauan yang sebenarnya. Ini adalah kekuatan yang memerintah di dalam sifat alamiah manusia, kuasa untuk memutuskan, atau memilih.”
Lalu apakah kemauan itu? Kuasa memilih. Ada perbedaan yang sangat besar antara kemauan—kuasa memilih—kuasa kemauan—disiplin diri atau keteguhan. Maka marilah kita lanjutkan membaca dan menggantikan “kuasa memilih,” persamaan yang diberikan bacaan tersebut untuk kata kemauan.
“Semua bergantung pada tindakan yang benar dari kemauan. [OK, ganti. Semua bergantung pada tindakan yang benar dari kuasa memilih.] Kuasa memilih telah diberikan TUHAN kepada manusia; itu harus mereka latih. Engkau tidak dapat mengubah hatimu, engkau tidak bisa dengan kekuatanmu sendiri menyerahkan segala kesenangan-kesenanganmu kepada TUHAN; tetapi engkau dapat memilih untuk melayani Dia. Engkau dapat memberikan kemauanmu kepada-Nya. [Engkau dapat memberikan kuasa memilihmu kepada-Nya.] Kemudian Dia akan bekerja di dalammu untuk mau dan bekerja sesuai dengan kesenangan-Nya. Maka seluruh sifat alamiahmu akan berada di bawah kendali Roh Kristus....
“Banyak yang akan hilang sementara berharap dan berhasrat untuk menjadi orang-orang Kristen. Mereka tidak datang ke titik penyerahan kemauan kepada TUHAN. [Mereka tidak datang ke titik penyerahan kuasa memilih kepada TUHAN.]....
“Melalui latihan yang benar kemauan [kuasa memilih], sebuah perubahan yang menyeluruh akan dibuat di dalam hidupmu. Dengan menyerahkan kemauanmu [kuasa memilihmu] kepada Kristus, engkau akan menggabungkan dirimu dengan kekuatan yang berada di atas segala kerajaan-kerjaan dan kekuasaan-kekuasaan. Engkau akan mendapatkan kekuatan dari atas untuk menjagamu tetap teguh, dan melalui penyerahan yang terus-menerus kepada TUHAN engkau akan dimampukan untuk menghidupkan kehidupan yang baru, bahkan kehidupan iman.”—Hal. 47, 48.
Tetapi membutuhkan kuasa memilihmu untuk menyerahkan kuasa memilihmu! Sekali lagi, ini adalah perbedaan antara tingkah laku dan hubungan. Kita menyerahkan kuasa memilih tingkah laku kita. Kita memegang teguh kuasa memilih hubungan kita. Saat kita terus-menerus memilih untuk memasuki hubungan pribadi dengan Kristus setiap hari, Dia bekerja di dalam kita, untuk mau dan melakukan kesenangan-Nya. Kita tidak dapat membawa diri kita ke titik menyerahkan kemauan kita, istilah lain untuk penyerahan. Tetapi kita dapat mengizinkan Kristus melakukan pekerjaan itu, dengan menempatkan diri kita di dalam tangan-Nya saat kita mengusahakan hubungan pribadi dengan-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, July 12, 2005
Thesis 22 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 22

Satu-satunya usaha yang dilakukan secara sadar dalam kehidupan Kristen adalah mencari TUHAN. Usaha spontan ke arah hal-hal lainnya akan menjadi hasil.

Misalkan pada suatu hari Minggu pagi engkau memutuskan untuk merotasi ban-ban di mobil Datsun-mu. Engkau mendongkrak mobil itu dan melepaskan seluruh keempat ban mobil itu. Namun, isterimu memanggilmu untuk makan siang.

Sebelum engkau selesai makan, putrimu yang berusia empat tahun bermain-main di halaman depan. Bolanya menggelinding ke bawah Datsun tersebut, dan dia merangkak ke bawah mobil itu untuk mengambil bolanya, dan tanpa sengaja kakinya menendang salah satu dongkrak.

Engkau mendengarnya menjerit dan melihat keluar dari jendela di dekat meja makan. Engkau dapat melihat mobil dari tempat engkau duduk dan segera mengerti apa yang telah terjadi. Maka engkau....

Apa yang akan engkau lakukan pada titik itu? Apakah engkau kembali bersandar di kursi makanmu dan berkata kepada isterimu, “Sepertinya mobil itu telah jatuh menimpa Mary. Kayaknya lebih baik aku segera keluar dan mendongkraknya kembali. Tetapi sebelum itu, bisakah engkau memberiku sepotong lagi pai apel itu?”

Atau apakah engkau segera bergegas ke halaman depan, menggunakan seluruh kekuatan supermanusia, dan mengangkat bagian mobil yang terjatuh agar putrimu dapat dibebaskan?

Tindakan mana yang bagimu paling mudah dilakukan? Tunggu—jangan menjawabnya terlalu cepat. Mana yang lebih mudah dalam arti usaha yang dilakukan secara sadar? Duduk di meja dan menikmati potongan kedua pai apel, atau mengangkat mobil—walau itu hanya sebuah Datsun? Mana yang lebih membutuhkan energi? Mana yang membakar lebih banyak kalori? Mana yang lebih memberimu gerak badan?

Di sisi lain, jika engkau sangat mencintai putrimu, mana yang lebih sulit dilakukan? Ini bukan kontes, bukan? Mungkin membutuhkan kekuatan supermanusia untuk mengangkat salah satu sisi mobil sehingga putrimu dapat diselamatkan, tetapi akan menuntut usaha yang mustahil untuk tetap duduk di meja makan!

Perbedaan antara usaha yang disengaja dengan usaha yang spontan adalah sesuatu yang penting untuk mengerti usaha yang terlibat dalam menghidupkan kehidupan Kristen. Kadang kala orang mendapat ide ketika kita berbicara tentang tidak melawan dosa dan kejahatan dengan kekuatan kita sendiri, bahwa kita sedang membicarakan agama yang tanpa usaha. Ada sekte aneh yang bernama Quietists (para pendiam) di abad lalu, yang percaya kita tidak perlu berusaha sama sekali. Kita hanya perlu duduk dan goyang-goyang kaki—kenyataannya, ini mungkin masih terlalu banyak. Kita hanya perlu duduk. Apapun yang perlu dilakukan, TUHAN akan melakukannya sendiri, tanpa kita.

Tetapi TUHAN tidak pernah melimpahkan keselamatan ke atas kita tanpa usaha kita. Masalahnya adalah kita begitu sering salahmengerti kemana usaha kita ditujukan. Dilema ini telah sering membuat para ahli theologi berdebat hingga larut malam, tetapi jawabannya secara jelas di dalam dua ayat yang adalah pelajaran kecil dalam kebenaran oleh iman, sebagai pernyataan singkat pada mata pelajaran kekuatan surga melawan usaha manusia sebagaimana yang engkau ingin temukan.

Dua ayat itu adalah Yohanes 15:5 dan Filipi 4:13. Kata Yesus, “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa,” dan Paulus berkomentar, “Aku dapat melakukan segala sesuatu di dalam Dia.” Tempatkan keduanya bersama-sama. Jika tanpa Kristus kita tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi di dalam Dia kita dapat melakukan segala sesuatu, maka apa yang menjadi bagian kita untuk dilakukan? Berusaha bersama Yesus dan tetap bersama Yesus.

“Segala sesuatu yang mungkin dilakukan manusia untuk keselamatannya adalah menerima undangan itu, ‘Barangsiapa mau, biarlah dia mengambil air hidup itu secara cuma-cuma.’”—Selected Messages, jilid 1, hal. 343. Dan jangan lupa bahwa istilah keselamatan termasuk bukan saja pengampunan dosa, tetapi kuasa untuk penurutan, dan surga pada akhirnya—pembenaran, penyucian, dan pemuliaan.

Bagaimana kita bisa bersama Kristus? Bagaimana kita bisa mengambil air hidup itu? “Di dalam persekutuan dengan Kristus, melalui doa dan belajar kebenaran yang besar dan suci dari firman-Nya, kita akan seperti jiwa kelaparan untuk diberi makan; seperti yang kehausan, kita akan disegarkan pada mata air kehidupan itu.”—Thoughts From the Mountain of Blessing, hal. 113.

Untuk orang tua, usaha yang disengaja yang telah dilakukan hari demi hari dalam membina hubungan dengan anak-anak mungkin telah menuntut masa-masa kerja keras. Tetapi ketika krisis datang, usaha yang diperlukan sepenuhnya adalah usaha yang spontan. Tidak ada orang tua yang mengasihi anaknya akan berhenti untuk menghitung-hitung berapa banyak energi yang harus ia keluarkan, tetapi akan segera bergegas memberikan pertolongan kepada anaknya yang ditimpa kesulitan.

Demikian juga halnya bagi orang Kristen. Segala jenis usaha dituntut dalam kehidupan Kristen. Tetapi satu-satunya usaha yang disengaja atau dilakukan secara sadar adalah mencari persekutuan dengan TUHAN. Usaha spontan terhadap hal-hal lainnya pasti akan muncul sebagai hasil.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, July 11, 2005
Thesis 23 - PENYERAHAN

PENYERAHAN

Thesis 23

Orang Kristen yang bertumbuh mengalami penyerahan yang hidup-lagi, mati-lagi. Kadang kala mereka bergantung kepada TUHAN, kadang kala pada diri mereka.

Murid-murid berjalan menyusuri jalan menuju Kapernaum. Langkah kaki mereka bertambah lambat, dan semakin lambat, hingga mereka hampir tidak kelihatan lagi di belakang Yesus. Mereka sedang terlibat dalam perdebatan panas antara mereka dan tidak memperhatikan bahwa Yesus tidak lagi bersama mereka—kecuali melihat secara sepintas untuk memastikan bahwa Yesus tidak mendengar pembicaraan mereka.

Bahan pembicaraan mereka adalah sesuatu yang digemari: Siapa yang menjadi terbesar dalam kerajaan itu? Saat itu mereka sudah terlalu jauh untuk melibatkan Yesus dalam debat ini, berharap mendapatkan jawaban yang tegas dari-Nya yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini. Tetapi Dia pernah menjawab mereka hanya dengan perumpamaan tentang anak-anak kecil, dari pada memberikan kepada setiap mereka gambaran tugas yang jelas untuk jabatan yang mereka telah harapkan. Sekarang mereka merasa malu terhadap Dia karena mengetahui mereka masih mempersoalkan masalah itu. Kalaupun ini akan menjadi terakhir kalinya murid-murid terlibat dalam pertengkaran ini, karena jengkel pada usaha Yesus yang berulang-ulang untuk mengajar mereka. Mereka akan mendengarkan firman-Nya di sebuah rumah di Kapernaum hari itu. Mereka akan menyadari kesalahan mereka dalam mencari jabatan yang tertinggi, dosa Lucifer sejak awalnya. Tetapi jauh sebelum Yakobus dan Yohanes akan datang, melalui ibu mereka, dengan permohonan yang berulang-ulang untuk mendapatkan posisi tertinggi, di sebelah kanan dan kiri, dan murid-murid akan melakukannya lagi. Tidak lama kemudian, Petrus, Yakobus, dan Yohanes akan terlibat dalam sebuah perjalanan misterius ke puncak bukit, dan sembilan yang ditinggalkan akan menghabiskan malam itu dengan berdebat tentang siapa yang akan menjadi terbesar. Bahkan rasa malu karena tidak mampu mengusir setan pagi berikutnya tidak cukup untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Karena itu di ruang atas, pada malam sebelum penyaliban, mereka kembali berada di ujung pedang, setiap orang tidak mau menyerahkan keinginannya untuk mendapatkan tempat tertinggi dan mengambil bagian menjadi seorang hamba.

Murid-murid itu melakukan dosa. Mereka tahu itu adalah dosa. Namun mereka tetap melakukannya berulang-ulang.

Siapakah murid-murid ini? Mereka adalah orang-orang yang beruntung menjalani waktu selama tiga tahun dalam hubungan yang erat bersama Yesus. Mereka bergaul dengan-Nya setiap waktu. Mereka adalah orang-orang yang bertobat, karena Yesus berkata kepada mereka apa bila mereka kembali dari perjalanan missionary mereka, agar jangan bersukacita karena kepada mereka diberikan kuasa mengalahkan setan, namun mereka akan bersukacita karena nama mereka tertulis di surga. Baca Lukas 10:20. Buku kehidupan tidak pernah berisi nama orang-orang yang tidak pernah bertobat. Baca Yohanes 3.

Cerita tentang murid-murid adalah cerita yang mengganggu bagi beberapa orang. Hal itu benar-benar sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab, dan faktanya pola hidup-lagi, mati-lagi tidak dimulai atau diakhiri dengan murid-murid. Abraham, Yakub, Elia, Daud, Maria dan Martha, dan bahkan Paulus, menunjukkan pola yang sama, bersama dengan banyak nama lainnya. Hal itu mengganggu, tetapi itulah kenyataannya. Sebuah kenyataan yang dicatat Alkitab dengan setia.

Kita telah mengetahui di pelajaran awal bahwa tidak ada yang namanya penyerahan parsial (sebagian). Penyerahan adalah semua atau tidak sama sekali. Tetapi ada kemungkinan untuk penyerahan yang tidak terus-menerus. Kenyataannya, berdasarkan riwayat-riwayat hidup yang Alkitab berikan kepada kita, kita mungkin bisa berkata lebih jauh lagi bahwa penyerahan yang tidak terus-menerus bukan hanya sebuah kemungkinan. Lebih sering dari tidak, membutuhkan waktu dan ujian dan kesalahan sebelum seseorang yang telah menyerah kepada TUHAN belajar untuk tetap menyerah kepada Dia sepanjangn waktu, tanpa keraguan.

Thesis 72 akan memasuki rincian yang lebih besar tentang pola hidup-lagi, mati-lagi ini dalam kehidupan orang Kristen. Tetapi untuk saat ini, cukuplah sampai di sini: Seandainya engkau menemukan bahwa dirimu berada dalam posisi murid-murid? Seandainya engkau menemukan bahwa satu menit engkau bergantung kepada TUHAN dan mengalami kemenangan—dan menit berikut, dalam berbagai cara engkau mulai bergantung pada dirimu sendiri dan menemukan bahwa engkau telah jatuh dan gagal dan berdosa lagi. Apa yang akan engkau lakukan?

Di sini ada pelajaran dan dorongan untuk orang seperti itu. “Jika seseorang yang setiap hari bersekutu dengan TUHAN berbuat kesalahan, jika dia berpaling sesaat dari memandang secara tetap kepada Yesus, itu bukan karena dia berkemauan untuk berbuat dosa; karena ketika dia melihat kesalahannya, dia kembali lagi, dan memperteguh pandangannya kepada Yesus, dan kenyataan bahwa dia telah bersalah, tidak membuat dia kurang dekat di hati Allah.”—Ellen White, Review and Herald, 12 Mei 1896.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, July 10, 2005
Thesis 24 - PERUBAHAN

PERUBAHAN

Thesis 24

Perubahan adalah pekerjaan Roh Kudus, yang menghasilkan sebuah perubahan sikap terhadap Allah dan menciptakan sebuah kapasitas baru untuk mengenal Allah.

Engkau tidak dapat memilih hari lahirmu sendiri! Tidak seorangpun pernah mampu melakukan hal itu. Di saat kita hadir di sini, hari lahir kita telah dipilih. Dan, walaupun ilmu pengetahuan kedokteran sudah sedemikian maju, bukanlah hal mudah untuk memilih hari lahir seseorang.

Perubahan disebut kelahiran baru. Itu adalah awal kehidupan rohani. Dan sama seperti kehidupan jasmani, engkau tidak bisa memilih hari lahir rohanimu.

Ketika putra saya kuliah di perguruan tinggi, saya memutuskan sudah tiba saatnya bagi dia untuk berubah. Saya minta dia duduk pada suatu hari, dengan maksud melakukan tugas itu. Hal itu tidak berhasil. Kami berdua berakhir dengan frustasi. Saya telah melupakan prinsip pertama dalam pertobatan—bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Kita tidak dapat mengubahkan diri kita, ataupun orang lain. “Perubahan ini hanya dapat dibawa oleh pekerjaan Roh Kudus yang berhasil.”—The Desire of Ages, hal. 172.

Orang muda telah sering salah mengerti tentang apa sesungguhnya perubahan itu. Beberapa orang telah mencari pengalaman Jalan ke Damaskus, dengan melupakan bahwa bahkan Paulus membutuhkan tiga tahun menyepi di padang pasir Arabia sebelum dia siap untuk memulai pelayanan publiknya. Pada pihak lain yang ekstrem, mereka tidak yakin apakah mereka telah berubah sama sekali, tetapi berasumsi bahwa mereka pasti telah berubah sejak mereka dibesarkan di dalam gereja. Beberapa orang telah membuat komitmen kepada Kristus, dan ketika mereka tidak menemukan diri mereka mengalami perubahan yang ajaib dalam tabiat pada pagi hari setelah malam pengucapan komitmen itu, mereka berkesimpulan bahwa mereka belum berubah dan menunggu hingga suasana emosional berikutnya untuk mencobanya lagi.

Menemukan arti perubahan, kemudian, menjadi luar biasa penting. Perubahan adalah pekerjaan Roh Kudus, dan hal itu menghasilkan sebuah perubahan sikap terhadap Allah. Kapankah anak yang hilang itu berubah? Ketika dia berada di kandang babi. Dan dimanakah anak yang hilang itu berada segera setelah perubahannya? Masih di kandang babi! Beberapa orang biasanya menambahkan pada titik itu, “Tetapi dia tidak tinggal lama di sana.” Itu benar. Tetapi apa yang berubah pada saat perubahannya? Yang berubah adalah sikapnya. Dia masih harus melalui perjalanan panjang untuk mencapai rumah bapanya, tetapi sikapnya terhadap bapanya telah melalui sebuah perubahan besar. Dan perubahan sikap itu mempersiapkan jalan untuk perubahan-perubahan yang akan mengikutinya.

Perubahan menciptakan kapasitas baru untuk mengenal Allah. Tidak ada seorangpun yang mampu makan atau bernafas untuk dirinya sendiri hingga mereka dilahirkan. Dan sementara dirasakan masih mungkin untuk mempercepat proses perubahan dengan menempatkan dirimu di dalam sebuah suasana rohani, usaha pada kehidupan yang berbakti akan menjadi tidak berarti apa-apa kecuali pekerjan sulit dan membosankan hingga engkau dilahirkan secara rohani. 1 Korintus 2:14 berkata, “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”

Salah satu mujizat yang dihasilkan Roh Kudus pada saat perubahan adalah menciptakan kapasitas baru untuk mengenal Allah. “Untuk melayani Dia dengan benar, kita harus dilahirkan di dalam Roh Suci. Ini akan menyucikan hati dan memperbarui pikiran, memberikan kita kapasitas baru untuk mengenal dan mengasihi Allah.”—The Desirre of Ages, hal. 189.

Tidak masalah jika engkau berasal dari latar belakang atheis atau Kristen sejati, engkau harus dilahirkan kembali untuk dapat melihat kerajaan surga. Yesus berkata kepada Nikodemusi dalam Yohanes 3:3, “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.”

Dan engkau dapat mengetahui apakah engkau telah berubah atau tidak. Adalah benar bahwa perbedaan perubahan sama seperti mekanisme perbedaan emosional manusia kita, tetapi pengalaman perubahan masih lebih khusus. “Sedikit demi sedikit, mungkin secara tanpa disadari oleh penerima, pengaruh yang dibuat cenderung untuk menarik jiwa kepada Kristus. Hal ini mungkin diterima melalui merenungkan tentang Dia, melalui pembacaan Alkitab, atau melalui pendengaran akan firman yang disampaikan pengkhotbah. Tiba-tiba, saat Roh itu datang dengan seruan yang langsung, jiwa itu dengan sukacita menyerahkan dirinya kepada Yesus.”—The Desire of Ages, hal. 172.

Pernahkah “tiba-tiba” itu terjadi terhadapmu? Pernahkah engkau bergantung pada kelakuan baikmu, posisimu di dalam gereja, atau warisan Kristen turun-temurunmu untuk memastikan keselamatanmu?

Atau apakah engkau memusatkan perhatianmu pada kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahanmu dan berkesimpulan berdasarkan hal itu bahwa engkau belum pernah berubah?

Ketika engkau mengerti apa perubahan itu, engkau dapat mengetahui apakah engkau telah berubah atau belum.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, July 09, 2005
Thesis 25 - PERUBAHAN

PERUBAHAN

Thesis 25

Perubahan menuntun kepada kehidupan yang diubahkan.

Tidak ada jendela layanan drive-trhough atau rantai makanan cepat saji yang menawarkan buah Roh. Pertumbuhan kerohanian membutuhkan waktu. Perumpamaan Yesus membandingkan perkembangan kerohanian dengan jasmani. “Mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” Markus 4:28.

Hanya datang kepada Yesus sajapun—belum termasuk bertumbuh di dalam Dia—melibatkan sebuh proses. Langkah awalnya adalah hasrat untuk sesuatu yang lebih baik. Kita bahkan mungkin tidak menyadari bahwa hasrat ini sebagai sesuatu yang ada hubungannya dengan TUHAN. Kita mungkin hanya sekedar berhasrat memiliki mobil yang lebih bagus atau pekerjaan yang lebih baik atau nilai rata-rata yang lebih baik. Tetapi TUHAN telah menempatkan di dalam setiap hati keinginan untuk mencari sesuatu yang lebih.

Langkah kedua di dalam datang kepada Kristus adalah mendapatkan sebuah pengetahuan tentang apakah yang lebih baik itu. Melalui Alkitab, melalui kesaksian orang-orang Kristen, melalui pekerjaan Roh Kudus di dalam hati, kita mempelajari rencana keselamatan, jawaban TUHAN bagi kekosongan hati umat manusia.

Langkah ketiga dalam datang kepada Kristus adalah keyakinan bahwa kita adalah orang berdosa. Kita diyakinkan akan kondisi kita—bukan sekedar perbuatan-perbuatan berdosa kita. Saat kita mendapatkan pengetahuan mengenai kasih Allah, kita menyadari betapa kita tidak menghargainya. Kita menyadari bahwa kita telah hidup terpisah dari-Nya. Kita mengetahui kondisi kita yang sangat menyedihkan dan menyadari kebutuhan kita akan keselamatan dari Dia.

Langkah keempat dalam datang kepada Kristus adalah kesadaran bahwa kita tidak mampu melakukan apapun untuk mengatasi kondisi kita. Orang muda khususnya mungkin akan gamang pada langkah ke-3 dan ke-4, menyadari bahwa mereka orang berdosa, namun belum mengakui bahwa mereka tidak mampu menolong diri mereka untuk keluar dari kondisi mereka.

Akhirnya, kita tiba pada akhir dari akal kita. Ketika kita melihat ketidakberdayaan kita, hanya ada satu hal yang dapat dilakukan. Menyerah. Kata itu dieja P-E-N-Y-E-R-A-H-A-N. Sebagaimana yang telah kita ketahui, kita tidak dapat membawa diri kita ke titik penyerahan. Tetapi ketika TUHAN membawa kita ke sana, kita dengan sendirinya membuat pilihan untuk menyerah kepada-Nya.

Steps to Christ, hal. 18, menggambarkan keajaiban dari perubahan, atau kelahiran baru: “Juruselamat berkata, ‘Kecuali seorang dilahirkan dari Roh, kecuali dia menerima sebuah hati yang baru, hasrat yang baru, niat-niat, dan motif-motif, yang menuntun kepada kehidupan yang baru, dia tidak dapat melihat kerajaan Allah.’”

Jangan luput dari kata, “Menuntun kepada kehidupan yang baru.” Hal itu tidak terjadi seluruhnya dalam satu malam. Kelahiran jasmani adalah awal. Kelahiran baru adalah awal. Itu belum perubahan menyeluruh kehidupan dan pola tingkah laku dalam semalam. Tetapi itu adalah perubahan arah yang menyeluruh.

Kita telah mengambil waktu untuk melihat murid-murid, yang terus-menerus selama tiga setengah tahun bergumul dengan beberapa masalah yang sama sebelum akhirnya mereka mengalami terobosan yang menuju kepada kemenangan. Yakub menyerah kepada TUHAN di Betel, namun itu terjadi duapuluh tahun sebelum krisis dalam hidupnya di tepi sungai Yabok yang membawanya kepada akhir pengandalan dirinya. Maria datang kepada Yesus tujuh kali, memohon agar Yesus berdoa demi dia untuk mengusir setan yang menguasai hidupnya. Butuh waktu baginya untuk mengerti bagaimana untuk tetap berserah kepada Yesus sepanjang waktu.

Tetapi untuk semua orang ini, ada sebuah persamaan. Mereka sekarang berusaha mencari persahabatan dengan Yesus dari pada lari dari-Nya. Arah mereka telah berubah. Mereka telah memiliki kapasitas baru untuk mengenal dan mengasihi TUHAN. Sikap mereka terhadap TUHAN telah berubah. Dan saat mereka terus-menerus mencari Yesus, proses pertumbuhan dan kedewasaan melakukan pekerjaannya, dan hidup mereka diubahkan.

The Ministry of Healing, hal. 454, mengatakan kepada kita, “Karunia yang mulia dari Roh Kudus tidak dikembangkan dalam sesaat. Keberanian, ketabahan, kelemahlembutan, iman, kepercayaan yang tidak goyah dalam kuasa TUHAN untuk menyelamatkan, diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun.”

Kita akan mempelajari tentang pencobaan dalam Thesis 80 hingga 84. Tetapi untuk saat ini, perhatikan hal ini: Dimanakah penyerahan kepada pencobaan dimulai? “Penyerahan kepada pencobaan dimulai ketika mengizinkan pikiran untuk goyah, untuk tidak tetap dalam kepercayaanmu kepada TUHAN.”—Thoughts From the Mount of Blessing, hal. 92. Dan berapa lama waktu dibutuhkan untuk memiliki kepercayaan yang tidak goyah kepada TUHAN? Hal itu tidak terjadi dalam satu malam. Hal itu membutuhkan waktu.

Telahkah engkau menyerahkan dirimu kepada TUHAN? Apakah engkau terus-menerus datang kepada-Nya setiap hari di dalam persahabatan dan persekutuan? Dan apakah engkau masih menemukan bahwa dirimu masih tidak tetap dalam kepercayaanmu terhadap-Nya? Selamat datang di klub ini. Hati barumu sedang menuntun kepada sebuah hidup baru. Apakah engkau mau untuk tetap datang kepada-Nya, bahkan jika engkau menemukan dirimu sangat lamban dalam mempelajari pelajaran-pelajaran yang Dia akan ajarkan kepadamu? Apakah engkau mau memberikan waktu kepada TUHAN?

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, July 08, 2005
Thesis 26 - PERUBAHAN

PERUBAHAN

Thesis 26

Perubahan dan pertobatan adalah pengalaman berkelanjutan, tidak hanya sekali saja.

Suatu kali seorang mahasiswa datang ke kantor saya dan berkata, “Saya membuat sebuah keputusan untuk memberikan hidup saya bagi Kristus pada musim panas lalu di sebuah kebaktian perkemahan, dan saat ini saya sungguh-sungguh berpikir saya diubahkan. Namun dalam beberapa minggu, saya justru lebih jauh dari TUHAN dari pada sebelumnya. Hal ini telah terjadi kepada saya berulang kali. Apa yang salah sehingga perubahan saya tidak pernah bertahan lama?”

Perubahan tidak diperkirakan untuk bertahan lebih dari satu hari! Dilema mahasiswa ini bukanlah sebuah masalah dari seseorang yang terlalu sering diubahkan—itu adalah masalah dari seseorang yang tidak cukup sering diubahkan!

Kita tidak percaya pada perubahan-satu kali, selalu berubah. Jika engkau sungguh-sungguh berubah hari ini, engkau masih perlu sungguh-sungguh berubah besok. Perubahan adalah persoalan setiap hari.

Pada satu musim panas saya bekerja sebagai seorang penginjil literatur mahasiswa di Sandhills, Nebraska. Saya berharap bahwa pengalaman yang saya miliki bersama TUHAN selama musim panas itu akan berlanjut selama tahun ajaran berikut. Namun ketika kesibukan jadwal kuliah menimpaku dan, dikelilingi oleh teman-temanku, saya tidak lagi merasakan kebutuhan untuk mencari TUHAN, pengalaman luar biasa di musim panas itupun segera lenyap. Secara rohani, tahun itu berubah menjadi salah satu masa kuliah terburukku.

Bahkan perwujudan-perwujudan kuasa Allah yang paling spektakulerpun akan segera kehilangan kuasanya untuk mempengaruhi kita. Hal itu benar di masa Kristus. Dia telah memberi makan 5.000 orang pria, ditambah wanita dan anak-anak, dari beberapa ketul roti dan ikan. Surga sepertinya turun ke bumi. Orang-orang segera bersiap-siap untuk memahkotai Dia sebagai raja. Engkau dapat membaca kisah itu dalam Yohanes 6.

Hanya duapuluh empat jam kemudian, ketika Dia menolak permintaan mereka untuk mujizat baru yang lebih besar, orang-orang segera bersiap-siap meninggalkan Dia dalam kebencian. Mereka tidak memiliki kesabaran untuk memakan Roti Hidup misterius yang Dia bicarakan. Begitu banyak dari antara mereka berpaling meninggalkan Dia pada hari itu sehingga Dia akhirnya bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apakah kalian akan pergi juga?” Secara jelas hanya murid-murid-Nyalah yang tinggal.

Jika engkau belum menemukan perlunya perubahan setiap hari, hal ini dapat menjadi terobosan besar dalam hidupmu. Thoughts From The Mount of Blessing, hal. 101, membuat janji ini: “Jika engkau mencari TUHAN dan diubahkan setiap hari... semua kegelisahanmu akan ditenangkan, semua kesulitanmu akan disingkirkan, semua masalah-masalah membingungkan yang sekarang menyerangmu akan dipecahkan.”

Perubahan dan pertobatan sangat terkait erat satu sama lain, dan saya telah memasukkan pertobatan dalam thesis ini saat saya membuat perpindahan ke thesis yang membahas tentang pertobatan. Tetapi pertobatan bukanlah pengalaman-sekali-seumur-hidup. Hal itu, juga, adalah persoalan setiap hari.

Ketika saya membicarakan pertobatan sebagai keperluan setiap hari, saya tidak membicarakan tentang pertobatan dari perbuatan-perbuatan salah. Engkau mungkin pernah mendengar cerita tentang seorang pria yang berkata kepada pendetanya, “Saya telah ribuan kali memohon pengampunan TUHAN untuk dosa yang ini.”

Sang pendeta menjawab, “Sedang yang 999 kali sudah terlalu banyak.”

Saya tidak sedang mengkampanyekan sebuah pertunjukan tanpa akhir dari kegagalan-kegagalan dan kesalahan-kesalahan kita. TUHAN telah menjanjikan, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9. Malah saya sedang membicarakan pertobatan yang digambarkan di dalam The Acts of The Apostles, hal. 561: “Tidak ada seorangpun dari antara para rasul dan para nabi yang pernah menyatakan diri tanpa dosa. Orang-orang yang pernah hidup sangat dekat kepada TUHAN, orang-orang yang akan lebih senang mengorbankan hidupnya dari pada melakukan tindakan yang salah, orang-orang yang dihormati Allah dengan terang dan kuasa surga, telah mengakui sifat keberdosaan mereka.” Inilah pertobatan yang dibutuhkan setiap hari, pertobatan yang dibawakan oleh kesadaran baru akan kondisi kita yang penuh dosa yang membuat kasih karunia Allah sebuah kebutuhan. Inilah pertobatan yang mengatakan, “Pada setiap langkah maju dalam pengalaman Kristen, pertobatan kita akan semakin mendalam.”—Ibid.

Apakah engkau diubahkan? Telahkah engkau diubahkan hari ini?

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, July 07, 2005
Thesis 27 - PERTOBATAN

PERTOBATAN

Thesis 27

Pertobatan adalah dukacita terhadap dosa dan berpaling dari perbuatan-perbuatan dosa. Pertobatan adalah karunia. Oleh karena itu, dukacita terhadap dosa adalah karunia, dan berpaling dari perbuatan-perbuatan dosa adalah karunia.

Pada awal masa pelayanan saya, saya menemukan diri saya pada posisi yang paling tidak nyaman. Saya belum diubahkan, dan saya tidak tahu bagaimana caranya untuk diubahkan. Saya belum diselamatkan, dan saya tidak tahu bagaimana supaya selamat. Dan bagi seseorang yang belum diubahkan dan belum diselamatkan pelayanan penginjilan adalah tempat yang paling tidak nyaman di dunia ini!

Musim panas tiba. Waktu untuk pertemuan perkemahan semakin dekat. Sebagai seorang pendeta muda, salah satu tugas saya adalah menolong untuk mendirikan tenda-tenda di lokasi perkemahan seminggu sebelum pertemuan dimulai. Pendeta-pendeta yang ditugaskan mendirikan tenda telah mendirikan tenda-tenda baris pertama, maka mereka masih punya banyak pekerjaan, dan mereka butuh istirahat! Kami tidak biasa dengan gerak badan seperti ini! Sementara kami beristirahat sejenak di antara barisan tenda-tenda, kami menjadi terlibat dalam sejenis diskusi theologikal. Kami berbicara tentang dimana Perang Armagedon akan terjadi dan apakah sayap malaikat-malaikat mempunyai bulu atau tidak! Saya melihat kesempatan saya.

Kepada salah seorang pendeta yang lebih senior, saya bertanya, “Apa yang akan engkau katakan kepada seseorang yang bertanya bagaimana caranya supaya selamat?”

Dia berkata, “Saya akan katakan kepadanya agar bertobat.”

“Seandainya mereka bertanya bagaimana caranya bertobat?”

“Yah, pertobatan adalah berdukacita karena dosa-dosamu dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa itu.”

“OK, bagaimana engkau menjauh dari dosa-dosamu?”

“Mengapa, engkau bertobat!”

Saya berkata, “Tunggu dulu. Apakah engkau mengatakan kepada saya bahwa cara menjauh dari dosa-dosamu adalah dengan menjauh dari dosa-dosamu, dan cara untuk bertobat adalah dengan bertobat?”

“Ya, itu benar,” dia berseri-seri, jelas merasa senang dengan menjernihkan pemahaman saya tentang masalah itu.

Defenisi klasik untuk pertobatan, ditemukan pada halaman 23 dari buku Steps to Christ, menggunakan kata-kata yang paling tepat. “Pertobatan termasuk berdukacita karena dosa dan menjauhinya.” Tetapi kebenaran tentang pertobatan yang luput dari saya adalah bahwa pertobatan adalah sebuah karunia. Itu bukan sesuatu yang kita raih; itu adalah sesuatu yang kita terima. Itu membuat perbedaan yang menyeluruh.

Kisah 5:31 mengatakan kepada kita bahwa pertobatan adalah karunia Allah. Selected Messages, jilid 1, halaman 353, berkata dengan jelas, “Pertobatan, sebagaimana pengampunan, adalah karunia dari Allah melalui Kristus.” Maka semua pertobatan yang kita usahakan atas kekuatan kita, semua pertobatan yang dihasilkan diri kita, pasti akan segera gugur di hadapan pertobatan sejati. Kita mungkin mampu menyesali konsekwensi-konsekwensi dari perbuatan-perbuatan jahat kita. Kita mungkin menyesali apa yang dihasilkan oleh kehidupan kita yang penuh dosa. Tetapi kecuali kita menerima pertobatan yang merupakan karunia dari Allah, kita tidak akan mampu berjalan lebih jauh dari pada sekedar menyesal saja.

Berdukacita karena dosa, berdukacita karena hidup terpisah dari Allah, hanya dapat datang dari TUHAN sendiri. Kita tidak dapat membuat diri kita menyesal. Kesedihan sejati atas dosa adalah sebuah karunia.

Dan menjauh dari dosa-dosa juga karunia. Kita tidak menjauhi dosa untuk bertobat. Kita datang kepada Yesus untuk bertobat! Dan Roma 2:4 berkata bahwa adalah kebaikan Allah-lah yang menuntun kita kepada pertobatan. Kita sangat mengenali sepenuhnya kejahatan dosa ketika kita sangat menyadari sepenuhnya kasih Yesus. Pada saat kita mempelajari kehidupan Yesus, saat kita merenungkan pengorbanan-Nya bagi kita di salib, hati kita menjadi remuk, dan kita mengalami pertobatan sejati. Dosa tidak lagi menjadi menarik. Ketika hati kita diubahkan, tindakan kita diubahkan, dan kita menerima karunia pertobatan. Bagian kita hanyalah, selalu, datang kepada-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, July 06, 2005
Thesis 28 - PERTOBATAN

PERTOBATAN

Thesis 28

Kita tidak mengubah hidup kita untuk datang kepada Yesus. Kita datang kepada Dia sebagaimana kita ada, dan Dia mengubah hidup kita.

Suatu hari seorang perawat singgah ke kantor saya. Dia berkata, “Saya bosan dan jenuh dengan hidup saya. Saya tahu saya membutuhkan TUHAN, dan saya mau datang kepada-Nya. Maukah engkau menolong saya?”

Yah, itu adalah kesempatan yang sangat ditunggu-tunggu setiap pendeta. Maka saya berkata, “Tentu! Yang perlu engkau lakukan adalah datang kepada-Nya dalam doa dan mohon pada-Nya untuk mengampuni dosa-dosamu dan mengendalikan hidupmu. Kita dapat melakukannya sekarang.”

“Tidak,” jawabnya, “Tunggu dulu. Saya punya rencana akhir pekan ini.” Dia menceritakan kepada saya tentang rencananya. Dia akan pergi keluar kota bersama suami orang lain. Dia ingin datang kepada Kristus, tetapi dia tidak ingin mengubah rencananya untuk akhir pekan itu. Dan saat itu adalah Kamis sore.

Saya berkata, “Engkau dapat datang kepada Kristus sebagaimana engkau ada. Engkau tidak harus mengubah rencana-rencanamu untuk akhir pekan nanti agar dapat datang kepada Kristus. Engkau datang kepada Kristus, apa adanya, dan Dia yang akan mengurus rencana-rencanamu.”

Dia berkata, “Engkau tidak sungguh-sungguh, kan?”

Sekarang izinkan saya bertanya kepadamu. Siapakah yang benar? Apakah wanita itu harus mengubah rencana-rencananya untuk akhir pekan sebelum dia dapat datang kepada Kristus? Atau akankah Dia menerima wanita itu dengan rencana-rencananya untuk akhir pekan? Mana yang engkau percayai?

Yeremia 3:13 berkata, “Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap TUHAN, Allahmu.” Perawat muda ini telah melakukan banyak hal. Dia mengakui bahwa rencananya untuk akhir pekan adalah salah. Tetapi dia masih belum mau menyerahkan rencana-rencananya.

Bagaimana pertobatan dapat dipenuhi? Apakah kita datang kepada Kristus untuk bertobat, atau apakah kita bertobat untuk datang kepada Kristus? Di wilayah pertobatan, kita sering menemukan diri kita berada pada posisi seseorang yang klakson mobilnya tidak mau berbunyi. Maka dia pergi ke bengkel untuk memperbaiki klaksonnya, dan di pintu bengkel ada tanda dengan tulisan, “Bunyikan Klakson Untuk Mendapatkan Pelayanan.”

Bagian tentang pertobatan dalam Steps in Christ menjelaskan jalan keluar dari dilema ini. Buku tersebut berkata, “Hanya di sinilah titik dimana terdapat banyak kesalahan, dan karena itu mereka gagal menerima pertolongan yang ingin Kristus berikan kepada mereka. Mereka pikir mereka tidak dapat datang kepada Kristus kecuali mereka bertobat lebih dulu, dan pertobatan itu menyediakan pengampunan bagi dosa-dosa mereka. Benar bahwa pertobatan mendahului pengampunan untuk dosa-dosa; karena hanya hati yang remuk dan patahlah akan merasakan kebutuhan seorang Juruselamat. Tetapi haruskah seorang berdosa menunggu hingga dia telah bertobat sebelum dapat datang kepada Yesus? Apakah pertobatan dibuat untuk menjadi penghalang antara orang berdosa dengan Juruselamat?”—Halaman 26.

Jawaban untuk pertanyaan itu muncul di halaman yang sama, “Kita tidak dapat bertobat tanpa Roh Kristus yang membangkitkan kesadaran bahwa kita tidak dapat diampuni tanpa Kristus.” Pertobatan bukanlah sesuatu yang kita lakukan; itu adalah sebuah pemberian (karunia). Untuk menerima sebuah karunia, terlebih dahulu kita harus datang ke hadirat Sang Pemberi.

Jadi, jika engkau adalah perawat muda pada sebuah Kamis sore, merindukan sesuatu yang lebih baik untuk hidupmu, tetapi tidak mampu mengubah rencanamu untuk akhir pekan, engkau dapat datang kepada Kristus sebagaimana engkau ada. Engkau tidak akan pernah mampu mengubah kehidupanmu yang penuh dosa tanpa Dia. Tetapi ketika engkau datang kepada-Nya, Dia akan memberikanmu pertobatan dan pengampunan dan kasih karunia untuk menang, mengerjakan di dalam dirimu segala sesuatu yang menyenangkan pada pemandangan-Nya. Bagianmu adalah tetap datang kepada-Nya, agar tetap menerima karunia-karunia yang Dia telah tawarkan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, July 05, 2005
Thesis 29 - PERTOBATAN

PERTOBATAN

Thesis 29

TUHAN memberi kita pertobatan sebelum Dia memberi pengampunan.

Mari kita pikirkan sejenak dimana letak pertobatan yang cocok dalam urutan dari datang kepada Kristus. Kita diberitahu pada awalnya bahwa langkah pertama kepada Kristus adalah hasrat untuk sesuatu yang lebih baik. Kedua, kita memperoleh sebuah pengetahuan tentang apakah yang lebih baik itu. Ketiga, kita diyakinkan akan kondisi kita yang berdosa, dan keempat, kita menyadari bahwa kita tidak mampu menyelamatkan diri kita sendiri. Itulah saat dimana kita menyerah, atau berserah, dan datang kepada Kristus.

TUHAN tidak mengharapkan kita bertobat sebelum kita datang kepada Kristus; namun, adalah hal yang mustahil bagi kita melakukan itu. Pertama kita datang kepada Kristus, dan kemudian Dia memberikan kita pertobatan.

“Diajarkan oleh orang Yahudi bahwa sebelum kasih TUHAN diberikan kepada orang berdosa, dia harus bertobat lebih dahulu. Dalam pandangan mereka, pertobatan adalah pekerjaan yang mana dengan itu manusia mendapatkan pengampunan Surga. Dan pemikiran itulah yang membuat orang Farisi menyatakan dalam keheranan dan amarah, ‘Orang ini menerima orang berdosa.’ Menurut pendapat mereka Dia seharusnya tidak mengizinkan seorangpun mendekati Dia kecuali orang yang telah bertobat. Tetapi dalam perumpamaan domba yang hilang, Kristus mengajarkan bahwa keselamatan tidak datang melalui pencarian kita akan TUHAN tetapi melalui pencarian TUHAN akan manusia. ‘Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.’ Roma 3:11,12. Kita tidak bertobat agar TUHAN boleh mengasihi kita, tetapi Dia menyatakan kepada kita kasih-Nya agar kita boleh bertobat.”—Christ Object Lesson, hal. 189.

Maka setelah kita datang kepada Kristus, kita menjadi menyadari tabiat yang mematikan dari dosa dengan memandang kasih-Nya untuk kita, dan sekaligus menjadi mau menerima karunia pertobatan-Nya.

Pertobatan bukanlah sesuatu yang kita kerjakan, walaupun itu adalah sesuatu yang kita lakukan! Pertobatan bukanlah pekerjaan kita; itu adalah pekerjaan TUHAN untuk kita. Tetapi itu datang sebelum pengampunan. Dan jika pertobatan diikuti pengampunan, maka pertobatan juga diikuti pembenaran. “Orang yang diampuni Kristus, terlebih dahulu dibuat-Nya sangat menyesal.”—Toughts From The Mount of Blessing, hal. 7. Kisah 2:38 dengan jelas menyatakan bahwa pertobatan harus terjadi sebelum pengampunan. “Jawab Petrus kepada mereka, ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu.’”

Kadang kala orang mempertanyakan nilai untuk menjadi begitu teliti dalam usaha memisahkan dan membuat daftar urutan setiap kejadian dalam datang kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan. Tentu hal itu bukan dimaksudkan agar engkau dapat memiliki sebuah daftar dan kemudian menandai setiap langkah saat engkau melanjutkan dan mengetahui apa yang harus dilakukan berikutnya! Tetapi musuh Allah dan manusia memiliki persediaan yang mantap untuk membuat kesalahmengertian di sepanjang proses itu. Dan ini dapat menjadi penghalang antara kita dan Allah. Jika kita pikir bahwa kita mengusahakan kebenaran atau iman atau penyerahan atau pertobatan atau penurutan atau karunia lain apapun yang TUHAN tawarkan untuk diberi kepada kita secara cuma-cuma, kita dapat gagal datang kepada-Nya. Dan datang kepada-Nya adalah satu-satunya jalan untuk menerima karunia-karunia-Nya.

Banyak dari aspek-aspek terpisah dari datang kepada Kristus ini—pertobatan dan kelahiran baru dan pengampunan dan pembenaran—terjadi hampir secara bersamaan. Tujuan dari memisahkan hal-hal itu adalah untuk mendiskusikannya, sehingga kita dapat menentukan apa pekerjaan kita dan apa pekerjaan TUHAN, apa yang menjadi penyebab dan apa yang menjadi hasil.

Kebaikan TUHAN menuntun kita kepada pertobatan, menurut Roma 2:4. Kita tidak dapat mengusahakan pertobatan, tetapi kita dapat memilih untuk membaca firman-Nya atau mendengarkan khotbah dimana kebaikan TUHAN ditinggikan. Kita tidak dapat mengusahakan pertobatan, tetapi kita dapat datang kepada-Nya. Kita tidak dapat menghasilkan penyesalan sejati terhadap dosa; kita tidak dapat menjauhi dosa dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi kita dapat mencari TUHAN untuk melakukan hal-hal ini bagi kita. TUHAN senang menolong orang yang tidak dapat menolong dirinya sendiri.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, July 04, 2005
Thesis 30 - PERTOBATAN

PERTOBATAN

Thesis 30

Dukacita duniawi adalah berduka karena kita melanggar hukum dan tertangkap. Dukacita Ilahi adalah berduka karena kita telah menyakiti hati dan melukai Sahabat terbaik kita.

Pernahkah engkau mengemudi di atas 100km/jam? Pernahkah engkau dihentikan dan ditilang? Apakah engkau menyesal? Untuk apa engkau menyesal? Menyesal karena tertangkap? Atau menyesal karena mengemudi terlalu cepat?

Pernahkah engkau diperintahkan untuk, ”katakan kamu menyesal”? Semua kita pernah menyaksikan seorang anak yang telah melakukan suatu kesalahan dan tidak ada sedikitpun penyesalan padanya. Kemudian ayah atau ibunya datang dan berkata, ”Sekarang katakan bahwa kamu menyesal.”

Dan anak itu menundukkan kepalanya dan kakinya mengais-ngais lantai dan kelihatan sangat tidak senang. Akhirnya dia bergumam, ”Aku menyesal.” Dan orang tua itu menganggap masalah sudah selesai. Apakah anak itu menyesal? Dia menyesal karena dia harus berkata bahwa ia menyesal!

Alkitab membicarakan dua jenis ”penyesalan.” “Dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.” 2 Korintus 7:10. Jadi, ada dukacita Illahi dan ada dukacita duniawi.

Dukacita Illahi VS Dukacita duniawi

üPersoalan hubungan û Terbatas pada tingkah laku
üMengubah hidupmu û Hanya mengubah perbuatanmu dan bersifat sementara
üSangat perlu ûTidak bernilai

Yudas memiliki kesedihan yang berasal dari dunia. Dia menyesal karena tertangkap basah. Dia menanti hingga menit-menit terakhir untuk memastikan rencananya berhasil. Tetapi akhirnya ternyata Yesus tidak mau melepaskan diri-Nya dan para imam dan penguasa menghukum Dia, Yudas maju dengan penyesalannya. Dikatakan dalam Matius 27:3, ”menyesallah ia (Yudas)”.

Ini adalah ciri khas penyesalan duniawi yang menunggu hingga tertangkap tangan. Adalah satu hal ”menyesal” setelah engkau dibuktikan bersalah, tetapi sebaliknya adalah hal yang lain ”menyesal” bahkan sebelum engkau dituduh bersalah.

Contoh lain dalam Alkitab tentang jenis penyesalan yang salah adalah Kain. Dia, juga, menunggu hingga menit-menit terakhir dan bahkan kemudian berdebat dengan TUHAN. ”Saudaraku? Siapa? Oh, Habel? Apakah aku harus selalu menjaga adikku?”

Penyesalan yang berasal dari TUHAN, di sisi lain, pada dasarnya sangat berbeda. Kita bersedih karena kita melukai seseorang yang kita kasihi. Desire Of Ages, hal. 300, menyatakan demikian: ”Kita sering bersedih karena perbuatan jahat kita membawa akibat-akibat yang tidak menyenangkan kepada diri kita; tetapi ini bukanlah penyesalan. Kesedihan yang benar karena dosa merupakan hasil pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus menyatakan hati yang tidak bersyukur telah menghina dan mendukakan Juruselamat, dan membawa kita di dalam kesedihan yang mendalam ke kaki salib. Setiap dosa yang kita lakukan, kembali melukai Yesus; dan saat kita memandang Dia yang telah kita pakukan, kita berduka karena dosa-dosa yang telah membawa penderitaan ke atas-Nya. Kesedihan seperti inilah yang akan menuntun kepada penolakan terhadap dosa.”

Hal ini memberikan kita alasan tegas lain mengapa penyesalan haruslah muncul sebagai hasil dari datang kepada Kristus. Kita tidak bisa bersedih karena telah melukai seseorang yang kita kasihi jika kita tidak mengasihi orang itu! Ingat ketika engkau masih kecil, dan engkau telah melakukan sesuatu yang membuat seorang anak tetangga yang nakal menjadi terluka? Apakah engkau menyesal?

Saat kita bertambah dewasa, kita belajar (saya berharap demikian) sedikit demi sedikit tentang semua hal yang meliputi kasih terhadap sesama manusia, sehingga kebaikan kita meluas melewati lingkaran teman-teman dekat kita. Namun kenyataannya tetap saja, semakin engkau mencintai seseorang maka semakin sedihlah hatimu ketika engkau melukainya.

Saat kita belajar mengenal Yesus dan mempercayai kasih yang Dia miliki untuk kita, kita akan menemukan bahwa kita sungguh-sungguh menyesal ketika kita membuat-Nya bersedih. Ini adalah penyesalan yang berasal dari Allah, ”yang tidak akan disesalkan.”

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, July 03, 2005
Thesis 31 - PENGAMPUNAN

PENGAMPUNAN

Thesis 31

Satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni adalah dosa yang tidak kita sesali dan tidak kita mintakan pengampunan.

Satu hari setelah kebaktian gereja, seorang anak perempuan kecil dengan wajah berbintik-bintik, berusia sekitar sembilan atau sepuluh tahun, menarik ujung jas saya dan meminta untuk bicara dengan saya. Kami pergi ke sudut yang tenang di gereja, dan dengan air mata bercucuran dan bibir gemetar, dia berusaha untuk berkata, “Saya pikir saya telah melakukan dosa yang tidak dapat untuk diampuni.”

Banyak orang lain yang memiliki kekhawatiran yang sama. Ada sesuatu yang menakutkan tentang frase “dosa yang tidak dapat diampuni.” Hal itu dapat menuntun kita kepada gambaran Allah yang pemarah, menggelengkan kepala-Nya dan berkata, “Kali ini kamu sudah keterlaluan.” Dan orang-orang Kristen yang bergumul mulai dari usia sembilan sampai sembilan puluh sembilan tahun khawatir telah melewati batas kasih dan kemurahan Allah.

Wanita yang berbuat zinah itu merasa yakin dia telah berbuat terlalu jauh. Dengan kepala tertunduk dan mata menatap ke bawah, dia menanti batu-batu terbang ke arahnya. Dia merasa takjub ketika mengetahui bahwa pintu pengampunan masih terbuka untuknya. Dia tidak dihukum. TUHAN masih menawarkan pengampunan dan kuasa.

Marilah kita membaca tentang dosa yang tidak dapat diampuni dalam Matius 12:31. Yesus berkata, “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.”

Bagian pertama dari ayat itu sangat menguatkan hati. Semua perbuatan dosa akan diampuni. Tetapi apa artinya berdosa terhadap Roh Kudus? Hanya ini: karena adalah pekerjaan Roh Kudus untuk menyatakan dosa (baca Yohanes 16:8,9) dan karena semua perbuatan dosa dapat diampuni, maka dosa melawan Roh Kudus adalah menolak pernyataan-Nya dan menolak datang untuk bertobat.

Pengampunan adalah bersyarat. Jika tidak, maka semua orang di dunia ini akan diselamatkan. Apakah syarat untuk pengampunan? Pertama, kita mengakui dosa-dosa kita. Kita diberitahu bahwa “jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9. Oleh karena itu dosa yang tidak dapat diampuni adalah dosa yang kita tolak untuk akui dan diampuni.

Beberapa orang pada saat ini telah memutuskan bahwa pengakuan tidak penting. Mereka mengatakan bahwa Allah adalah Bapa yang pengasih dan bapa yang tidak akan mendesak anak-anaknya untuk mengakui perbuatan-perbuatan salah mereka. Mereka berkata seorang bapa mengampuni anak-anaknya karena dia mengasihi mereka. Tetapi tidak demikian yang dikatakan Alkitab. Alkitab menyatakan bahwa pengakuan adalah penting. Untuk diampuni, kita harus meminta pengampunan dan menerimanya.

Bagaimana kita menerima pengampunan Allah? Steps to Christ, hal. 51 berkata, “Jika engkau percaya pada janji—percayalah bahwa engkau telah diampuni dan disucikan,--Allah memenuhi kenyataan itu; engkau telah dipulihkan, seperti Kristus memberikan kekuatan kepada orang lumpuh untuk berjalan ketika orang itu percaya bahwa ia telah disembuhkan. Itulah yang akan terjadi bila engkau mempercayainya.”

Kadang kala kita mendapat pemikiran bahwa syarat untuk mendapat pengampunan adalah bahwa kita tidak pernah berbuat dosa lagi. Kita berjanji kepada Allah, “Jika Engkau mengampuni kesalahanku ini sekali lagi—.” Dan kemudian kita melakukan dosa yang sama lagi dan takut untuk datang kepada-Nya untuk memperoleh pengampunan. Inilah yang sering menyebabkan orang-orang takut bahwa mereka telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni.

Tetapi janji Alkitab adalah, “Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” Yohanes 6:37. Tidak ada tanggal kadaluarsa seperti pada kemasan makanan. Tidak ada pesan yang mengatakan, “Tidak baik digunakan setelah tanggal sekian-sekian.” Orang yang datang kepada Kristus selalu diterima.

Tidak masalah siapa engkau atau apa yang telah engkau lakukan. Jika engkau datang kepad Kristus hari ini, meminta pengampunan-Nya, menerima karunia pertobatan dan pengampunan-Nya, engkau akan diampuni. “Yesus suka menerima kita datang kepada-Nya sebagaimana kita ada, penuh dosa, tidak berdaya, bergantung. Kita boleh datang dengan kelemahan kita, kebodohan kita, keberdosaan kita, dan jatuh di kaki-Nya dalam penyesalan yang dalam. Kemuliaan-Nya akan mengelilingi kita di dalam tangan kasih-Nya dan untuk menyembuhkan luka-luka kita, untuk menyucikan kita dari segala ketidaksucian.”—Steps to Christ, hal. 52.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, July 02, 2005
Thesis 32 - PENGAMPUNAN

PENGAMPUNAN

Thesis 32

Pengampunan tidak bermanfaat bagi orang berdosa kecuali dia menerimanya.

Engkau mungkin mengingat pernah mendengar cerita beberapa tahun yang lalu tentang seorang yang dijatuhi hukuman mati, menantikan eksekusinya. Seseorang berusaha menangani kasusnya, membuat permohonan untuk menyelamatkan hidupnya, dan dia diberikan pengampunan. Tetapi dia menolak untuk menerimanya.

Penolakan itu menyebabkan kegemparan di kalangan pakar hukum. Apa yang akan engkau lakukan kepada orang yang menolak untuk diampuni? Kasus itu akhirnya dibawa ke Mahkama Agung, dan keputusan telah dibuat. Jika pengampunan diberikan, tetapi pengampunan itu tidak diterima, maka pengampunan tidak dapat dipaksakan kepada siapapun. Dan orang yang menolak untuk diampuni itu melangkah kepada kematiannya.

Umat manusia berada di bawah ancaman hukuman mati. Kita dipenjara di planet ini, menunggu eksekusi. Tetapi Yesus telah mengusahakan kasus kita. Dia turun dan mati menggantikan tempat kita, menanggung hukuman kita, menjadi pengganti kita. Dia menawarkan pengampunan. Tetapi kita menolak untuk menerimanya.

Pengampunan adalah transaksi dua arah. Agar pengampunan terjadi, harus ditawarkan dan diterima.

Pernahkah engaku mengalami hal itu dalam tingkatan hubungan antar manusia? Pernahkah seseorang yang bersalah kepadamu, dan engkau telah datang kepadanya menawarkan pengampunan hanya untuk mendapatkan kekecewaan? Pernahkah engkau menemukan bagi dirimu sendiri bahwa pengampunan harus dua arah? Engkau bisa saja begitu pengampun. Engkau bisa saja dengan semangat yang tulus menginginkan agar hubungan itu dipulihkan. Tetapi jika pihak lain itu tidak menerima pengampunan yang engkau berikan, pengampunan tidak akan terjadi.

Dalam Lukas 17:3 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bagaimana mereka harus membalas orang yang berdosa terhadap mereka. “Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah ia.” Alkitab tidak mengatakan, “Jikalau saudaramu berbuat dosa, ampunilah dia.”

Dalam ayat 4, Yesus menarik garis bahkan lebih dekat lagi, “Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal. Engkau harus mengampuni dia.” Kembali orang yang bersalah harus bertobat untuk diampuni.

TUHAN memiliki semacam penghormatan yang tinggi terhadap kuasa memilih kita sehingga Ia tidak akan memaksakan bahkan pengampunan-Nya kepada kita. Dia menawarkannya dengan cuma-cuma. Dia mendorong kita untuk menerimanya. Tetapi pilihan akhir adalah milik kita. Kita dapat menolaknya jika kita memilih demikian.

Saat Yesus dipakukan pada salib, Dia mengucapkan sebuah doa bagi orang-orang yang menyalibkan Dia. Kata-kata-Nya diulang-ulang sepanjang masa, hingga sampai hari ini, “Bapa, ampunilah mereka; karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Pengampunan-Nya tidak terbatas, luas bahkan hingga kepada orang-orang yang membunuh Dia. Dia berdoa bagi mereka secara khusus. Tetapi apakah doa-Nya dijawab? Apakah mungkin bagi doa-Nya untuk dijawab? Apa yang memutuskan apakah doa-Nya akan dijawab?

The Desire of Ages, hal. 745, mengatakan kepada kita, “Beberapa orang oleh karena ketidakmenyesalan mereka akan membuat sebuah kemustahilan bagi doa Kristus dijawab untuk mereka.”

TUHAN membuat ketentuan untuk pengampunan—berkelimpahan dan ditawarkan cuma-cuma. Yesus menyediakan suasana bagi pengampunan. Dan beberapa orang menerima, dan beberapa yang lain menolak. Bagi orang-orang yang menolak, pengampunan-Nya tidak bermanfaat. Pengampunan hanya bermanfaat bagi orang yang mau menerimanya.

Pengampunan tersedia. Pengorbanan Kristus di salib cukup untuk memasukkan setiap jiwa yang pernah lahir ke dunia ini dalam keselamatan-Nya. Satu-satunya yang dapat menghalangi engkau untuk diampuni adalah engkau. Itu adalah pilihanmu. Pengampunan menjadi milikmu jika engkau menerimanya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, July 01, 2005
Thesis 33 - PENGAMPUNAN

PENGAMPUNAN

Thesis 33

Pengampunan TUHAN tidak terbatas, tetapi penerimaan kita terhadap pengampunannya dapat terbatas.

Dia pikir dia telah melakukan kejahatan yang sempurna. Selama beberapa tahun ini rencananya sepertinya akan berhasil. Pekerjaannya di pemerintahan telah menjadi batu loncatan menuju kesuksesan finansial. Tagihan bulanannya hampir seperti sebuah lelucon, begitu kecil dibandingkan dengan jumlah yang secara teratur ia gelapkan.

Kadang kala dia sedikit khawatir. Semakin ia berusaha mengatur pendapatannya, semakin banyak sepertinya yang ia habiskan. Tetapi isterinya menyukai barang-barang bagus, anak-anaknya terbiasa hidup mewah, maka dia menyingkirkan ketakutannya dan tetap dengan rencananya.

Kemudian suatu hari seluruh dunia menjadi runtuh di sekelilingnya. Pemeriksa keuangan secara tidak terduga memeriksa pembukuan dan dia tidak mempunyai waktu untuk menutupi jejaknya. Yang paling mengerikan dan mengejutkannya, dia ditangkap untuk ditahan, dituntut dengan hutang terhadap pemerintah sebesar 10 juta dollar. Dia tidak bisa membayangkan kemana uang itu telah pergi. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya sekarang. Isteri dan anak-anaknya akan dipermalukan. Rumahnya yang indah akan disita, dan dilanjutkan dengan penjualannya untuk mengembalikan hutang-hutangnya. Tetapi walaupun seluruh hartanya dilikuidasi, dia masih berhutang berjuta-juta lagi. Dan bagaimana dia dapat berharap membuat rencana lain untuk mengganti sumber penghasilannya jika dia duduk di dalam penjara?

Hari persidangannya akhirnya tiba. Dia hanya melakukan apa yang dapat dilakukannya. Dia maju menghadap hakim dan mengakui kesalahan sebagaimana yang dituduhkan. Tetapi dia menyerahkan dirinya kepada belaskasihan pengadilan, meminta waktu untuk membayar ganti rugi. Dia sangat takjub, hakim menangguhkan penghukumannya walau dia telah dinyatakan bersalah.

Dia berjalan keluar dari ruang pengadilan sebagai orang bebas. Tetapi dia belum benar-benar bebas. Karena dia telah memutuskan dalam benaknya sendiri bahwa bagaimanapun dia akan mengembalikan uang yang telah dia gelapkan. Jika tidak, dia merasa bahwa dia akan memiliki kewajiban terhadap pemerintah selamanya.

Di jalan menuju ke rumah, kesempatan pertama muncul dengan sendirinya. Dia bertemu dengan teman sekerjanya yang berhutang kepadanya 30 Dollar. Tidak banyakm, tetapi itu adalah suatu awal, dan disamping itu, dia harus menghidupi dirinya sendiri sekarang, tanpa bantuan penghasilan tambahan. Maka dia menuntut 30 Dollar itu.

Teman sekerjanya menyatakan tidak punya uang. Tetapi hutang itu telah lama jatuh tempo, dan dia merasa telah cukup bermurah hati. Maka dia membuat tuntutan terhadap pria ini di dalam sebuah persidangan kecil.

Beberapa hari kemudian, ketika kasus itu muncul, hakim ketua yang memimpin sidang adalah orang yang sama dengan hakim yang membebaskannya. Ketika hakim melihat bahwa penggugat adalah orang yang baru-baru ini ada di ruang sidangnya, dia sangat marah. Dia segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjatuhkan kembali hukuman yang telah ditangguhkan itu. Dan orang itu diseret ke penjara, sementara tuntutannya terhadap rekan kerjanya dibatalkan.

Cerita ini dicatat dalam Matius 18, mengajarkan kebenaran penting tentang pengampunan. Pengampunan TUHAN tidak terbatas. Penerimaan kitalah yang kadang kala terbatas terhadap pengampunan-Nya dan menggagalkan rencana-Nya untuk membebaskan kita dari penghukuman atas dosa-dosa kita.

Yesus menceritakan kisah ini untuk menjawab pertanyaan Petrus tentang seberapa sering dia harus mengampuni saudaranya. Yesus memberikan jawaban tujuh puluh kali tujuh kali yang terkenal itu, mengindikasikan belas kasih Allah yang tidak berakhir terhadap kita.

Tujuh puluh kali tujuh kali bukan maksud Allah membuat sebuah catatan, dan ketika kita telah mengampuni 490 kali, itulah batasnya. Pengampunan-Nya tidak mengenal batas. Tetapi kita sering menjadi takut dan malu, dan berhenti meminta. Kita berhenti mencari pengampunan-Nya, karena kita berpikir bahwa kita telah terlalu jauh. Dan kita menaruh batas pada pengampunan-Nya yang tidak pernah ada dalam maksud-Nya.

Atau kita mungkin menemukan diri kita bersimpati kepada orang di cerita itu. Orang ini, yang diampuni hutang 10 juta dollar-nya, tidak pernah sungguh-sungguh menerima pengampunan yang ditawarkan. Adalah benar bahwa dia memohon pengampunan, tetapi “ketika orang yang berhutang kepadanya memohon kemurahan hatinya, dia tidak memiliki kesadaran betapa besar hutangnya. Dia tidak menyadari ketidaksanggupannya. Dia berharap untuk menyelamatkan dirinya.”—Christ Object Lessons, hal. 245.

Perlakuannya terhadap rekan sekerjanya menunjukkan kegagalannya menerima pengampunan yang ditawarkan. Dan ketika hakim menggantikan hukuman dan mengirim orang itu ke penjara, dalam kenyataannya dia hanyalah sekedar melaksanakan pilihan orang itu sendiri. Karena itu TUHAN tidak pernah memaksakan pengampunan-Nya kepada siapapun.

Ketika kita melihat betapa besar dosa kita sebenarnya dan ketidaksanggupan kita sama sekali untuk menyelamatkan diri kita, kita tidak harus putus asa. Semakin besar hutang kita, maka semakin besar kebutuhan kita akan belas kasihan dan pengampunan Allah. Dan karena kasih-Nya yang besar, tidak ada yang paling Allah inginkan selain mengampuni kita dan membebaskan kita.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, June 30, 2005
Thesis 34 - PENGAMPUNAN

PENGAMPUNAN

Thesis 34

Orang yang lebih banyak diampuni akan mengasihi lebih banyak. Orang yang lebih mengasihi akan lebih menurut.

Apakah engkau menyukai Petrus? Sepertinya namanya menjadi lobih populer dibanding murid-murid yang lain. Sering kali orang sulit mengenalinya. Dia merebut kesempatan. Dia berani menanyakan pertanyaan yang salah. Dia berani mengambil resiko memberikan jawaban yang salah.

Petrus adalah orang yang datang kepada Yesus dengan pertanyaan klasik tentang pengampunan, dicatat dalam Matius 18:21. “TUHAN, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Dia sering kali menanyakan pertanyaan retorikal; dia merasa sangat yakin dengan kesimpulan-kesimpulan yang dibuatnya. Tujuh kali kelihatan sudah cukup banyak bagi Petrus. Orang-orang Farisi berhenti hanya pada tiga kali. Petrus mau menggandakan batasan mereka dan bahkan melangkah satu langkah lebih jauh, tiba pada “angka sempurna”. Bagus, Petrus!

Tunggu dulu, sebelum engkau menghakimi Petrus. Tentu, engkau telah mengetahui jawaban Yesus. “Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Ayat 22. Tetapi singkirkan dulu itu sebentar dan ingat kapan terakhir kali tetanggamu, teman atau anggota keluargamu melakukan sesuatu yang membuatmu perlu mengampuni mereka. Dan engkau mengampuni mereka. Tetapi mereka melakukannya lagi. Maka engkau mengampuni mereka lagi. Sampai tujuh kali. Tidakkah engkau hampir kehabisan pengampunan terhadap mereka saat itu? Namun, 490 kali adalah jumlah yang sangat banyak!

Keluarga kami tinggal selama tujuh tahun di sebuah sekolah Pacific Union College di California Utara. Sekolah itu terletak di pegunungan, seperti yang dikatakan penduduk setempat, “delapan mil dari dosa yang terdekat.” Tempat itu adalah sebuah perkampungan orang-orang Advent. Dan dilingkungan yang demikian, pendeta sering kali disebut sebagai kepala polisi, hakim, dan sekaligus juri.

Pada suatu hari Minggu telepon berdering. Salah seorang anggota jemaat ingin agar saya menangani masalah dengan tetangganya. Kuda tetangganya telah berlari melalui kebun bunganya. Dan dia merasa bahwa saya adalah orang yang paling tepat menangani masalah ini.

Jawaban yang harus saya berikan kepada pelapor ini terdapat dalam Lukas 17:3,4. “Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau dia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” (Bahkan Petrus mungkin akan menganggap itu terlalu banyak jika “tujuh kali” itu terjadi hanya dalam satu hari!) Bagaimana jika saya berkata kepada orang yang melapor itu, “Apa yang engkau perlu lakukan adalah mengampuni. Dan jika kuda tetanggamu berlari melalui kebun bunganmu enam kali lagi hari ini, ampunilah enam kali lagi. Alkitab berkata, bahwa kuda itu masih dapat datang 489 kali lagi! Itu adalah jumlah waktu yang sangat banyak sehingga mungkin tidak ada lagi bunga yang tersisa di kebun untuk diinjak kuda itu!”

Yesus merekomendasikan pengampunan tanpa batas. Dan Dia tidak meminta kita untuk lebih pengampun dari pada Allah, sehingga kita tahu bahwa pengampunan Allah juga tanpa batas, selama kita mau tetap datang kepada-Nya dan meminta pengampunan dan menerima karunia pengampunan-Nya.

Tetapi kadang kala orang sering kali merasa takut disini. Mereka bertanya, “Bukankah itu akan menjadi semacam memberikan izin?” Jika pemilik kuda itu diampuni 490 kali, atau bahkan 7 kali dalam sehari, tidakkah mereka akan mulai berpikir bahwa kuda mereka berhak berlari melalui kebun bunga itu? Tidakkah ajaran pengampunan tanpa batas akan menuntun kita menganggap remeh kasih karunia Allah?

Yesus menjawab pertanyaan itu dalam perumpamaan-Nya kepada Simon tentang dua orang yang berhutang. Baca Lukas 7. Dia menceritakan kepada Simon, Maria dan murid-murid lainnya, orang yang diampuni lebih banyak, akan mengasihi lebih banyak. Semakin banyak engkau diampuni, maka akan semakin besar kasihmu.

Sekarang kita perlu menambahkan hanya satu ayat lagi, Yohanes 14:15. “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”

Disinilah kita mengerti. Pengampunan Allah adalah tak terbatas. Tetapi ini tidak menuntun kita kepada izin untuk berdosa, karena orang yang diampuni lebih banyak akan lebih mengasihi. Dan bila engkau lebih mengasihi, maka engkau akan lebih menurut. Sesederhana itu.

“Yesus tahu keadaan setiap jiwa. Engkau mungkin berkata, “Aku orang berdosa, sangat berdosa.” Engkau mungkin memang demikian; tetapi semakin jahat engkau, semakin besar kebutuhanmu akan Yesus. Dia menghapuskan air mata dan menyembuhkan hati yang hancur. Dia tidak mengatakan kepada siapapun semua yang dapat Ia nyatakan, tetapi Dia menawarkan kekuatan kepada setiap jiwa yang terguncang. Dengan cuma-cuma Dia mengampuni semua yang datang kepada-Nya untuk mendapatkan pengampunan dan pemulihan.”—The Desire of Ages, hal. 568.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, June 29, 2005
Thesis 35 - PENGAMPUNAN

PENGAMPUNAN

Thesis 35

Pengampunan itu cuma-cuma, tetapi tidak murah. Pengampunan harus dibayar dengan hidup Anak Allah.

Kami sedang mendiskusikan tentang masalah nilai pada suatu hari di sebuah kelas dimana saya mengajar. Saya bertanya kepada para siswa, “Apakah kalian akan merasa lebih baik bila semua orang di kelas ini mendapat nilai “A” tidak peduli apakah dia berusaha atau tidak? Atau apakah kalian akan merasa lebih baik bila kalian mendapat nilai “A” hanya apa bila kalian telah berusaha keras untuk mendapatkannya?”

Mereka menjawab dengan alimnya, “Oh, kami lebih senang berusaha keras untuk mendapatkan nilai kami.”

Saya tidak mempercayai mereka! Saya telah mendengar sejumlah keluhan setiap kali saya mengumumkan sebuah quiz atau ujian. Saya telah menampung begitu banyak alasan karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) tepat pada waktunya. Saya telah menghadapi sejumlah siswa yang siap berdebat sepanjang hari demi mendapatkan nilai tambahan. Saya berkata, “Ayolah! Kalian hanya berusaha cari muka di depan guru! Jujur sajalah. Saya tidak akan memberikan nilai untuk jawaban kalian atas pertanyaan ini! Tidakkah kalian menginginkan nilai akhir yang tinggi? Mengapa bagi kalian itu bukan kabar baik jika setiap orang di kelas ini dijamin mendapatkan nilai tertinggi?”

Mereka menjawab, “Kami tidak akan belajar keras lagi. Kami tidak akan berusaha menghafal pelajaran lagi. Kami tidak akan menghargai sebuah nilai kecuali kami berusaha keras mendapatkannya.”

Dan saya tidak dapat berkata apa-apa lagi!

Apakah engkau setuju dengan para siswa itu? Apa yang membuat sesuatu berharga bagimu—menerima sesuatu sebagai pemberian, atau karena harus berusaha mendapatkannya?

Jika tuan tanahmu membayar rekening air, apakah itu berarti engkau memakai air lebih berhati-hati, atau lebih semberono? Apakah engkau lebih cermat memakai amplop dari persediaan di perusahaan dari pada yang engkau pakai di rumah? Jika engkau menyewa sebuah mobil tanpa batasan jarak, apakah engkau lebih sering memakai mobil itu atau lebih jarang? Ketika engkau dibiayai melakukan perjalanan, apakah engkau akan menginap di motel yang sama dengan pada saat engkau mengadakan liburan bersama keluargamu?

Jika benar bahwa manusia cenderung lebih menghargai hal-hal yang mereka dapatkan dari hasil usaha mereka, lalu mengapa TUHAN tidak menetapkan suatu sistem keselamatan oleh usaha? Bagaimana kita dapat benar-benar menghargai pengampunan atau pertobatan atau surga pada akhirnya, jika hal itu datang hanya sebagai pemberian (karunia)?

Roma 6:23 berkata, “Karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, TUHAN kita.” Kisah 5:31 berkata, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan.” Maka pengampunan dan keselamatan adalah karunia, bukan sesuatu yang kita dapatkan karena usaha atau jasa kita. Lalu bagaimana kita dapat benar-benar menghargai hal itu dengan sebagaimana mestinya?

Untuk menemukan jawaban atas dilema ini, kita perlu mengerti sifat dasar pengampunan itu. Thoughts From The Mount of Blessing, hal 114, menggambarkannya begini: “Pengampunan Allah bukanlah sekedar tindakan hukum yang mana olehnya Dia membebaskan kita dari kutukan. Hal itu bukan hanya pengampunan bagi dosa, tetapi mengangkat dari dosa. Itu adalah aliran kasih penebusan yang mengubahkan hati.”

Maka pengampunan bukan sekedar tindakan hukum. Hal itu lebih dari sekedar membersihkan catatan di buku surga. Itu lebih dari sekedar persetujuan dari surga. Hal itu memulihkan hubungan dengan seseorang. Itu adalah transaksi kasih.

Kasih membuat sebuah perbedaan, bahkan pada tingkatan manusia dalam menerima dan memberi karunia. Seorang anak dapat dilahirkan dalam bentuk yang mengerikan yang diselubungi lendir lengket dan kelihatan seperti es krim bertangkai, dan orang tuanya akan menghargainya karena kasih—dari pada menilainya dari penampilannya. Kita akan lebih menghargai sebuah pemberian jika pemberian dan sang pemberi sama pentingnya bagi kita.

Misalkan engkau dirawat di rumah sakit karena gagal ginjal, dan saudaramu datang dan menawarkan salah satu ginjalnya untuk menyelamatkan hidupmu. Apakah yang akan engkau akan berkata kepadanya, “Sekarang aku ingin agar benar-benar dapat menghargai ginjal ini, maka bagaimana kalau aku membayarmu Rp 4.000.000 untuk ginjal itu?” Dia akan merasa terhina! Kenyataan bahwa pemberian yang sangat berharga itu diberikan oleh seseorang yang sangat mengasihi kita menjadikannya tidak ternilai.

Kasih membuat perbedaan. Kebutuhan membuat perbedaan. Jika engkau tenggelam, dan seseorang melemparkan pelampung kepadamu, apakah engkau akan berkata, “Hey, tunggu dulu. Apa yang dapat kulakukan untuk membayarnya? Aku tidak dapat menghargai pelampung ini kecuali aku berusaha untuk itu?” Tidak, perasaan butuhmu akan menghalangimu berpikir demikian.

Apa yang membuat pengampunan itu bukan sesuatu yang murah, walaupun diberi secara cuma-cuma? Hal itu dikarenakan kebutuhan kita yang begitu besar terhadap pengampunan. Kita tahu berapa yang harus dibayar surga agar dapat menawarkan pemberian seperti itu kepada kita. Kita menyadari kasih yang berada dibalik pemberian itu, hati Bapa yang begitu dipenuhi kerinduan untuk berdamai dengan anak-anak-Nya. Dengan kebutuhan yang kita miliki—dan kasih yang dimiliki-Nya—hanya sebuah karunia yang dapat menjawabnya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, June 28, 2005
Thesis 36 - SALIB

SALIB

Thesis 36

Allah mengampuni orang berdosa, bukan dosa, tetapi Alkitab menyebutkannya pengampunan dosa. Yesus mati karena dosa tidak dapat diampuni.

Mungkin saya harus mengakui bahwa untuk menyatakan maksudnya thesis ini bermain dengan kata-kata. Bagi beberapa orang thesis ini adalah bujukan; bagi beberapa orang lainnya merupakan amaran. Tetapi, marilah kita mencoba mengerti kebenaran yang terkandung di dalamnya.

Suatu hari saya sedang mengemudi melalui jalan pedesaan, melaju dengan melebihi batas kecepatan yang diizinkan. Saya sedang terburu-buru menghadiri sebuah upacara pemakaman! Namun tidak lama kemudian, sebuah kepulan debu dari kendaraan lain bergabung dengan kepulan debu kendaraan saya—dan kendaraan lain itu adalah mobil patroli polisi.

Dia memerintahkan saya untuk menepi. Awalnya dia cukup tegas meminta SIM dan surat kendaraan saya. Tetapi setelah dia mendengar siapa saya dan keadaan “darurat” yang saya alami, dia mulai sedikit melunak.

Dia berkata, “Saya pikir saya menemukan mobil curian di sini. Tetapi sekarang saya tidak tahu harus bagaimana dengan anda. Jika saya menilang anda, hal itu akan tercetak di surat kabar besok, dan hal itu akan mempermalukan anda di depan anggota jemaat anda. Dan saya pikir tilang bukanlah sebuah penyelesaian.”

Saya menjawab, “Tidak, pak. Saya pikir juga demikian!”

Akhirnya dia berkata, “Silahkan melanjutkan perjalanan. Anda saya bebaskan.” Dan dia melanjutkan perjalanannya, dan saya melanjutkan perjalanan saya—dengan perlahan!

Petugas lalu lintas ini melakukan apa yang Allah tidak lakukan, dan menerangkan perbedaan yang sedang saya coba tarik antara pengampunan orang berdosa dan pengampunan dosa. Petugas itu “mengampuni dosa saya” karena melanggar batas kecepatan yang ditentukan. Tetapi dengan berbuat demikian, dia sudah berlaku tidak adil berdasarkan undang-undang dimana dilarang mengemudi melewati batas kecepatan tertentu.

TUHAN tidak mengubah hukum-Nya. Dia tidak membuat pengecualian-pengecualian. Ketika manusia melakukan pelanggaran, bukanlah pilihan-Nya untuk seenaknya berkata, “Yah, sudahlah. Tidak apa-apa. Kita anggap saja tidak apa-apa kali ini.”

“Bila hukum mungkin diubahkan atau dibatalkan, maka Kristus tidak perlu mati. Tetapi membatalkan hukum akan mengabadikan pelanggaran, dan dunia akan sepenuhnya berada di bawah kendali Setan. Karena hukum tidak dapat diubah, karena manusia hanya dapat diselamatkan melalui penurutan akan ajarannya, itulah sebabnya Yesus ditinggikan di salib.”—The Desire of Ages, hal. 762, 763.

Apa yang Allah lakukan adalah mengampuni orang berdosa. Ada perbedaannya! Jika petugas lalu lintas memperlakukan saya seperti Allah memperlakukan saya, dia tidak akan punya pilihan selain menilang saya. Saya harus dipanggil menghadap pengadilan, dan hakim akan menyatakan saya bersalah dan meminta saya untuk membayar denda.

Jika saya tidak memiliki uang untuk membayar denda yang ditetapkan, saya harus dipenjarakan. Dan ketika hal itu ditetapkan, polisi itu akan maju ke depan, mengeluarkan uangnya, dan membayar denda itu dengan uangnya sendiri agar saya dapat bebas. Jika dia melakukan hal itu, dia telah menegakkan hukum dan pada saat yang sama menyelamatkan saya dari hukuman karena pelanggaran saya.

Umat manusia melanggar hukum TUHAN. Karena TUHAN tidak dapat mengampuni dosa, Dia tidak dapat menganggukkan kepala-Nya kepada Adam dan Hawa dan berkata, “Silahkan lanjutkan. Kalian saya bebaskan.” Jika Dia melakukan hal itu, seluruh alam semesta-Nya akan berada di dalam bahaya.

Pemerintah negara kita kadang kala membiarkan kita melanggar sedikit-sedikit. Kita kadang kala melanggar hukum dan tidak ketahuan. Kenyataannya, diperkirakan sekitar 80% kejahatan tidak terungkap. Bahkan apa bila kita tertangkap, kita masih mungkin menghindari hukuman atas kesalahan-kesalahan kita.

Tetapi tidak demikian halnya dengan pemerintahan sorga. Dosa tidak akan ada yang terluput, dan tidak satupun yang lolos. Roma 6:23 selalu benar: “Sebab upah dosa ialah maut.”

Karena kasih-Nya, Allah menemukan jalan keluar. Kematian Kristus di salib membebaskan Dia untuk mengampuni orang berdosa. Maka Dia meneguhkan sekaligus hukum dan keadilan-Nya dan keselamatan kita.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, June 27, 2005
Thesis 37 - SALIB

SALIB

Thesis 37

Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci.

Engkau menjadi hakim. Di tengah-tengah Perang Dunia II. Hitler ditangkap dan dibawa ke ruang pengadilanmu. Bukti-bukti yang memberatkannya datang, kengerian demi kengerian. Engkau mendengar tentang kamar gas. Engkau mendengar tentang orang-orang dipaksa untuk menggali kuburan mereka dan kemudian mereka ditembak di lubang tersebut. Engkau mendengar tentang anak-anak yang kelaparan, menjerit-jerit ketika dirampas dari tangan orang tua mereka, yang hanya dapat melihat mereka dipotong-potong oleh prajurit-prajurit Jerman. Engkau melihat foto-foto luka yang menganga, mayat-mayat yang membengkak, mata-mata yang dicungkil. Engkau adalah sang hakim. Apa hukuman yang akan engkau jatuhkan?

Tunggu dulu! Pastikan engkau melakukan hal-hal yang baik! Apakah engkau ingin mendapat reputasi sebagai seorang hakim yang kasar, pemarah? Jika engkau memutuskan bahwa Hitler perlu dihukum, tidakkah itu menyeretmu menjadi setara dengannya?

Sebuah konsep yang cukup banyak dibicarakan pada masa sekarang ini—bahwa TUHAN adalah TUHAN yang pengasih dan oleh karena itu tidak akan menyakiti siapapun. Pemikiran bahwa kematian Yesus diperlukan dicela sebagai kafir. Konsep itu berkata, “TUHAN bukanlah seorang TUHAN yang pemarah, yang perlu ditenangkan. Dia bukanlah TUHAN penghakiman. Apa yang muncul sebagai penghakiman dari surga hanyalah hasil dari pilihan-pilihan kita yang buruk. Bukanlah hal yang menyenangkan bagi TUHAN untuk membawa kehancuran dan kematian.”

Mungkin Hitler adalah contoh yang ekstrim. Mari mencoba satu contoh dari Perjanjian Lama. Anak-anak Israel sedang mengadakan pesta. Mereka mengambil keuntungan dari fakta bahwa Musa sedang tidak ada dan Harun yang bertugas menjadi pemimpin. Dengan bantuannya, mereka membangun sebuah anak lembu emas, dan tepat pada puncak perayaan itu, Musa kembali tanpa diduga. Apakah engkau mengingat hasilnya? Orang-orang yang bertobat dipaksa meminum air abu berhala mereka, dan orang-orang yang tidak bertobat dibunuh. Kedengarannya sangat kasar. Apakah TUHAN melakukan hal-hal yang baik pada situasi ini?

“Adalah karena kemurahan TUHAN sehingga ribuan orang harus menderita, untuk mencegah dijatuhkannya penghakiman ke atas berjuta-juta orang. Untuk menyelamatkan lebih banyak, Dia harus menghukum beberapa. Lebih jauh lagi, ketika orang-orang menolak kesetiaan kepada Allah, mereka telah kehilangan perlindungan surga, dan, menghilangkan pertahanan mereka, seluruh bangsa itu menjadi terbuka bagi kekuatan musuh-musuh mereka. Ketika kejahatan tidak secepatnya disingkirkan, mereka akan segera menjadi mangsa musuh-musuh mereka yang banyak dan kuat. Hal itu diperlukan bagi kebaikan bangsa Israel, dan juga sebagai pelajaran bagi seluruh generasi berikutnya, bahwa kejahatan harus segera dihukum. Dan kemurahan bagi orang-orang berdosa tidaklah kurang ketika mereka dibinasakan dalam jalan mereka yang jahat. Apa bila hidup mereka dibiarkan, roh yang sama yang telah memimpin mereka memberontak melawan Allah akan menyatakan kebencian dan percekcokan di antara mereka sendiri, dan mereka pada akhirnya akan saling memusnahkan satu dengan yang lain. Adalah di dalam kasih kepada dunia, di dalam kasih kepada bangsa Israel, dan bahkan kepada para pelanggar, maka kejahatan dihukum dengan cepat dan keras.”—Patriachs and Prophets, hal. 325, 326.

Dosa tidak pernah tanpa akibat. Dosa membawa maut, dan tidak mungkin sekedar membatalkan konsekwensi-konsekwensinya. Dalam satu cara hanya keadilan yang berurusan dengan kenyataan dosa, dan jika ada jalan lain adalah dengan memikul hukumannya. “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci.” 1 Korintus 15:3. Itu adalah pernyataan sederhana kebenaran Alkitab tentang permasalahan ini. Yesaya 53:5 berkata, “Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita.” Keadilan sama adanya dengan kemurahan. Jika anak laki-lakimu memukuli anak perempuanmu, engkau tidak mengasihi baik anak laki-lakimu ataupun anak perempuanmu kecuali engkau melakukan sesuatu untuk menghentikannya. Kematian Kristus adalah untuk kepentingan orang-orang yang mau menerima pengorbanan-Nya, dan penghukuman terakhir bagi orang-orang yang tidak mau menerima di lautan api, adalah hal yang terbaik yang dapat dilakukan Hakim semesta alam untuk menghadapi kedahsyatan dosa. Kematian Kristus dan hukuman akhir bagi orang-orang jahat menyatakan kasih-Nya sebesar kemurahan-Nya bagi orang-orang berdosa yang bertobat. Kasih sejati harus menggabungkan keadilan dan kemurahan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, June 26, 2005
Thesis 38 - SALIB

SALIB

Thesis 38

Salib memungkinkan TUHAN untuk menjadi adil dan sekaligus mengampuni siapa saja.

Pada awalnya dia gembira. Benar, dia telah kalah dalam peperangan terakhir dan telah dibuang dari surga, tetapi sekarang Lusifer memiliki kerajaannya dengan lebih dari sepertiga malaikat surga langsung di bawah kepemimpinannya sendiri. Tentunya dengan awal yang begini dia akan segera mampu untuk menyusun kekuatan dan membuat serangan lain—dan peperangan berikutnya mungkin akan berakhir dengan kemenangannya.

Tetapi jauh sebelumnya, masalah-masalah di dalam pemerintahannya mulai muncul. Tidak ada kesatuan di barisannya. Sekarang pertentangan langsung dengan Anak Allah telah berakhir, malaikat-malaikat yang jatuh mulai saling bertengkar di antara mereka. Percekcokan yang terus-menerus di antara mereka menjadi sumber ketidaknyamanan bahkan bagi Setan sendiri!

Tetapi sebuah pertentangan yang lebih dalam sedang berkecamuk di dalam hatinya. Setan merasa kesepian. Dia sangat merasakan jam-jam ketika paduan suara surga akan memimpin pujian kepada TUHAN. Dia pernah menjadi pemimpin paduan suara itu. Dan dia mulai merasakan akibat-akibat yang menyakitkan dari pilihan-pilihannya yang buruk. Dia menatap masa depan yang lebih gelap dari pada yang pernah dapat ia bayangkan.

Buku The Story of Redemption memberikan gambaran ini: “Setan gemetar saat ia menyaksikan pekerjaannya. Dia sendirian merenungkan masa lalu, masa kini, dan rencana-rencana masa depannya. Badannya yang kuat terguncang seperti diterpa badai. Seorang malaikat dari surga sedang lewat. Setan memanggil malaikat itu dan memohon untuk bisa berbicara dengan Kristus. Malaikat ini mengizinkannya. Kemudian dia berbicara dengan Anak Allah bahwa dia bertobat dari pemberontakannya dan mengharapkan kemurahan Allah.... Kristus menangisi penderitaan Setan tetapi mengatakan kepadanya, sama seperti kehendak Allah, bahwa dia tidak akan pernah bisa diterima di surga. Surga tidak boleh berada dalam bahaya. Seluruh surga akan rusak jika dia diterima kembali, karena dosa dan pemberontakan berasal darinya. Bibit-bibit pemberontakan masih ada di dalam dirinya.”—hal. 26.

Setan keluar dari percakapan dengan Kristus dengan kebulatan tekad untuk mencoba cara lain. Dia bertekad akan membawa kejatuhan umat manusia. Hal ini akan menyelesaikan pekerjaannya yang dulu gagal dicapainya dengan cara-cara lain. Tuduhan Setan yang pertama melawan Allah adalah mempertanyakan keadilan-Nya. Sekarang dia akan mempunyai sebuah uji kasus untuk membuktikan maksudnya.

Jika manusia berdosa, ini akan membuktikan bahwa hukum TUHAN tidak adil dan tidak dapat dituruti. Akhirnya, Setan dapat mengambil alih pemerintahan di Bumi. Tetapi jika TUHAN mau menawarkan beberapa rencana pemulihan umat manusia melalui kemurahan Surga, maka Setan akan memiliki kesempatan untuk memperoleh apa yang sesungguhnya ia kejar—sebuah kesempatan untuk mengembalikan kedudukannya. Karena jika TUHAN dapat memberikan kesempatan lain kepada manusia, maka hanya akan adil bagi Setan apabila dia memperoleh kesempatan juga.

Tetapi pikiran TUHAN telah memikirkan ketetapan untuk situasi darurat seperti itu. Dari kekekalan sebuah rencana telah diadakan untuk memulihkan manusia dari kejatuhannya dan membersihkan nama baik TUHAN dari tuduhan-tuduhan Setan.

Melalui kematian Kristus di salib, TUHAN “menunjukkan keadilan-Nya… bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.” Roma 3:26. Pengorbanan Kristus demi kepentingan kita memungkinkan Allah untuk mempertahankan baik keadilan maupun pengampunan. Salib menyatakan keadilan TUHAN, sementara pada saat yang sama menyediakan sebuah cara dengan mana manusia dapat diampuni tanpa merusak keadilan Allah.

Bagi Setan, yang telah berdosa dengan sengaja di dalam terang yang penuh dan pengetahuan akan kasih Allah, tidak ada pernyataan kasih yang lebih besar yang mungkin mengubah hatinya yang memberontak. Tetapi manusia, ditipu dan dibingungkan, TUHAN dapat menawarkan kesempatan lain. Bagi orang yang mau menerimanya, kasih dan keadilan dan kemurahan Allah yang dinyatakan dalam kematian Kristus akan membuat perubahan. Bagi yang mau menerimanya, sebuah jalan keselamatan telah tersedia.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, June 25, 2005
Thesis 39 - SALIB

SALIB

Thesis 39

Kematian Kristus perlu demi pengampunan kita.

Misalkan engkau memutuskan bahwa engkau ingin menyatakan kasih Allah kepada penduduk Chicago. Maka engkau menuju pusat kota Chicago dan mulai berjalan di jalanannya, menolong orang-orang yang kesulitan, menyediakan waktu untuk mendengarkan orang-orang yang kesepian, dan melakukan segala sesuatu yang dapat engkau lakukan untuk membagikan kasih Allah dengan orang-orang yang engkau temui.

Tetapi Chicago adalah tempat yang berbahaya, terutama pada saat malam. Dan berjalan-jalan di jalanan lewat tengah malam, engkau mengambil resiko yang tidak terelakkan. Engkau tetap menjalankan rencanamu untuk beberapa saat dan mampu menjadi sebuah berkat bagi sejumlah orang. Tetapi pada satu malam engkau melewati sebuah lorong yang gelap dimana beberapa penjahat nekad menunggu, dan engkau pun kehilangan nyawamu.

Orang-orang yang mengenalmu di Chicago mengetahui apa yang telah menimpamu. Mereka menceritakan kepada orang lain bagaimana engkau mati untuk menunjukkan kasih Allah. Dan begitulah kematianmu menjadi berarti karena engkau mau menjangkau penduduk Chicago dengan kasih Allah.

Apakah engkau berpikir ini sebuah persamaan yang baik dengan kematian Kristus di salib? Apakah kematian-Nya perlu demi pengampunan kita? Atau apakah kematian Kristus tidak begitu penting? Apakah Dia datang ke dunia ini semata-mata untuk menyatakan kasih TUHAN, tetapi mati hanya karena bumi ini adalah tempat yang berbahaya? Atau apakah kematian-Nya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari rencana untuk menyelamatkan manusia?

Ada sebuah “teori pengaruh moral” penebusan yang mendesak bahwa kematian Kristus bukanlah hal yang penting. Teori itu menegaskan bahwa manusia dapat diampuni tanpa kematian-Nya. Salah satu kesalahan yang ingin dilawan oleh teori ini adalah pemikiran tentang seorang TUHAN yang marah yang membutuhkan sebuah “korban” untuk menenangkan murka-Nya. Dan memang benar bahwa tujuan kematian Kristus bukanlah untuk memuaskan dendam TUHAN. TUHAN ada di dalam Kristus, mendamaikan dunia dengan diri-Nya. Tetapi apakah kematian Kristus penting untuk alasan lain?

Ada pengertian ini di dalam buku The Great Controversy, halaman 73: “Yesus mati sebagai korban bagi manusia karena mahluk yang jatuh itu tidak dapat melakukan apapun untuk melayakkan mereka kepada Allah. Jasa-jasa Juruselamat yang disalib dan telah bangkit adalah dasar dari iman Kekristenan.”

Para imam dan penguasa berkumpul di sekeliling salib pada hari penyaliban. Mereka tidak mau menerima seorang Kristus yang disalib. Mereka berkata, “Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.” Matius 27:42. Apakah mungkin untuk menggemakan pemikiran yang sama pada saat ini? Apakah mungkin untuk menginginkan Kristus turun dari salib, agar dapat percaya?

Adalah pukulan bagi keangkuhan manusia untuk mengakui bahwa kita perlu diselamatkan, lebih dari pada dididik. Tetapi seluruh dasar iman Kekristenan bertumpu pada dasar pemikiran bahwa manusia membutuhkan seorang Juruselamat.

Alkitab mengajarkan berulangkali bahwa Kristus adalah Pengganti kita. Mungkin ayat yang paling terkenal adalah Yesaya 53. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian.” Ayat 4-6.

Seluruh sistem pengorbanan, sejak Adam dan Hawa di gerbang Eden hingga ke ritual kaabah pada zaman Yesus, didasarkan pada pengertian bahwa seorang pengganti akan datang untuk mengambil tempat manusia berdosa agar dia dapat diselamatkan. Kristus adalah “Anak Domba yang telah disembelih.” Wahyu 13:8.

Bagaimanapun penyaliban itu di hati manusia, keselamatan hanya datang melalui penerimaan akan Juruselamat yang telah disalib dan bangkit. “Berlutut dalam iman di salib, dia telah meraih tempat tertinggi yang dapat dicapai manusia.”—The Acts of the Apostles, hal. 210.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, June 24, 2005
Thesis 40 - SALIB

SALIB

Thesis 40

Kita tidak dapat menambahkan apapun kepada apa yang Yesus lakukan di salib, tetapi TUHAN dapat menambahkan dengan berlimpah.

Pada pertemuan General Conference di Dallas, Texas, salah satu agendanya adalah mendiskusikan dan memeriksa ulang doktrin-doktrin gereja. Salah satu kepercayaan yang diperhatikan gereja secara istimewa adalah doktrin penebusan. Berbagai pendapat, baik yang pro maupun kontra, disuarakan silih berganti—bebrapa orang berkeras bahwa kita percaya dalam penebusan sempurna, sedang yang lain yakin bahwa kita percaya pada penebusan yang tidak sempurna. Saya sedang duduk di balkon, memperhatikan H.M.S. Richards, Sr., duduk di lantai bawah, membaca Alkitabnya, tidak terpengaruh suasana di sekitarnya!

Suatu waktu dia berbicara dalam Konferensi Alkitab, “Saya menerima sebuah berkat sepanjang minggu itu—saya mampu membaca seluruh kitab Perjanjian Lama selama berada di pertemuan itu!” Tetapi saya berharap dia akan berdiri dan mengatakan sesuatu yang akan menolong kami saat W.G.C. Murdoch pergi ke mimbar. Dia berkata, “Orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh selalu percaya kepada penebusan yang sempurna yang belum disempurnakan.”

Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah pengorbanan yang sempurna. Ketika Yesus berseru, “Sudahlah genap,” Dia mengatakan yang sebenarnya. Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang harus Dia selesaikan di bumi. “Peperangan telah dimenangkan. Tangan kanan-Nya dan lengan-Nya yang suci telah mendapatkan kemenangan-Nya. Sebagai seorang Penakluk Dia mendirikan panji-panji-Nya di puncak-puncak kekekalan. Apakah tidak ada sukacita di antara para malaikat? Seluruh surga bersorak-sorai dalam kemenangan Juruselamat. Setan telah dikalahkan, dan mengetahui bahwa kerajaannya telah kalah.”—Desire of Ages, hal. 758.

Tidak ada yang dapat kita tambahkan kepada pengorbanan-Nya. Perbuatan-perbuatan baik kita tidak menambahkan apapun. Penurutan atau pengorbanan diri kita tidak menambahkan apapun. Kita hanya dapat menerima pengorbanan Kristus yang sempurna demi kepentingan kita.

Namun penebusan belum sepenuhnya dilengkapi. Dalam kiasan Perjanjian Lama tentang Hari Penebusan, hari itu tidak berakhir ketika imam besar mempersembahkan korban. Dosa-dosa harus dilimpahkan ke atas kambing hitam, dan kambing hitam itu harus dilepas ke padang belantara. Ketika Yesus mati di salib, peperangan untuk menjadi Pengganti untuk dosa telah dimenangkan. Tetapi peperangan belum berakhir.

Jika TUHAN bermaksud tidak melakukan apa-apa lagi untuk pemulihan kita setelah salib, maka kita tidak akan pernah mengenal rasa sakit, atau penderitaan, atau kesedihan atau kematian sesudahnya. Ketika Kristus bangkit pada pagi kebangkitan-Nya, setiap orang yang pernah hidup dan mati pastilah akan bangkit bersama-Nya—bukan hanya beberapa orang yang disebut “buah-buah sulung.” Ketika Dia naik ke surga, semua orang yang telah menerima Dia sejak Adam hingga ke pencuri yang bertobat di salib seharusnya naik ke surga bersama Dia. Tetapi ini tidak terjadi, sebagaimana yang kita ketahui.

Adalah kesalahpahaman yang sangat nyata untuk berpikir bahwa sesuatu yang kita lakukan dapat menambahkan sesuatu kepada apa yang Yesus telah lakukan bagi kita di salib. Kesalahpahaman yang sama apa bila kita memikirkan bahwa seluruh rencana keselamatan telah diselesaikan di atas salib. Salib adalah dasar dari iman Kekristenan—tetapi bangunannya belum selesai ketika dasarnya sudah selesai, tidak masalah betapa kuat dan teguhnya pun dasar itu.

Waktu tambahan diperlukan agar maksud-maksud dan tujuan Setan dapat sepenuhnya diketahui dan diungkapkan kepada seluruh alam semesta adalah juga bagian dari rencana TUHAN. Pemberian Injil kepada seluruh dunia, sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang memadai untuk menerima atau menolak Dia, adalah bagian dari rencana TUHAN. Kedatangan Yesus di dalam kemuliaan dan kuasa untuk membawa anak-anak-Nya ke rumah mereka di surga adalah bagian dari rencana TUHAN. Seribu tahun di surga, memberikan setiap orang kesempatan untuk memeriksa catatan penghakiman dan mengetahui bahwa TUHAN telah adil dan berkemurahan, adalah bagian dari rencana TUHAN. Konfrontasi terakhir dengan bala tentara musuh, setan yang menampakkan sosok aslinya melihat kerumunan orang ketika seluruh lutut akan menyembah dan semua lidah akan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN—adalah bagian dari rencana TUHAN juga.

Dan kebinasaan kejahatan, akar dan cabang, diikuti penciptaan kembali dunia ini, semua itu juga adalah bagian dari rencana TUHAN yang ajaib bagi keselamatan dan pemulihan kita. Dia baru saja mulai. Akhirnya akan lebih mulia dari pada yang dapat kita bayangkan, karena “tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang Allah akan bertindak bagi orang yang menanti-nantikan Dia.” Yesaya 64:4.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, June 23, 2005
Thesis 41 - JAMINAN

JAMINAN

Thesis 41

Tetap bersama Yesus sama pentingnya dengan datang kepada-Nya.

Manakah yang lebih penting, menikah, atau mempertahankan pernikahan? Saya merasa senang menanyakan pertanyaan ini kepada pendengar yang berbeda-beda di seluruh negara (Amerika Serikat) dan meminta mereka untuk mengangkat tangan sebagai tanda jawaban mereka. Namun setelah mempertimbangkannya selama beberapa menit, pertanyaan yang selalu mendapat ancungan tangan terbanyak adalah ketika akhirnya saya bertanya, “Berapa banyak yang berpendapat bahwa itu adalah pertanyaan yang bodoh?”

Secara nyata, menikah tidak berarti banyak jika engkau tidak berencana tetap di dalam pernikahan. Dan engkau tidak dapat bertahan di dalam pernikahan jika engkau tidak pernah menikah pada awalnya.

Namun berapa seringkah kita mengingat prinsip itu di dalam kehidupan Kekristenan? Datang kepada Yesus adalah penting, tidak ada keraguan akan hal itu. Tetapi itu hanyalah sebuah awal. Untuk tetap menjadi seorang Kristen, kita harus terus-menerus datang kepada-Nya. Sama pentingnya tetap tinggal bersama Yesus dengan datang kepada Yesus pada awalnya.

Bagaimana sempurnanya penyerahan diri kita pada saat pertobatan, itu tidak akan bermanfaat apapun bagi kita kecuali bila hal itu diperbaharui setiap hari.”—Ellen G. White, Review and Herald, January 6, 1885. “Mengikut Yesus menuntut pertobatan sepenuh hati pada awalnya, dan sebuah pengulangan dari pertobatan ini setiap hari.”—Ellen G. White Comments, S.D.A. Bible Commentary, vol. 1, hal. 1113. Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Lukas 9:23.

Kekristenan adalah lebih dari pada keputusan satu kali—itu sebuah cara hidup. Dan sementara hal ini kelihatan menjadi dasar kebenaran, banyak yang tidak mendapatkannya dan menemukan dengan rasa cemas bahwa melayani TUHAN adalah perjuangan yang sangat berat.

Kita mengerti bagaimana komitmen setiap hari diperlukan dalam pernikahan. Kita tahu hal itu nyata di dalam dunia kerja. Tidak masalah bagaimana cerdas penampilanmu pada saat wawancara pekerjaan, atau betapa keras engkau bekerja pada hari pertama engkau mendapat pekerjaan baru, jika engkau berrhenti hanya sampai di situ, engkau pasti akan segera dipecat. Engkau dapat memulai program latihan dan berusaha keras sampai kehabisan nafas pada hari pertama, tetapi kecuali engkau melakukannya setiap hari, maka engkau tidak akan mendapatkan hasil. Melahirkan bayi adalah prosedur yang rumit, tetapi pekerjaanmu sebagai orang tua baru saja dimulai ketika anakmu lahir. Lebih banyak hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan pendidikan dari pada hadir pada hari pendaftaran, semua sama pentingnya.

Jika telah begitu nyata sekarang bahwa sebuah keputusan satu kali tidaklah cukup, maka berapa banyak lagi pentingnya komitmen yang harus kita ketahui bila menyangkut masalah kekekalan.

Kadang kala saya berbicara tentang cara untuk tinggal bersama Yesus dan pentingnya menjalani waktu bersama Dia hari demi hari. Kemudian seseorang akan datang setelah jam khotbah dan berkata, “Saya sudah mengusahakannya, tetapi tidak berhasil.”

“Berapa lama engkau sudah berusaha?”

“Tiga hari.”

Tidakkah seharusnya kita mau memberikan TUHAN waktu yang sama dengan perkara-perkara dalam hidup ini? Mungkin ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat engkau kerjakan. Mungkin ada pernikahan yang tidak mungkin diteruskan. Mungkin ada jenis pendidikan yang tidak bisa engkau masuki. Tetapi ketika menyangkut kehidupan Kristen, hanya satu yang dituntut: yaitu engkau datang kepada Yesus, dan engkau datang kepada-Nya setiap hari. Jika engkau mau tetap datang kepada-Nya, TUHAN akan menjadikan diri-Nya bertanggungjawab untuk memenuhi segala kebutuhan hidupmu. Desire of Ages, hal. 302: “Jika mata tetap tertuju kepada Kristus, pekerjaan Roh Kudus tidak akan berhenti hingga jiwa itu sesuai dengan peta-Nya.”

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, June 22, 2005
Thesis 42 - JAMINAN

JAMINAN

Thesis 42

Kepastian keselamatan berlanjut melalui hubungan pribadi setiap hari dengan Yesus.

“Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki anak, ia tidak memiliki hidup.” 1 Yohanes 5:11,12.

Apakah engkau mempunyai Anak? Apakah engkau tahu apa artinya memiliki Anak? Rasul Yohanes menunjukkan bahwa mempunyai Anak, atau tidak mempunyai Anak, adalah faktor yang menentukan apakah kita mempunyai hidup kekal. Tetapi apakah arti “memiliki Anak?”

Kadang kala kata-kata dan frase-frase yang kita gunakan untuk menggambarkan dan mendefenisikan kehidupan Kristen membingungkan. Ketika saya masih remaja, saya merasa sangat frustasi karena terus-menerus mendengar semua frase-frase tentang Kekristenan tanpa mengerti apa artinya.

Apa artinya “memiliki Anak”? Apa artinya “jatuh pada Batu Karang”? Bagaimana engkau “memandang Anak Domba”? Bagaimana engkau “memberikan tanganmu dan menjangkau tangan-Nya”? Kita sering menggunakan ungkapan-ungkapan ini, bukan? Alkitab menggunakannya. Tulisan-tulisan yang diinspirasikan untuk gereja kita menggunakannya.

Pada masa awal pelayanan saya, saya merasa begitu frustasi dengan berusaha bertindak seperti seorang Kristen, berbicara seperti seorang Kristen dan berkhotbah seperti seorang Kristen, di saat kenyataannya saya bukan seorang Kristen, sehingga saya hampir saja menyerah dan meninggalkan pelayanan saya. Tetapi suatu hari saya memutuskan untuk membuat satu usaha lagi. Saya mengambil buku Step To Christ dan membaca seluruh buku itu, menggarisbawahi setiap hal yang diperintahkannya untuk dilakukan. Dan ketika saya selesai, praktis saya telah menggarisbawahi hampir seluruh buku itu. Bukan hanya itu, tetapi kebanyakan kalimat yang saya garis bawahi adalah ungkapan-ungkapan yang tidak jelas ini.

Saya sedang hendak melempar buku ini ke dalam api, ketika sesuatu menghentikan saya. Karena walaupun saya justru semakin jauh dari jawaban yang saya cari selama ini, sesuatu yang tidak dapat saya jelaskan, tetapi tidak dapat saya sangkal, terjadi dalam diri saya.

Maka saya memutuskan untuk melakukan satu hal lagi: saya akan kembali membaca buku itu dan menggarisbawahi untuk kedua kali segala sesuatu yang diperintahkan buku itu kepada saya untuk dilakukan.

Dan begitulah caranya saya mulai mengerti dasar-dasar dalam menghidupkan kehidupan Kristen. Saya menggarisbawahi tiga hal—baca Alkitabmu, berdoa, dan ceritakan kepada orang lain apa yang engkau dapatkan dari dua hal yang pertama.

Kapanpun engkau menemukan sebuah ungkapan yang tidak jelas, baik di Alkitab maupun dalam buku Roh Nubuat, jika engkau memperhatikan dengan lebih seksama, engkau akan menemukan bahwa ungkapan itu berbicara tentang salah satu dari 3 hal yang sudah jelas ini yang membuat semua yang tidak jelas itu menjadi jelas!

Dengan mengingat hal itu, mari kita lihat kembali pada 1 Yohanes 5:11,12. “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup.” Mengapa, kita menggunakan kata-kata yang sama dalam bahasa sehari-hari kita?

Kita berkata, “Saya memiliki seorang sahabat.” “Saya memiliki seorang isteri.” “Dia memiliki seorang suami.” Apa yang sedang kita bicarakan? Kita sedang menggambarkan sebuah hubungan dengan orang itu.

Jika kita memiliki Anak, kita memiliki hubungan dengan Anak Allah. Kita sedang membicarakan tentang menjalani waktu di dalam komunikasi dengan-Nya. Kita berbicara kepada-Nya di dalam doa. Kita mendengarkan-Nya berbicara kepada kita melalui firman-Nya. Kita bekerja bersama-sama dengan Dia dalam pelayanan dan jangkauan keluar untuk orang lain.

Jika dasar hidup kekal adalah “memiliki Anak,” maka dasar hidup kekal adalah memiliki hubungan dengan Yesus, untuk menemukan makna menjalani waktu di dalam persekutuan dan komunikasi dengan-Nya setiap hari.

Jaminan keselamatan kita tidak didasarkan pada keanggotaan gereja. Hal itu tidak didasarkan pada kemurnian doktrin. Hal itu tidak didasarkan pada tingkah laku. Hal itu didasarkan pada hubungan yang terus-menerus dengan seorang Oknum.

“Orang-orang yang matanya tetap tertuju kepada hidup TUHAN Yesus akan menerima kelimpahan berkat rohani-Nya.”—Ellen G. White Comments, S.D.A. Bible Commentary, Vol. 6, hal. 1086. “Hati yang diperbaharui tidak dapat tetap dalam kebaikan tanpa penggunaan garam dari firman itu setiap hari. Rahmat surga harus diterima setiap hari, atau tidak akan ada orang yang tetap tinggal dalam pertobatan.”—Ellen G. White, Review and Herald, September 14, 1897.

Pada saat engkau datang kepada Yesus hari demi hari, menerima berkat-berkat-Nya yang baru dan mencari Dia untuk lebih mengenali-Nya dan lebih mempercayai-Nya, engkau dapat memiliki jaminan hidup kekal.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, June 21, 2005
Thesis 43 - JAMINAN

JAMINAN

Thesis 43

Orang-orang Kristen harus mengetahui bahwa mereka memiliki jaminan keselamatan hari ini.

Apakah jawabanmu jika seseorang bertanya, “Apakah engkau selamat?” Pernahkah engkau mengalaminya? Bagaimana engkau menanggapinya?

Tulisan-tulisan yang diilhamkan kepada gereja kita memberi kita beberapa amaran yang cukup kuat terhadap perkataan, “Saya selamat.” Mari kita perhatikan beberapa amaran di sini.

“Kita tidak pernah berhenti dalam kondisi yang memuaskan, dan berhenti membuat kemajuan, berkata, ‘Saya selamat.’ Ketika ide ini menyenangkan, motif-motit untuk berjaga-jaga, berdoa, usaha yang paling gigih untuk mendesak maju menuju pencapaian yang lebih tinggi, berhenti keluar. Tidak ada lidah yang disucikan akan ditemukan mengucapkan kata-kata ini hingga Kristus datang, dan kita memasuki gerbang kota Allah. Kemudian, dengan penuh kesopanan, kita boleh memberi kemuliaan kepada TUHAN dan Anak Domba atas kelepasan yang kekal itu. Selama manusia dipenuhi kelemahan—karena dia tidak bisa menyelamatkan jiwanya sendiri—dia tidak seharusnya berani berkata, ‘Saya selamat.’”—Selected Messages, jld. 1, hal. 314.

Paragraf yang serupa, ditemukan di dalam Christ Object Lessons, hal. 155, berkata: “Kita tidak pernah bisa secara aman meletakkan keyakinan pada diri dan perasaan, di sisi surga, bahwa kita aman dari pencobaan. Orang-orang yang menerima Juruselamat, bagaimana tuluspun perubahan mereka, tidak pernah boleh diajar untuk mengatakan atau merasakan bahwa mereka selamat. Ini adalah penyesatan. Setiap orang harus diajarkan untuk berharap dalam iman dan pengharapan; tetapi bahkan ketika kita menyerahkan diri kita kepada Kristus dan mengetahui bahwa Dia menerima kita, kita tidak berada di luar jangkauan pencobaan. Firman TUHAN menyatakan, ‘Banyak orang akan disucikan, dimurnikan dan diuji.’ Daniel 12:10. Hanya dia yang bertahanlah dalam ujianlah yang akan menerima mahkota kehidupan.”

Ketahuilah bahwa amaran ini adalah untuk melawan pemikiran tentang sekali selamat, selalu selamat. Mereka membicarakan tentang pemikiran bahwa hanya karena kita sekali telah diselamatkan maka secara otomatis pada akhirnya kita akan selamat. Ada perbedaan yang nyata antara berkata, “Saya diselamatkan hari ini.” Dan berkata, “Saya akan diselamatkan di surga.”

Seorang muncul dengan pertanyaan yang cukup bagus untuk meliputi kedua dasar ini: “Apakah engkau selamat?” dia menjawab, “Sejauh ini!”

Tetapi marilah kita batasi perhatian kita sejenak kepada pertanyaan hari ini. Apakah engkau selamat hari ini? Bagaimana engkau akan menjawabnya? Apakah engkau akan berkata, “Saya harap demikian,” atau, “Saya pikir begitu,” atau, “Saya pikir saya akan mengetahuinya ketika hari penghakiman tiba”?

Pertanyaan tentang keselamatan pribadi adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan di lingkungan orang-orang Kristen. Kapan saja survey memberikan orang-orang Kristen kesempatan untuk membuat daftar pertanyaan yang paling mendesak bagi mereka, pertanyaan ini selalu muncul paling atas. Ini adalah pertanyaan yang biasa bagi tua dan muda. Jika engkau meminta para pendengar menuliskan pertanyaan yang ingin mereka tanyakan, jika mereka dapat mengetahui secara pasti bahwa mereka akan mendapatkan jawaban yang benar, pertanyaan tentang jaminan keselamatan selalu yang terbanyak. “Akankah saya masuk surga?” “Akankah saya diselamatkan?” “Akankah saya berhasil?” Ini adalah kekhawatiran yang berpusat pada diri sendiri! Pada kenyataannya, ini adalah salah satu cara utama yang Setan pakai untuk memusatkan perhatian kita pada diri kita dan menyebabkan kita melepas pandangan pada Yesus. Steps to Christ, hal. 72, mengamarkan kepada kita tentang hal itu. Buku itu berkata, “Kita tidak boleh membuat keinginan yang berpusat pada diri dan menuruti kata hati dan ketakutan apakah kita akan diselamatkan. Semua ini akan menjauhkan jiwa dari Sumber kekuatan kita. Tetaplah menyerahkan jiwamu kepada TUHAN, dan percayalah kepada-Nya. Bicarakan dan pikirkanlah tentang Yesus. Biarkanlah dirimu menghilang di dalam Dia. Singkirkan semua keraguanmu; hapuskan ketakutan-ketakutanmu.”

Kita harus selalu menghidupkan kehidupan Kristen setiap hari demi hari. Mencari TUHAN untuk persekutuan dan persahabatan setiap hari demi hari. Datanglah kepada-Nya untuk mendapatkan pertobatan dan pengampunan setiap hari demi hari. Letakkan semua rencanamu di kaki-Nya, untuk dijalankan atau digagalkan sebagaimana yang ditunjukkan pemeliharaan-Nya, setiap hari demi hari. Datanglah kepada-Nya untuk mendapatkan pencurahan Roh-Nya, kekuatan untuk menghadapi pencobaan, kebijaksanaan untuk melayani, setiap hari demi hari. Dan ketika kita melakukan ini, kita dapat menerima jaminan keselamatan setiap hari demi hari. “Jika engkau benar di hadapan Allah hari ini, engkau bersedia jika Kristus datang hari ini.”—In Heavenly Places, hal. 227.

Jika engkau telah mencoba untuk meletakkan dasar jaminan keselamatanmu pada pengalaman masa lalumu bersama TUHAN—bahkan jika pengalaman masa lalu itu terjadi baru saja kemarin—kemudian engkau berbuat kesalahan. Jika engkau telah mencoba entah bagaimana mengumpulkan jaminan yang cukup hingga akhir hidupmu—bahkan jika hidupmu akan berakhir besok—maka engkau berada di dalam kesulitan. Tetapi engkau dapat memiliki jaminan keselamatan hari ini. Dan jika engkau mengambil waktu hari demi hari untuk memastikan penerimaanmu akan penerimaan TUHAN, akhir hidupmu di dunia ini akan menempatkanmu di antara yang diselamatkan untuk kekekalan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, June 20, 2005
Thesis 44 - JAMINAN

JAMINAN

Thesis 44

Alkitab mengajarkan sekali selamat tetap selamat selama engkau tetap selamat.

Pada suatu malam saya mendengar seorang pendeta Nasarani (Nazarene Church) yang berkata, “Kami percaya pada sekali selamat, tetap selamat, selama engkau tetap selamat.” Ini adalah satu iman GMAHK yang sama dengan gereja Nasarani!

Sebuah persimpangan besar di dunia penginjilan Kristen percaya bahwa semua yang diperlukan untuk selamat adalah menganggukkan kepalamu ke arah surga sekali selama hidupmu, dan keselamatan kekalmu dijamin. Mereka percaya bahwa tidak peduli pilihan apapun yang engkau buat, atau arah hidupmu setelah titik awal keputusanmu untuk Kristus, bahwa pada akhirnya engkau akan menemukan dirimu dikawal menuju gerbang mutiara memasuki kota Allah.

Tetapi ajaran Alkitab tentang hal ini sangat jelas. “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Matius 24:12,13.

Yesus mengajarkan prinsip yang sama dalam Yohanes 15. Dia mengucapkan kata-kata terakhir-Nya kepada murid-murid pada perjalanan menuju Getsemani. Dia menunjuk kepada kebun-kebun anggur, yang dapat terlihat pada malam bercahaya bulan itu, dan mencoba sekali lagi menjelaskan tentang hubungan yang harus mereka pertahankan dengan-Nya agar dapat memperoleh hidup. Dia berkata dalam ayat 6, “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Maka adalah mungkin untuk menjadi sebuah cabang, tetapi tidak berdiam, atau tinggal bersama pokok anggur. Dan ketika perpisahan ini terus berlanjut, waktunya akan tiba dan cabang itu akan dimusnahkan.

Dalam perumpamaan-Nya tentang pesta pernikahan dalam Matius 22, Yesus juga membicarakan tentang kemungkinan membuat sebuah permulaan, tetapi tidak tetap hidup di dalam kehidupan Kristen. Raja itu telah mempersiapkan pesta. Orang tersebut telah menerima undangan untuk pesta itu. Dia telah berhasil pada awalnya. Tetapi dia telah lalai atau menolak untuk memakai pakaian pesta, dan ketika sang raja datang untuk memeriksa para tamu, orang tersebut ditemukan tidak layak. Raja itu memberikan perintah, “Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Ayat 13.

“Orang berdosa dapat menemukan pengharapan dan kebenaran hanya di dalam TUHAN, dan tidak ada manusia yang benar lebih lama dari pada selama ia beriman di dalam TUHAN dan memelihara sebuah hubungan yang vital dengan-Nya.”—Testimonies to Ministers, hal. 367.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, jaminan keselamatan berlanjut selama hubungan kita dengan TUHAN berlanjut, selama kita tetap menerima karunia pertobatan dan pengampunan dan kasih karunia-Nya. Keselamatan yang berkelanjutan didasarkan pada hubungan iman bersama Dia, bukan berdasarkan tingkah laku kita atau pekerjaan kita. Dan tidak ada hubungan berlanjut lebih lama dari pada hubungan yang tetap berlanjut.

Kita mengetahui dari hubungan manusia kita bahwa adalah mungkin untuk memiliki sebuah hubungan dengan seseorang pada suatu waktu, tetapi tidak berhubungan lagi sekarang. Keculai sebuah hubungan dijaga tetap hidup dengan persahabatan dan komunikasi dan pertemuan, ia akan mati tanpa dapat dihindari.

Hal yang sama juga berlaku dengan hubungan kita bersama Allah. Alkitab dengan setia mencatat contoh-contoh seperti Henokh, Musa, Daniel, dan Paulus, yang tetap berjalan bersama Allah hingga akhir hidup mereka. Paulus mampu berkata pada saat mendekati akhir hidupnya, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” 2 Timotius 4:7,8. Dia tidak berkata, “Saya bergabung dengan pihak yang benar; saya mulai pada jalur yang benar; saya pernah mempunyai iman.” Tidak, dia telah memelihara iman, bertahan hingga akhirnya.

Dan Alkitab juga mengatakan kepada kita tentang orang-orang yang mulai bersama TUHAN, tetapi yang jatuh di tengah jalan dan kehilangan keselamatan yang pernah mereka miliki. Kain mulai dengan persembahan korban pagi dan petang bersama seluruh keluarganya. Tetapi dia tidak bertahan hingga akhirnya. Raja Saul memulai dengan perubahan, seorang anak TUHAN yang rendah hati. Tetapi dia mengambil alih pengendalian terhadap hidupnya dan mengakhiri hidupnya sebagai hasilnya. Bileam adalah nabi TUHAN, tetapi dari pada mendengarkan keledainya yang berbicara, malaikat TUHAN yang mengamarkan dia, dan suara TUHAN dalam mimpinya di tengah malam untuk menasehati dia, dia lebih tertarik kepada kemuliaan dirinya dari pada kemuliaan TUHAN dan menjadi sekutu musuh umat Allah. Yudas pada awalnya termasuk sebagai orang dalam; dia mendengarkan perkataan-perkataan dan melihat pekerjaan-pekerjaan Kristus. Dia menerima sebuah tempat sebagai seorang missionaris dan bergabung bersama murid-murid lain dalam menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan dan membangkitkan orang mati. Tetapi dia berjalan menjauh dari semua itu dan mengkhianati TUHAN-nya. Menjadi selamat adalah penting. Untuk terus-menerus menerima keselamatan adalah sama pentingnya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, June 19, 2005
Thesis 45 - JAMINAN

JAMINAN

Thesis 45

Damai datang bukan dari kemenangan, tetapi kemenangan datang dari damai.

Dia telah terlibat jauh dalam budaya pemberontakan, termasuk obat-obatan terlarang dan semua yang termasuk di dalamnya. Sekarang dia sedang mencoba untuk menemukan jalan pulangnya dan telah mengetahui bahwa itu tidak akan mudah. Dia telah bersahabat dengan seorang pria muda di kampus, dan pemuda itu telah membawanya ke kantor saya untuk konseling.

Pada saat dia menggambarkan dilemanya, menceritakan kekecewaannya dengan apa yang telah dunia tawarkan, tetapi mengakui ketidaksanggupannya untuk mengubah pola tingkah laku yang telah memperbudaknya, sesuatu muncul dalam pikiran saya. Dia kedengarannya seperti gambaran yang diberikan dalam buku Steps to Christ, hal. 49.

Maka kami membuka buku itu dan membacanya bersama-sama.

“Ketika kesadaranmu dibangkitkan oleh Roh Kudus, engkau melihat suatu kejahatan dalam dosa, kekuatannya, rasa bersalahnya, telah memisahkan engkau dari Allah, sehingga engkau terikat kepada kuasa kejahatan. Semakin engkau berusaha untuk melepaskan diri, semakin engkau menyadari ketidakberdayaanmu. Motifmu tidak lagi suci, hatimu tidak bersih. Engkau melihat hidupmu telah dipenuhi dengan mementingkan diri dan dosa. Engkau rindu untuk diampuni, untuk disucikan, untuk dibebaskan. Selaras dengan Allah, serupa dengan Dia—apa yang dapat engkau lakukan untuk memperolehnya?”

“Ya,” jawabnya. “Itulah saya. Itulah masalahku. Cepat! Katakan padaku jawabannya. Apa yang dapat aku lakukan?”

Berhentilah bersama saya sejenak dan pikirkan apa kemungkinan jawabannya. Paragraf pertama menggambarkan sebuah hidup yang berantakan. Roh Kudus telah bekerja dalam hati, dan orang tersebut telah menyadari kebutuhan besarnya. Tetapi dia juga menyadari betapa besar ketidakberdayaannya. Dia sepertinya tidak dapat meraih kemenangan atas kehidupannya dalam dosa, dan dia sedang menanyakan bagaimana caranya untuk bebas. Apakah yang dia butuhkan untuk diampuni dan disucikan?

Jika engkau seorang behaviourist (orang yang berpusat pada tingkah laku), jawaban pertamamu tentu di wilayah pekerjaan. Engkau mungkin berkata, “Orang ini perlu berusaha lebih keras untuk melakukan apa yang benar. Dia tidak boleh menyerah. Dia harus memilih untuk menurut Allah, dan Allah kemudian akan memberikan kuasa apapun yang dia perlukan untuk menjalankan pilihan itu.”

Jika engkau seorang relationist (orang yang berpusat pada hubungan), jawaban pertamamu tentu bahwa orang yang digambarkan di sini perlu lebih banyak membaca Alkitab dan berdoa.

Jika engkau seorang religionist (orang yang berpusat pada agama), engkau mungkin menyarankan bahwa solusinya adalah bergabung dengan sebuah gereja, berkumpul bersama orang-orang percaya yang lain.

Tetapi apakah jawaban yang diberikan Steps to Christ? Kalimat berikut, masih pada halaman 49, berkata: “Damailah yang engkau perlukan.”

Betapa sebuah jawaban! Kedengarannya seperti mengatakan kepada seorang yang sedang sekarat karena kehausan bahwa dia memerlukan air. Atau mengatakan kepada seorang anak yang sekarat karena kelaparan bahwa ia membutuhkan makanan. Atau memberitahu kepada sebuah keluarga yang berada di ambang kebangkrutan bahwa mereka membutuhkan uang. Bagaimana bisa seseorang memiliki damai pada saat hidupnya berada dalam kebingungan?

Tetapi tunggu. “Damailah yang engkau perlukan—pengampunan Surga dan damai dan kasih di dalam jiwa. Uang tidak dapat membelinya, kecerdasan tidak dapat menghasilkannya, kebijaksanaan tidak dapat mencapainya; engkau tidak pernah dapat berharap, dengan usahamu sendiri, untuk mendapatkannya. Tetapi TUHAN menawarkannya kepadamu sebagai karunia, ‘tanpa uang dan tanpa harga’... Itu milikmu jika engkau mau mengulurkan tanganmu dan menggenggamnya.”—Ibid.

Pikirkan seorang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang. Apakah dia pernah berbuat kesalahan? Apakah dia pernah jatuh atau gagal? Apakah dia pernah berbuat hal-hal bodoh? Bagaimana semestinya kita memperlakukannya? Ini adalah prinsip universal dan berlaku di segala zaman bahwa orang yang dapat bertumbuh keluar dari kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan hanyalah orang yang dicintai dan diterima ketika ia melakukannya.

Bagaimana dengan belajar mengemudi? Apakah engkau mengingat bagaimana rasanya? Apakah engkau melakukan semuanya dengan benar pada saat pertama kali? Orang yang tetap belajar mengemudi hanyalah orang yang diizinkan untuk membuat kesalahan dan tetap mencobanya.

Pernahkah engkau memulai pekerjaan baru? Apakah engkau mengerjakan segalanya secara sempurna pada hari pertama hingga saat ini? Atau apakah boss-mu mengharapkanmu untuk mengambil waktu untuk belajar? Ketika pegawai baru datang untuk bekerja, bahkan dunia bisnispun memberikan bayaran untuk ketidakberpengalamannya. Dia tidak dipecat pada saat pertama kali gagal mengerjakan sesuatu. Namun, dia diterima dan diteguhkan ketika dia belajar. Hanya itulah lingkungan di mana seseorang dapat rileks dan mengingat cara yang benar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan.

Yesus berkata kepada wanita yang tertangkap melakukan zinah, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Yohanes 8:11. Orang yang dapat berharap untuk pergi dan tidak berbuat dosa lagi hanyalah orang yang mengetahui bahwa dia tidak dihukum. Damai harus datang lebih dulu. Damai membawa kelepasan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, June 18, 2005
Thesis 46 - JAMINAN

JAMINAN

Thesis 46

Satu alasan mengapa kita tetap berbuat dosa adalah kita tidak percaya bahwa kita telah diampuni. Jaminan menuntun kepada kemenangan. Ketidakpastian menuntun kepada kekalahan.

Dalam sebuah gereja yang saya gembalakan beberapa tahun yang lalu, sebuah keluarga mengadopsi seorang anak perempuan berusia lima tahun. Dilahirkan oleh seorang ibu “junkie” (pemadat = pengguna obat-obatan terlarang), anak itu telah mengalami lebih banyak sisi buruk dari kehidupan dibandingkan kebanyakan orang dalam seumur hidupnya. Dia telah belajar bagaimana untuk bertahan, tetapi dia tidak tahu bagaimana untuk hidup. Dia tahu bagaimana untuk membenci, tetapi tidak tahu bagaimana untuk mencintai. Dalam banyak cara dia kelihatannya sebuah kasus yang tidak mungkin.

Serangkaian rumah penampungan telah dia lalui di belakangnya. Dia akan bercerita tentang “Mama Karen,” dan “Mama Becky,” dan “Mama Ann.” Semuanya telah memberikan kekecewaan kepadanya. Sekarang dia telah diadopsi oleh sebuah keluarga Kristen dan dijanjikan sebuah keluarga tetap. Tetapi dia tidak tahu apa artinya ketetapan. Yang dia tahu hanyalah sementara—dan dia tidak akan membiarkan dirinya disakiti lagi.

Dia merasa pasti bahwa dia akan ditinggalkan, sehingga dia melakukan segala sesuatu yang akan mempercepat proses itu. Dia adalah ahli dalam mengacaukan sebuah keluarga. Karena dia telah diperlakukan secara kejam sejak masih bayi, tidak ada hukuman yang dapat mengendalikannya. Berkali-kali keluarga barunya merasa putus asa untuk bisa meraih hatinya.

Selama dia tetap yakin bahwa kelakuan buruknya akan mengasilkan penolakan terhadap dirinya, dia terus menerus memberontak. Terobosan datang kepadanya hanya ketika dia akhirnya mengerti bahwa tidak masalah betapa burukpun kelakuannya, dia akan tetap diterima. Hanya ketika keluarga barunya akhirnya menyampaikan penerimaan yang tidak bersyarat kepadanya, dia mulai dapat disembuhkan. Hanya sejak itulah dia mengetahui bahwa ketidakmenurutan tidak lagi diperlukan.

Salah satu hal yang menolongnya untuk mengerti dengan jelas adalah konsekwensi tindakan-tindakannya. Konsekwensi-konsekwensi yang adil, tidak kasar. Tetapi dia tidak diizinkan untuk berkelakuan buruk “tanpa hukuman”. Pada saat yang sama dia perlahan-lahan mengerti bahwa konsekwensi dari ketidakmenurutan bukanlah penolakan dan pengusiran. Selama dia mau tinggal di dalam keluarga itu, tempatnya selalu terjamin.

Kadang kala kita telah melihat Allah dengan cara yang sama dengan anak ini melihat orang tua barunya. Kita telah merasa begitu pasti bahwa Dia akan menolak kita karena apa kita ini, sehingga kita tetap menjadi apa yang kita pikirkan! Kita tetap berbuat dosa karena ktia tidak percaya bahwa kita telah diampuni. Kita tetap kalah karena kita tidak memiliki jaminan bahwa Dia menerima ktia bahkan ketika kita bertumbuh.

Apakah ini berarti dosa itu tidak apa-apa, sehingga kita bisa melanggar hukum-Nya dan berlalu tanpa hukuman? Tidak, perbuatan salah memiliki konsekwensi-konsekwensi. Tetapi ditolak Allah bukanlah salah satu dari akibat-akibat itu—selama kita tetap tinggal “di dalam keluarga itu” dab tetao datang kepada-Nya untuk pemulihan dan pengampunan dan kuasa.

Steps to Christ, hal. 52, menempatkannya dengan cara ini: “Beberapa orang kelihatannya merasa bahwa mereka pasti sedang dalam masa percobaan, dan harus membuktikan kepada Allah bahwa mereka telah berubah, sebelum mereka dapat meminta berkat-berkat-Nya. Tetapi mereka boleh meminta berkat Allah bahkan sekarang. Mereka harus memiliki kasih karunia-Nya, Roh Kristus, untuk menolong kelemahan mereka, atau mereka tidak dapat melawan kejahatan. Yesus senang menerima kita apa adanya, berdosa, tidak berdaya, bergantung. Kita boleh datang dengan segala kelemahan kita, kebodohan kita, keberdosaan kita, dan jatuh di kaki-Nya dalam penyesalan. Adalah kemuliaan-Nya yang mengelilingi kita di dalam kasih-Nya, dan membalut luka-luka kita, membasuh kita dari segala ketidaksucian.”

1 Yohanes 3:2 berkata, “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apa bila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”

Bagian kita adalah untuk memastikan bahwa sekarang kita tetap melanjutkan hubungan dengan-Nya sebagai putra dan putri-Nya. Bagian Dia adalah menjamin bahw apapun yang perlu dilakukan untuk membuat kita menjadi seperti Dia, akan dilakukan pada waktunya.

Yesus mau menerima kita sebagaimana kita ada, karena hanya dengan cara itu kita bisa datang. Dia tidak menetapkan batasan-batasan jumlah waktu berapa kali kita dapat datang dan masih diterima. Dia mencintai kita karena kita adalah anak-anak-Nya, bukan karena kebaikan yang ada dalam diri kita. Dan akhirnya ketika kita mengerti bahwa kita dicintai dan diterima oleh-Nya, kita akan mulai disembuhkan. Menerima penerimaan-Nya membuat perbedaan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, June 17, 2005
Thesis 47 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 47

Kebenaran oleh iman adalah sebuah pengalaman, bukan hanya sebuah teori.

Saya akan memberikanmu sebuah resep untuk membuat kue strawberry. Letakkan sepotong kue pada dasar sebuah mangkuk besar. Beberapa orang menyukai kue bolu. Beberapa orang menyukai jenis biskuit. Tetapi yang manapun yang engkau gunakan, engkau kemudian meletakkan di atasnya tumpukan strawberry. Jika saat itu pada musim dingin, engkau mungkin boleh menggunakan strawberry beku. Tetapi yang segar adalah yang terbaik. Dan kemudian di atas strawberry engkau meletakkan whipped cream yang banyak.

Rincian dan cara boleh sedikit berbeda dari orang satu ke yang lain. Tetapi satu hal yang pasti. Kue strawberry adalah sebuah pengalaman, bukan hanya sebuah teori! Semua jenis dari tiga bahan-bahan—kue, strawberry, dan whipped cream—memiliki hanya satu tujuan pada akhirnya. Untuk menikmati kue strawberry sepenuhnya, engkau harus mengalaminya.

Kita telah berbicara tentang tiga bahan-bahan nyata dalam kehidupan Kristen yang akan membuat hal yang disebut “hubungan”. Kita telah berbicara tentang belajar Alkitab, berdoa, dan bersaksi atau melayani atau jangkauan keluar. Dalam bagian ini saya akan menjelaskan tentang “resep” untuk sebuah kehidupan ibadah yang berarti.

Tetapi di atas semua itu, engkau harus secara jelas mengerti satu fakta: Teori yang terpisah dari pengalaman memiliki nilai yang kecil. Untuk mendapatkan manfaat dari “resep” itu, engkau harus merasakannya sendiri!

Ada perbedaan yang besar antara mengenal seseorang dan sekedar mengetahui tentang seseorang. Engkau dapat membaca tentang Abraham Lincoln atau Florence Nightingale. Engkau dapat mengetahui sejarah mereka, menghapal perkataan-perkataan mereka, mengagumi kehidupan mereka. Tetapi engkau tidak dapat menjalin hubungan pribadi dengan mereka. Engkau tidak dapat mengenal mereka; engkau hanya bisa mengetahui tentang mereka.

Banyak orang Kristen yang telah berusaha untuk mengetahui tentang TUHAN. Mereka mengumpulkan informasi dari Firman-Nya bila ada kesempatan. Mereka mendiskusikan tentang Dia di kelas sekolah Sabat minggu demi minggu. Mereka mengetahui bahwa Dia adalah mengasihi dan adil dan pengampun. Mereka mengagumi Dia dari kejauhan. Tetapi mereka tidak pernah datang untuk mengenal Dia di dalam persekutuan muka dengan muka.

Pemazmur berkata, “Kecap dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” Mazmur 34:9. The Desire of Ages, halaman 374, mengatakan kepada kita: “Membicarakan agama sepintas lalu saja, berdoa tanpa jiwa yang lapar dan iman yang hidup, tidak ada manfaatnya. Sebuah iman yang sekedar nama saja terhadap di dalam Kristus, yang hanya sekedar menerima Dia sebagai Juruselamat dunia, tidak akan pernah membawa kesembuhan bagi jiwa. Iman yang memimpin kepada keselamatan bukanlah sekedar persetujuan intelektual terhadap kebenaran.... Tidaklah cukup mempercayai tentang Kristus; kita harus percaya di dalam Dia. Satu-satunya iman yang akan membawa manfaat kepada kita adalah iman yang memandang Dia sebagai seorang Juruselamat pribadi; yang mengambil jasa-jasa-Nya untuk diri kita sendiri.”

Resep itu penting. Tetapi mencicipi dan mengalaminya bahkan lebih penting lagi. Engkau dapat membaca tentang resep yang baik, tetapi hanya engkau yang dapat membuat keputusan untuk mencobanya atau tidak bagi dirimu sendiri.

Apakah ada resep bagi hubungan dengan Kristus? Ada satu yang banyak dari kita telah merasakannya. Sediakan waktu, sendiri, pada awal setiap hari, untuk mencari Yesus melalui firman-Nya dan doa.

Sediakan waktu. Hubungan tidak terjadi secara instan. Pada masa sekarang kita banyak mendengar tentang “kwalitas” (mutu) waktu versus “kwantitas” (jumlah) waktu. Tetapi ada batas-batas terhadap berapa besar kwalitas yang engkau dapat terima atau beri jika kwantitasnya kecil.

Sendiri: Muka dengan muka adalah tempat di mana komunikasi yang paling dalam terjadi. Hal itu berlaku dalam perkawinan, dalam keluarga, dalam persahabatan. Hal itu juga berlaku bagi TUHAN.

Pada awal. Kita diundang untuk memberikan TUHAN prioritas tertinggi, untuk memulai hari kita bersama Dia—bukan menyisihkan waktu pada menit-menit terakhir sebelum kita tidur.

Setiap hari: Regularitas (keteraturan) itu penting. Apakah engkau berbicara tentang program gerak badan, belajar piano atau persahabatan, komunikasi yang tidak teratur tidaklah cukup.

Mencari Yesus. Pusat dari kehidupan yang beribadah adalah selalu Dia. Hidup yang beribadah bukanlah dimaksudkan untuk mempelajari nubuatan atau doktrin atau pertarakan. Itu adalah mengenal Seseorang.

Melalui Firman-Nya dan doa. Dia berbicara kepada kita melalui Firman-Nya; kita menjawab Dia melalui doa. Berbicara dan mendengar adalah elemen dasar dari komunikasi.

Jangan berhenti hanya dengan sebuah resep, apakah itu untuk kue strawberry atau bagaimana mengenal TUHAN. Alamilah sendiri. Hanya dengan begitulah engkau akan benar-benar mengerti nilainya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, June 16, 2005
Thesis 48 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 48

Kehidupan ibadah orang Kristen bukanlah pilihan. Hubungan dengan TUHAN adalah dasar seluruh kehidupan Kristen yang sedang berjalan.

Alan tidak pernah bermaksud terlambat bangun. Dia telah mengeset alaram pada 6.30 a.m. seperti biasa, tetapi semalam dia tidak tidur hingga larut malam. Dan ketika alaram berbunyi, dia terbangung hanya untuk menekan tombol “off” dan kemudian kembali tidur. Pada waktu dia bangun kembali, jam menunjukkan 7.55 a.m., dan kelas pertamanya akan berlangsung lima menit lagi.

Sekarang tolong jangan salah mengerti. Alan sangat mempercayai pentingnya berdandan pada pagi hari—dan bercukur dan menyikat gigi dan menyisir rambutnya. Tetapi benar-benar tidak ada waktu. Dosen yang mengajar pada kelas jam 8.00 tidak akan mau memberi maaf pada ketidakhadiran atau keterlambatannya, dan lebih jauh lagi, dia ada quiz pagi itu. Maka, dengan sangat kesal dia harus melakukannya, Alan melompat dari tempat tidur, menyambar buku-buku dan catatan-catatannya dan bergegas ke pintu. Dia duduk di kursinya persis pada saat bell masuk berbunyi.

Pernahkah engkau bertemu Alan? Saya menghabiskan kebanyakan waktu saya di sekitar ruang kelas; enam belas tahun yang pertama sebagai pelajar, diikuti paling tidak enam belas tahun lagi sebagai pengajar paruh waktu. Saya telah melihat ribuan siswa, dan tidak pernah sekalipun seorang siswa datang ke kelas dengan mengenakan piyama! Bagaimanapun sibuknya mereka, tidak peduli betapa terlambatnyapun mereka bangun di pagi hari, tidak peduli betapa pentingnya kelas tersebut, mereka tetap mampu, semuanya, untuk menyesuaikan jadwal mereka dengan cara tertentu untuk tampil dengan dandanan yang lengkap!

Namun bukan hanya siswa, orang yang lebih tua juga demikian, menyatakan berkali-kali bahwa mereka tidak bisa memiliki kehidupan ibadah yang teratur dengan TUHAN karena mereka tidak mempunyai waktu.

Pada pertemuan medis di bagian Timur beberapa bulan sebelum menulis buku ini, saya mendengar hal itu kembali. Seorang isteri dokter bertanya, dalam ketulusan yang nyata, “Bagaimana jika engkau tidak punya waktu?”

Kita menemukan waktu untuk berdandan dan rapi untuk diri kita setiap hari. Kita menemukan waktu untuk memakan makanan kita. Namun kita gagal menemukan waktu untuk mengenakan jubah kebenaran Kristus dan memakan Roti Hidup. Apakah masalahnya? Apakah kekurangan waktu? Tidak. Setiap kita memiliki dua pulu empat jam dalam sehari. Kita tidak kekurangan waktu; kita kekurangan motifasi.

Ketika kita berkata bahwa kita tidak punya waktu untuk sesuatu, kita dengan mudah berkata bahwa kita tidak mempertimbangkan hal itu sebagai sesuatu yang penting. Adalah benar bahwa engkau mempunyai waktu untuk apa yang engkau anggap sangat penting. Kekurangan waktu bukanlah sebuah maaf untuk sesuatu, bahkan di dunia ini. Sesuatu yang baginya engkau mempunyai waktu adalah sesuatu yang paling engkau hargai, dan sesuatu yang baginya engkau tidak mempunyai waktu adalah sesuatu yang engkau temukan kurang penting. Sesederhana itu.

Yesus menunjuk kepada Marta, ketika Dia bertamu ke rumahnya di Baitani. Dia tidak mempunyai waktu untuk duduk di kaki-Nya, dan dia tidak berpikir Maria juga mempunyai waktu! Tidak penting berbincang-bincang secara pribadi dengan Anak Allah—hal yang penting di benak Marta adalah menyediakan makan malam di meja! Dan Yesus harus memperingatkan dia tentang apa yang perlu dan tidak. “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Lukas 10:41,42.

Apakah engkau pikir bahwa keanggotaanmu di gereja akan menjamin keselamatanmu? Apakah engkau pikir tingkah laku moralmu? Apakah engkau pikir “pekerjaanmu di ladang TUHAN,” atau bahkan ketika engkau melupakan TUHAN dari pelayananmu? Atau apakah engkau percaya Yohanes 17:3 “inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”?

Kita telah diberitahu bahwa “kesejahteraan kekal kita bergantung pada penggunaan waktu yang kita lakukan selama hidup kita.”—Testimonies, vol. 5, hal. 375. Namun betapa sering kita memutuskan dengan tindakan kita bahwa kita tidak mempunyai waktu untuk TUHAN?

Engkau diundang hari ini untuk sebuah hubungan dan persekutuan dengan Yesus—satu hal diatas segala sesuatu yang lain yang setiap kita harus memiliki waktu untuknya. Jika engkau tidak mempunyai waktu untuk-Nya, engkau tidak mempunyai waktu untuk hidup!

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, June 15, 2005
Thesis 49 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 49

Jika kita tidak mengambil waktu untuk membaca Alkitab dan berdoa kita akan mati secara rohani.

Berapa lama engkau pernah dapat bertahan tanpa makan? Hampir semua orang mungkin pernah melewatkan jam makan. Bagaimana dengan selama 24 jam penuh? Pernahkah engaku bertahan selama itu tanpa makanan? Kadang kala engkau harus berpuasa selama itu sebelum menjalani pembedahan besar. Bagaimana dengan bertahan selama 24 jam tanpa makan ketika kesehatanmu dalam keadaan baik dan melakukan kegiatan-kegiatan sehari-harimu? Pernahkah engkau melakukannya?

Alkitab berkata bahwa Yesus dan Musa menjalani waktu selama 40 hari tanpa makan. Hal itu juga dicatat bahwa TUHAN memelihara mereka dengan cara yang istimewa selama waktu itu. Adalah aman bagi kita untuk mengatakan bahwa bagi kebanyakan kita, bahkan untuk berpuasa selama 24 jam penuh kemungkinan bukanlah hal yang biasa.

Ketika saya berjuang melalui masa pendidikan di perguruan tinggi, kafetaria menetapkan pembayaran bulanan minimum tertentu per mahasiswa. Jika engkau makan lebih banyak, engkau membayar lebih. Tetapi jika engkau memakan lebih sedikit, engkau masih membayar minimum.

Satu bulan saya memutuskan untuk memakan kurang dari minimum, supaya saya tidak harus membayar lebih. Selama satu minggu penuh dalam bulan itu, saya tidak makan sama sekali! Saya meminum jus, lain tidak. Saya bukan hanya tidak mampu melanjutkan kegiatan-kegiatan reguler, saya bahkan kelaparan.

Seandainya saya memutuskan, setelah satu minggu percobaan itu, bahwa itu adalah cara untuk menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi dengan biaya sesedikit mungkin dan akan melanjutkan pola makan itu selama empat tahun penuh? Maka tidak akan lama mereka pasti akan mengangkat saya dari trotoar dan membawa saya ke rumah sakit, bukan?

Dalam Yohanes 6, Yesus membandingkan kehidupan rohani persekutuan dan komunikasi dengan-Nya dengan kehidupan jasmani. Dia berkata, “Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Ayat 53. Sama seperti hukum kehidupan jasmani, demikian juga dengan kehidupan rohani. Jika engkau tidak makan, engkau akan mati. Hal itu mungkin tidak akan terjadi dalam satu malam, baik jasmani maupun rohani. Namun hukum itu memastikan hal itu bagi semuanya. Hasil akhirnya akan tidak terelakkan.

Ny. White telah mengatakan kepada kita “akan baik bagi kita untuk menggunakan waktu setiap hari dalam merenungkan kehidupan Kristus. Kita harus mengambil makna demi makna, dan membiarkan imajinasi memahami setiap pemandangan, terutama pada saat-saat terakhirnya.”—The Desire of Ages, hal. 83. Itu adalah resep untuk sebuah makanan rohani yang memiliki keseimbangan yang baik. Ketika makanan rohani kita berpusat pada kehidupan Kristus, kita akan bertumbuh.

Doa disebut “nafas jiwa.” Dan itu menarik garis bahkan lebih dekat. Engkau mungkin bisa bertahan selama sehari tanpa makan, tetapi tidak ada seorangpun yang bisa bertahan selama sehari tanpa bernafas!

Maka, ketika saya berbicara tentang hubungan dengan Kristus, saya tidak sedang berbicara tentang sebuah kemewahan yang akan bermanfaat bagimu jika engkau mempunyai waktu atau berkehendak untuk mengambil keuntungan dari padanya. Saya sedang berbicara tentang hidup dan mati. Jika engkau tidak makan atau bernafas secara rohani, engkau akan mati. Hanya dengan melalui ibadah dan persekutuan yang berkelanjutan dengan Kristus sajalah kehidupan rohani berlanjut.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, June 14, 2005
Thesis 50 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 50

Hanya karena engkau membaca Alkitab dan berdoa tidak berarti engkau akan memiliki sebuah hubungan dengan TUHAN. Tetapi jika engkau tidak melakukannya, engkau tidak akan memilikinya.

Kapan saja muncul sebuah diskusi tentang kehidupan beribadah Kristen dan pentingnya menjalani waktu hari demi hari bersama TUHAN dalam Firman-Nya dan dalam doa, seseorang selalu bertanya, “Bukankah mungkin bagi kehidupan beribadah menjadi hanya sekedar perjalanan dinas?”

Sebelum saya mencoba untuk menjawab pertanyaan itu, mungkin saya harus mengartikan “perjalanan dinas”. Ketika seseorang bertanya tentang kehidupan yang beribadah menjadi hanya sekedar sistem kerja, apa yang mereka maksudkan? Apakah mereka sedang berbicara tentang mendapatkan atau melayakkan diri untuk keselamatan dengan memberikan waktu begitu banyak dalam mempelajari Alkitab dan berdoa? Itu dapat menjadi kesalahan besar karena berakhir dengan sejenis kebenaran oleh kehidupan beribadah, dari pada kebenaran oleh iman dalam Yesus.

Mungkin kita harus mengatakannya di sini kembali bahwa kebenaran datang hanya oleh iman di dalam Yesus saja. Titik. Tidak ada yang kita lakukan untuk dapat memperoleh keselamatan.

Tetapi kita harus menerima keselamatan untuk mendapatkan manfaatnya, atau seluruh dunia, termasuk setan dan malaikat-malaikatnya, akan dapat diselamatkan. Pengorbanan Yesus adalah cukup; itu cukup untuk keselamatan bagi seluruh dunia. Tetapi tidak semua mau menerima.

Tidak ada keselamatan yang diterima sekali untuk selamanya—itu harus diterima setiap hari. Tujuan dasar dari datang kepada Yesus setiap hari adalah untuk menerima karunia dan kuasa dan keselamatan dari-Nya. Hal itu termasuk lebih banyak lagi, saat kita akan mengetahuinya dalam thesis 95. Tetapi hal itu termasuk sebuah penerimaan keselamatan yang berkelanjutan. Maka hal ini bukan masalah jasa; ini adalah masalah cara.

Tetapi pertanyaan—“Bukankah mungkin bagi kehidupan beribadah menjadi hanya sekedar sistem kerja?”—memiliki dimensi lain. Dan itu harus berhubungan dengan apakah itu mudah, spontan, dan otomatis, atau apakah usaha terlibat di dalamnya? Kehidupan beribadah bukanlah masalah pekerjaan, tetapi hal itu bekerja! Itu adalah perbedaan yang penting.

Banyak hal dalam kehidupan orang Kristen adalah karunia (pemberian). Dan engkau tidak berusaha untuk sebuah karunia. Iman adalah sebuah karunia dan pertobatan adalah sebuah karunia dan kemenangan adalah sebuah karunia dan keselamatan adalah sebuah karunia. Tetapi ada satu hal yang bukan merupakan sebuah karunia. TUHAN tidak pernah berjanji untuk mencari diri-Nya bagi kita. Dia tidak pernah berjanji untuk menerima diri-Nya bagi kita. Dia tidak pernah berjanji untuk mengenali diri-Nya bagi kita.

Semua kehidupan Kristen tidak spontan. Kadang kala bisa saja menjadi sebuah sukacita mencari Yesus untuk kebaktian dan persekutan pribadi. Di lain waktu itu bisa saja menuntut segenap usaha dan kuasa kemauan dan disiplin dan ketabahan dan kebulatan tekad yang engkau miliki. Paulus menyebutnya “pertandingan iman.” 1 Timotius 6:12. Kita tidak percaya pada agama yang pasif. Manusia memiliki sebuah bagian untuk menyelesaikan dalam bekerja sama dengan Allah bagi pemulihannya, dalam mengerjakan keselamatan dirinya.

Betapa sebuah tragedi begitu banyak orang-orang Kristen telah salah mengerti kebenaran ini. Kita telah mengerahkan begitu banyak waktu dan energi dan kuasa kemauan untuk berusaha memaksa diri kita melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan dan yang telah Allah janjikan akan lakukan bagi kita. Dan kita tidak melakukan satu hal yang Dia minta agar kita lakukan—mencari Dia. Kita telah menunggu sampai “suasana hati kita cocok”, kita telah menunggu pengalaman beribadah untuk datang kepada kita secara spontan.

Jika engkau pernah mencoba menjalani waktu secara teratur bersama Allah, engkau tahu bahwa itu bisa menjadi kerja keras. Pernahkah engkau menemukan dirimu sedang menatap jam untuk mengetahui berapa lama lagi waktu yang tersisa? Pernahkah engkau melihat ke akhir pasal yang sedang engkau baca untuk mengetahui berapa halaman lagi yang harus engkau lalui? Pernahkah engkau merasakan betapa sulitnya berdoa? Apa yang engkau lakukan ketika hal ini terjadi?

Satu hal yang pasti—berhenti tidak akan menolong. Seperti yang pernah dikatakan seseorang, “Ketika berdoa itu sulit, berdoalah lebih keras lagi.” Thoughts from the Mount of Blessing, hal. 115, berkata, “Ketika kita merasa kita telah berdosa dan tidak dapat berdoa, itulah saatnya untuk berdoa.” Maka pada saat engkau menemukan bahwa kehidupan beribadah menjadi pekerjaan yang sangat sulit, satu hal yang tidak boleh engkau lakukan adalah berhenti.

Membaca Alkitab dan berdoa tidak menjamin kesehatan kehidupan rohani. Adalah mungkin untuk melakukan keduanya dan hati masih tetap jauh dari TUHAN. Orang-orang Farisi melakukannya. Dan demikian juga denganmu. Tetapi satu hal yang pasti: Engkau tidak bisa memelihara kehidupan rohani jika engkau tidak mencari Yesus melalui Firman-Nya dan berdoa. Hanya karena engkau makan dan minum tidak menjamin kesehatan kehidupan jasmanimu. Tetapi engkau tidak mungkin sehat tanpa makan dan minum.

Adakah masalah-masalah dalam kehidupan beribadah yang berkelanjutan? Tentu ada. Ada masalah-masalah dalam kehidupan jasmani yang berkelanjutan. Udara sudah tercemar. Ada bakteri di dalam makanan. Tetapi tidak ada masalah yang begitu parah sehingga membuat kegiatan makan dan minum menjadi hal yang bersifat pilihan. Kehidupan rohani dapat berlanjut hanya saat kita tetap melanjutkan untuk mencari Dia.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, June 13, 2005
Thesis 51 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 51

Tujuan utama dari berdoa bukanlah untuk mendapatkan jawaban tetapi untuk mengenal Yesus.

Pikirkanlah sejenak tentang salah satu teman akrabmu. Itu tentu merupakan tugas yang menyenangkan! Biarkan pikiranmu kembali ke saat terakhir kalian bersama. Apa yang engkau bicarakan? Apa yang engkau lakukan? Bagaimana engkau menjalani waktu itu?

Sekarang pikirkanlah dua hal. Pertama, berapa banyak dari waktumu bersama sahabatmu yang engkau habiskan untuk meminta kebaikannya?

Apakah engkau kadang kala butuh meminta maaf dari seorang sahabat akrab? Tentu. Apakah engkau pernah meminta pertolongan? Pasti. Tetapi kalau itu yang menjadi dasar keseluruhan persahabatan, tentu hubungan tersebut sudah lama berakhir, bukan?

TUHAN mengundang kita untuk menjalin persahabatan dengan-Nya. Yesus berkata dalam Yohanes 15:14,15: “Kamu adalah sahabat-Ku...Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat.” Steps to Christ, hal. 93, berkata, “Doa adalah hati yang terbuka kepada Allah seperti kepada seorang sahabat.”

TUHAN itu baik dalam memberi dan mengampuni. Dia telah mengundang kita untuk meminta. Dia senang untuk memberi. “Adalah bagian dari rencana Allah untuk memberikan kepada kita, dalam jawaban kepada doa iman, apa yang Dia tidak berikan adalah apa yang tidak kita minta.”—The Great Controversy, hal. 525. TUHAN tidak pemaksa, bahkan dengan berkat-berkat-Nya. Dia telah mengisi firman-Nya dengan janji-janji untuk mendorong kita datang kepada-Nya. Dengan menunggu kita meminta janji-janji berkat-Nya, Dia sedang menghormati kuasa memilih kita.

Tetapi kadang kala kita begitu terhanyut dengan meminta dan menerima sehingga kita telah melupakan berapa banyak yang telah kita dapatkan. TUHAN menginginkan lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan kita. Dia menginginkan kasih kita.

Dia telah memberikan kita “janji-janji yang berharga dan sangat besar,”(2 Petrus 1:4), tetapi Dia tidak pernah memberikan kita jaminan bahwa semua janji yang terdapat di dalam Alkitab adalah untuk kita, pada saat ini, dan dalam keadaan sekarang ini. Janji-janji berkat rohani dapat selalu kita minta. Adalah kemauan-Nya untuk mengampuni dosa kita, untuk memberikan kita kuasa penurutan dan kuasa untuk bekerja dalam pelayanan-Nya. Tetapi apa bila tiba pada berkat-berkat sementara—bahkan kehidupan itu sendiri—kita harus menyerahkan kemauan kita kepada kemauan-Nya dan menerima pilihan-Nya bagi kita. Alkitab berisi janji-janji baik untuk kelepasan dari maut dan kekuatan untuk tetap setia hingga kepada kematian. Adalah bagian TUHAN untuk memutuskan karunia mana yang cocok untuk setiap kebutuhan.

Apakah artinya kita tidak boleh meminta berkat-berkat sementara? Tidak, adalah selalu boleh untuk meminta. TUHAN telah meminta kita untuk meminta! Tepat di tengah-tengah doa TUHAN Yesus adalah sebuah permohonan bagi berkat sementara, “Berikanlah kami makanan kami yang secukupnya.” “Dalam mengajar kita untuk setiap hari meminta apa yang kita butuhkan—baik berkat-berkat sementara maupun rohani—TUHAN mempunyai sebuah maksud yang hendak dipenuhi untuk kebaikan kita. Dia mau kita menyadari ketergantungan kita pada pemeliharaan-Nya yang tetap, karenanya Dia menarik kita ke dalam persekutuan dengan-Nya.”—Thoughts From the Mount of Blessing, hal. 113.

Perhatikan mengapa Dia mengundang kita untuk meminta, dari pada hanya sekedar memberi kita berkat-berkat rohani dan sementara yang kita butuhkan tanpa harus memintanya. Itu adalah untuk mengajar kita bergantung kepada-Nya dan untuk membawa kita ke dalam persekutuan dengan-Nya.

TUHAN bukanlah jenis sahabat yang hanya membicarakan hal-hal yang menarik minat-Nya. Dia mengundang kita untuk datang dan berbicara kepada-Nya tentang apa yang ada dalam pikiran kita. Dia ingin mendengar apa yang sedang kita pikir dan rasakan. Dia ingin berbagi dengan kita apa yang menjadi kesedihan dan kebahagiaan kita.

Kadang kala orang bertanya, “Bukankah TUHAN telah mengetahui segala sesuatu tentang kita?” Tentu Dia telah tahu! Tetapi bahkan di dalam hubungan antar manusia, berbicara hanya untuk sekedar bercakap-cakap adalah penting. Bahkan dalam tataran manusia, informasi tidak sepenting komunikasi yang terjadi ketika orang-orang berbagi.

Misalkan engkau mempunyai seorang sahabat yang mendapatkan beberapa kabar baik. Mungkin engkau telah membaca kabar baik ini di koran, dan karena engkau mengenalnya dan mengetahui sesuatu yang menjadi impian dan tujuan dan kepribadiannya, engkau mengatakan kepada dirimu, “Sahabatku pasti akan sangat senang.”

Kemudian misalkan dia meneleponmu dan berkata, “Coba tebak!”

“Gak perlulah bicara tentang itu, sahabatku, aku sudah tahu. Aku membacanya di koran, dan aku tahu engkau sedang senang. Cukuplah membahas tentang itu. Sekarang kita bicarakan yang lain aja, yuk.” Apakah begitu caramu menanggapinya?

Tidak, engkau mendengarnya menceritakan hal itu. Engkau berbagi kesenangannya bersamanya. Engkau merasa tersanjung bahwa dia mau berbagi denganmu, karena itu adalah pernyataan cinta dan persahabatan.

TUHAN mempunyai semua informasi yang Dia butuhkan. Yang kurang adalah persekutuan dengan orang-orang yang Dia kasihi. Itulah sebabnya Dia mengundang kita untuk berbagi tentang hidup kita dengan-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, June 12, 2005
Thesis 52 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 52

Maksud utama belajar Alkitab bukan untuk mendapatkan informasi tetapi untuk mengenal Yesus.

Sekelompok orang Kristen di South Sea Islands pergi ke pantai setiap pagi untuk melihat ke timur untuk mengetahui apakah Yesus sudah datang atau belum. Mereka belum mendengar lagi bahwa TUHAN membangkitkan orang mati, sebagaimana yang Dia lakukan pada zaman Alkitab. Maka mereka berdoa, dan orang-orang mati dibangkitkan.

Salah seorang dari orang-orang Kristen ini sedang berusaha meyakinkan kepala suku untuk mengizinkan putrinya dibaptiskan. Putrinya telah menerima Kristus, tetapi ayahnya telah melarang dia untuk bergabung dengan gereja itu.

“Jika TUHAN mengirimkan gempa bumi besok sore pada jam tiga, maukah engkau mengizinkan putrimu dibaptis?” orang Kristen itu bertanya kepada kepala suku.

Kepala suku itu setuju.

Kemudian, keesokan sorenya pada jam tiga terjadi gempa bumi yang hebat, dan kepala suku mengizinkan putrinya untuk bergabung dengan gereja tersebut.

Penginjil Kristen ini diwawancarai oleh seseorang di Amerika Serikat, yang bertanya kepadanya, “Mengapa sebuah gempa bumi? Tidak bisakah engkau meminta sesuatu yang tidak terlalu spektakuler?”

Dan orang Kristen dari South Sea Islands itu menjawab, “Bukankah TUHAN itu bisa melakukan segalanya? Mengapa tidak meminta sesuatu yang besar?”

Kita tersenyum terhadap iman yang sederhana dari orang-orang “Yang Tidak Jelas” ini. Kita tersenyum terhadap iman seorang anak kecil. Tetapi kita juga iri. Dengan segala kecanggihan informasi yang kita miliki mengenai TUHAN, kadang kala kepercayaan kita sangat jauh dari-Nya.

Saya tidak berkata bahwa informasi itu tidak penting. TUHAN telah menyediakan kita informasi mengenai diri-Nya. Dia ingin iman yang cerdas. Tetapi informasi saja tidak pernah cukup. The Desire of Ages, hal. 455, memberi komentar ini: “Pemahaman dan penghargaan terhadap kebenaran...lebih bergantung kepada hati dari pada pikiran. Kebenaran harus diterima di dalam jiwa; itu menuntut penghormatan dari kemauan. Jika kebenaran diserahkan kepada akal semata, kesombongan akan terdapat di dalam pemahamannya.”

Setan mempunyai informasi lebih lengkap tentang TUHAN dari pada kita semua. Namun informasi itu tidak cukup untuk mencegahnya dari memulai seluruh kekacauan ini pada awalnya. Itu tidak cukup untuk mengubah hidupnya hari ini. Dia memilih memberontak pada awalnya. Dia memilih untuk memberontak di dalam kepenuhan terang kemuliaan TUHAN, dengan informasi yang lengkap tentang TUHAN dan tabiat-Nya. Dan semua informasi yang dia miliki tidak cukup untuk mencegah kejatuhannya.

Informasi penting bagi komunikasi. Tetapi informasih bukanlah pengganti bagi komunikasi.

Kadang kala dua orang dari latar budaya yang berbeda bertemu. Hal ini sering terjadi pada masa perang ketika para prajurit dikirim ke luar negeri. Hal ini terjadi dalam program pertukaran pelajar dan pelajar missionaris. Seorang pria muda dan seorang wanita muda akan tertarik satu dengan yang lain dan memulai sebuah hubungan. Tetapi mereka tidak dapat berbicara satu dengan yang lain.

Mereka sering tersenyum dan bergandengan tangan dan berciuman, dan menyimpulkan karena senang menjalani waktu bersama-sama sehingga mereka menganggap bahwa mereka sedang berkomunikasi. Sang pria berpikir bahwa ini adalah apa yang dia cari selama ini. Sang wanita berpikir ini adalah jawaban dari mimpinya.

Tetapi kadang kala setelah mereka bersama beberapa lama, mungkin bahkan setelah mereka menikah, mereka menemukan bahwa mereka tidak memiliki kesamaan apapun kecuali tersenyum dan bergandengan tangan dan berciuman! Latar belakang mereka berbeda, selera mereka berbeda, ide mereka tentang peran suami dan peran isteri berbeda, tujuan-tujuan hidup mereka berbeda. Dan masalahpun dimulai.

Informasi dan komunikasi harus berjalan bersama. Satu hal pertama yang terjadi ketika missionaris membawa seorang orang-orang kafir dari kegelapan penyembahan berhala kepada Kristus, adalah bahwa mereka mulai mengajar tentang Kristus. Kita mungkin pernah mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang dibawa Roh Kudus kepada penerimaan terhadap Allah sebelum missionaris manusia pernah menjangkau mereka. Tetapi hal pertama yang biasanya terjadi adalah orang itu dituntun ke gereja, kepada Firman Allah untuk mendapatkan informasi tentang Allah yang akan membuat imannya tetap hidup.

Pada sisi lain, di negeri-negeri yang begitu diterangi, informasi mengenai Allah telah memenuhi kesadaran kita sejak bayi. Tetapi kita kurang pengertian mengenai komunikasi. Kita dapat membahas hingga larut malam tentang rincian intelektual tentang Allah dan membicarakannya setiap pekan di Sekolah Sabat, namun tidak pernah menyediakan waktu untuk berbicara dengan TUHAN dan berkomunikasi dengan-Nya secara pribadi.

Alkitab menyediakan informasi sebagai sebuah batu loncatan untuk komunikasi. Yohanes 17:3 berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau.” Mengetahui tentang TUHAN memiliki nilai hanya pada saat itu menuntun kepada pengenalan akan Dia. Pengenalan akan Dia menuntun kepada hidup.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, June 11, 2005
Thesis 53 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 53

Keadaan sering bertambah buruk ketika kita berdoa hingga kita belajar untuk mencari Yesus demi kepentingan-Nya, bukan kita.

Seorang mahasiswa mengatakan kepada saya pada suatu waktu, “Saya berhenti menjadi orang Kristen dua minggu yang lalu, dan saya bahkan belum berdosa sejak itu!”

Pada sisi lain, banyak orang yang memutuskan untuk mulai mencari hubungan pribadi dengan TUHAN menemukan bahwa segala sesuatu menjadi serba salah. “Banyak yang dengan tulus mengabdikan hidup mereka untuk pelayanan TUHAN dikejutkan dan dikecewakan karena menemukan diri mereka, tidak seperti sebelumnya, dihadapkan pada rintangan-rintangan dan ditimpa pencobaan-pencobaan dan kebingungan-kebingungan. Mereka berdoa untuk tabiat seperti orang Kristen, untuk kecocokan bagi pekerjaan TUHAN, dan mereka ditempatkan di bawah keadaan-keadaan yang sepertinya memunculkan semua sifat-sifat jahat mereka. Keburukan-keburukan tabiat yang bahkan mereka tidak sadari keberadaannya diungkapkan. Seperti Israel purba, mereka mempertanyakan, “Jika TUHAN memimpin kita, mengapa semua ini menimpa kita?”—Ministry of Healing, hal. 470.

Kadang kala sulit untuk menerima jawaban yang diilhami yang diberikan dalam tulisan yang sama, yaitu “adalah karena TUHAN yang memimpin mereka sehingga hal-hal ini menimpa mereka. Pencobaan-pencobaan dan rintangan-rintangan adalah cara untuk mendisiplin yang dipilih TUHAN dan kondisi-kondisi sukses yang Dia tetapkan.”—Ibid, hal. 471. (Penekanan ditambahkan)

Cerita Ayub adalah sebuah cerita yang aneh. Di sini ada seorang laki-laki yang sempurna. TUHAN mengatakan dia sempurna. Dia berkata kepada Setan, “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Ayub 1:8.

Namun TUHAN memberikan izin kepada kejahatan untuk menyerang Ayub, walaupun Ayub sempurna. Dan dalam satu malam Ayub yang malang menghadapi lebih banyak masalah dari pada yang dihadapi kebanyakan orang seumur hidupnya. Kekayaannya lenyap, kesehatannya lenyap, anak-anaknya lenyap. Lebih dari itu, dia kehilangan penghormatan isterinya, reputasinya di masyarakat, dan kepercayaan sahabat-sahabatnya.

Apakah tuntutan setan terhadap TUHAN dalam kejadian ini? Dia menuduh TUHAN dengan tidak adil telah melindungi Ayub. Dia menuduh TUHAN telah menjadi Oknum yang menyuap ciptaan-Nya untuk mendapatkan kasihnya. Dia berkata, “Ayub melayani Engkau hanya untuk apa yang dia bisa dapatkan dari-Mu.”

Tetapi TUHAN lebih tahu! Dia tahu apa yang membuat Ayub setia. Dan Diapun mempertaruhkan reputasinya, di hadapan seluruh alam semesta, ke atas hamba-Nya Ayub. Dia berkata kepada setan, “Silahkan dan coba buktikan tuduhanmu.”

Kadang kala orang memiliki keberatan terhadap cerita Ayub, merasa bahwa TUHAN mempergunakan Ayub sebagai sebuah pion dalam pertandingannya dengan setan. Tetapi bukan Ayub yang sedang dicobai—adalah TUHAN yang sedang dicobai. Dan Ayub, yang bukan saja sejak awalpun tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, namun juga tidak pernah diberi sebuah penjelasan sejauh yang Alkitab catat, membersihkan nama (dari tuduhan setan) TUHAN di hadapan alam semesta!

Tidak seorangpun yang menyukai orang yang mata duitan. Kita dapat mengerti masalah-masalah yang dimiliki orang-orang kaya atau public figure dalam membangun persahabatan sejati. Tidak selalu mudah untuk mengatakan siapa yang ingin bersahabat denganmu secara pribadi, atau siapa yang hanya mencoba mengambil keuntungan darimu.

Dengan setiap orang yang memilih untuk meninggalkan barisannya untuk bergabung dengan pihak Allah, setan menuduh Allah sekali lagi dan lagi. Dia berkata, “Orang ini tidak datang kepada-Mu karena dia mengasihi-Mu. Dia tidak menerima pelayanan-Mu melalui apa yang telah dilakukan Anak-Mu baginya dengan rasa syukur. Dia ingin agar masalah-masalahnya terpecahkan. Dia ingin penyakitnya disembuhkan. Dia ingin agar pikirannya damai. Dia ingin melepaskan diri dari api penghakiman.”

Intinya, setiap jiwa yang membuat keputusan untuk menerima Kristus memperbaharui pertentangan besar itu. Dan satu-satunya cara agar nama TUHAN dapat dibersihkan dari tuduhan setan, satu-satunya cara agar Dia dapat menerima pilihan kita untuk-Nya, adalah jika Dia memberikan kesempatan kepada setan untuk membujuk kita agar meninggalkan pilihan kita!

Seorang mahasiswa mengatakan kepada saya, “Jika saya dapat mengetahui bahwa saya telah selamat, bahwa dosa-dosa saya telah diampuni, dan bahwa saya diterima oleh TUHAN sekarang, maka saya ingin agar seseorang membunuh saya secepatnya!”

“Mengapa?”

“Karena saya takut gagal lagi!”

Tetapi TUHAN tidak mau orang yang datang kepada-Nya hanya dalam tekanan hebat sesaat saja dan kemudian mengubah pikiran mereka tentang ingin menjadi milik-Nya jika mereka memiliki separuh kesempatan. Dia ingin kebebasan memilih kita. Dan untuk memberikan kita kebebasan memilih yang sempurna, Dia harus mengizinkan sang musuh untuk melakukan usaha terbaiknya untuk membuat kita mengubah pikiran kita.

Beberapa tahun yang belum lama berlalu, Amerika Serikat mengatur sebuah “masa tenang” setelah menandatangani setiap kontrak besar. Bahkan pemerintahpun membuat kelonggaran untuk mengubah pikiran dan menjamin hak kita untuk berubah pikiran. Pilihan yang dapat bertahan pada masa-masa buruk, seperti pada masa-masa baik, hanyalah pilihan bebas yang dapat diterima baik Allah maupun Setan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, June 10, 2005
Thesis 54 - HUBUNGAN

HUBUNGAN

Thesis 54

Barangsiapa yang merasa tawar hati dengan hubungannya karena tingkah lakunya adalah seorang legalis.

Apakah seorang legalis itu? Menurut defenisi populer, seorang legalis adalah siapa saja yang berharap untuk memperoleh surga dengan memelihara hukum. Orang kafir atau atheis tidak akan menjadi seorang legalis, karena mereka tidak sedang mencari keselamatan sama sekali. Tetapi siapa saja dengan pengharapan apapun dari keselamatan yang mendasarkan harapan itu di atas perbuatan-perbuatan baik atau penurutan atau jasa-jasanya dalam cara apapun adalah seorang legalis.

Dasar kebenaran dari keselamatan hanya oleh iman di dalam Yesus Kristus adalah kita tidak dapat melakukan sesuatu untuk mendapatkan atau mempatutkan kita untuk keselamatan kita. Kita hanya dapat menerimanya sebagai pemberian. Dan kita menerimanya dengan datang ke hadirat Sang Pemberi. Kita telah membicarakan tentang fakta bahwa pemberian keselamatan harus diterima setiap hari, dan tidak hanya sekali untuk selamanya pada permulaan hidup Kekristenan kita.

Namun kita mendengar berulang-ulang, “Saya telah mencoba kehidupan beribadah, dan itu tidak berhasil bagi saya.”

Saya bertanya, “Apa maksud anda? Apakah engkau mampu mengenal Yesus lebih baik dengan menghabiskan waktu dalam mempelajari kehidupan-Nya Apakah engaku menemukan bahwa menghabiskan waktu dalam membaca Firman Allah dan berdoa tidak membawamu kepada komunikasi dengan Allah? Apakah engkau memutuskan bahwa usahamu untuk menyediakan waktu merenung bersama Dia hari demi hari tidak berarti sama sekali? Apa yang tidak berhasil?”

Jawaban yang hampir tidak terelakkan adalah: “Saya menemukan bahwa saya masih harus bergumul dengan pencobaan. Saya masih melakukan beberapa kesalahan yang saya lakukan sebelumnya. Saya mencoba sebuah hubungan bersama Allah, dan itu tidak berhasil.”

Yesus berkata, “Beginilah hal kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” Markus 4: 26-28.

Kita tidak mengharapkan untuk membuat taman, atau membesarkan anak-anak atau mendapatkan pendidikan atau sukses dalam membuka bisnis baru atau belajar memainkan alat musik atau membangun sebuah bangunan dalam satu malam. Tetapi berapa banyak dari kita berharap dapat menjadi orang Kristen secara instan? Berapa banyak dari kita yang tidak mau menunggu buah Roh bertumbuh dan berkembang di dalam hidup kita?

Christ’s Object Lessons, hal. 61, mengatakan kepada kita, “‘Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.’ Yakobus 5:7. Maka orang Kristen itu menunggu dengan sabar untuk menghasilkan hidup yang berbuah dari Firman Allah. Sering ketika kita berdoa untuk karunia Roh, TUHAN bekerja untuk menjawab doa-doa kita dengan menempatkan kita dalam keadaan-keadaan untuk mengembangkan buah-buah ini; tetapi kita tidak mengerti maksud-Nya, dan bertanya-tanya, dan cemas. Namun tidak ada yang dapat mengembangkan karunia-karunia ini kecuali melalui proses pertumbuhan dan mengeluarkan buah. Bagian kita adalah menerima firman Allah dan memegang teguh firman itu, menyerahkan diri kita sepenuhnya di bawah kendalinya, dan maksudnya dalam hidup kita akan dipenuhi.”

Hubungan tidak berdasarkan tingkah laku. Dan jika tingkah laku kita yang menyebabkan kita menjadi tawar hati dengan hubungan kita, maka kita tahu bahwa kita dalam beberapa cara telah mengandalkan tingkah laku kita untuk penerimaan Allah. Siapa saja yang berharap untuk diterima dan diselamatkan oleh usahanya dalam cara apapun adalah seorang legalis.

Setiap kemenangan atas dosa atau kuasa penurutan atau mengalahkan pencobaan tidak pernah akan datang dari dalam diri kita sendiri. Jika kita pernah berharap untuk menurut, kita harus datang kepada Yesus untuk kebenaran-Nya dan tetap datang kepada-Nya. Satu hal yang tidak boleh pernah engkau lakukan, jika engkau menemukan dirimu sebagai seorang Kristen yang dikalahkan, adalah memutuskan hubungan itu; karena hanya melalui Kristus-lah engkau dapat selalu berharap untuk sukses dalam kehidupan Kristen.

Steps to Christ, hal. 64, seharusnya ditulis pada halaman paling depan di setiap Alkitab. “Kita harus sering sujud dan menangis di kaki Yesus karena kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan kia, tetapi kita tidak boleh kecil hati. Bahkan jika kita dikalahkan oleh sang musuh, kita tidak dibuang, dilupakan dan ditolak oleh Allah. Tidak, Kristus ada di sebelah kanan Allah, yang mengadakan pengantaraan bagi kita. Kata Yohanes yang kekasih, ‘Hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil (1 Yohanes 2:1).’”

Apakah kemenangan dan mengalahkan mungkin? Ya, TUHAN menyediakan kuasa untuk itu. Apa yang terjadi jika kita berdosa? Kita diberi tawaran pengampunan dan pemulihan.

Kita boleh saja menjadi tawar hati dengan tingkah laku kita karena tingkah laku kita! Tetapi jika kita sedang memandang pada Yesus untuk keselamatan dan pengampunan dan kuasa untuk menurut, kita tidak boleh pernah menjadi tawar hati dengan hubungan kita karena tingkah laku kita. Janji-Nya adalah pasti. Jika kita tetap tinggal di dalam Dia, Dia akan menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam hidup kita.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, June 09, 2005
Thesis 55 - PENURUTAN

PENURUTAN

Thesis 55

Penurutan yang benar adalah karunia dari Allah (jubah itu cuma-cuma!).

Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karuna! Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karunia!

Penurutan adalah sebuah karunia karena iman adalah sebuah karunia. Lihat kembali pada thesis iman, jika engkau masih ragu tentang kebenaran bahwa iman adalah sebuah karunia. Kolose 2:6, mengatakan kepada kita, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, TUHAN kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap berada di dalam Dia.” Roma 1:17 berkata, “Orang benar akan hidup oleh iman.” Patriach and Prophets, hal. 657, berkata, “Setiap kegagalan yang dialami anak-anak Allah adalah karena mereka kekurangan iman.” Jika kita datang kepada Yesus oleh iman pada awalnya, jika kita tetap berjalan bersama-Nya oleh iman, jika setiap kegagalan kita adalah karena kita kurang iman, jika kita hidup oleh iman, maka iman adalah dasar untuk penurutan. Jika iman adalah sebuah karunia, maka penurutan harus juga menjadi sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena keadaan alamiah umat manusia. Lihat kembali pada thesis dosa jika engkau masih ragu tentang kejatuhan umat manusia. Roma 5:12 mengatakan kepada kita bahwa “semua orang telah berbuat dosa”. Steps to Christ, hal. 18, berkata, “Hati kita adalah jahat, dan kita tidak dapat mengubahnya.” Jika kita berdosa oleh sifat alamiah kita, jika hati kita adalah jahat, maka bagaimana kita bisa menghasilkan penurutan? Setiap kebenaran sejati dalam hidup kita pasti datang dari luar diri kita. TUHAN adalah kebenaran kita. Baca Yeremia 23:6. Jika kita tidak mempunyai kebenaran dan TUHAN adalah satu-satunya Orang yang memiliki kebenaran, maka apapun kebenaran yang kita alami pastilah sebuah karunia dari-Nya.

Penurutan adalah sebuah karunia karena penyerahan adalah sebuah karunia. Lihat kembali pada thesis penyerahan jika engkau bertanya-tanya mengenai hal ini. Roma 10:3 berkata tentang Israel, “Sebab oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk pada kebenaran Allah.” Apakah engkau menginginkan kebenaranmu sendiri, yang digambarkan sebagai kain kotor? Atau apakah engkau menginginkan kebenaran TUHAN? Untuk memperoleh kebenaran-Nya, engkau harus memberikan atau menyerahkan dirimu kepada-Nya. Jika penyerahan adalah sebuah karunia, maka penurutan yang datang sebagai hasil dari penyerahan adalah juga sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena pengendalian TUHAN. Lihat kembali pada thesis 20 dan 21 untuk hal ini. Jika kita menyerahkan kuasa memilih kita kepada TUHAN dan menerima pengendalian-Nya menggantikan pengendalian setan, maka Dia adalah orang yang bekerja di dalam kita baik kemauan dan kehendak sesuai dengan kesenangan-Nya. Baca Filipi 2:13. “Setiap jiwa yang menolak untuk menyerahkan dirinya kepada Allah berada di bawah pengendalian kuasa lain.”—The Desire of Ages, hal. 466. Kita dikendalikan oleh TUHAN atau Setan. Ketika TUHAN mengendalikan, Dia memberikan kita karunia-karunia kebenaran dan penurutan. Selama TUHAN mengendalikan, kita akan menjadi patuh dengan sungguh-sungguh.

Penurutan adalah sebuah karunia karena perhentian Sabat. Kita belum membahas tentang masalah ini. Tetapi Yehezkiel 20:12, 20 mengatakan kepada kita bahwa Sabat adalah sebuah tanda penyucian. Ibrani 4 menggambarkan perhentian yang tetap untuk umat TUHAN—sebuah perhentian yang dilambangkan dengan perhentian Sabat. “Sebab barang siapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya.” Ayat 10. Bagaimana kita memperoleh perhentian ini? Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku... Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11:28. Jika perhentian Sabat adalah sebuah lambang perhentian kita dari bekerja untuk menghasilkan sendiri penyucian kita, maka penurutan adalah sebuah karunia, karena perhentian adalah sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena pertobatan adalah sebuah karunia. Lihat kembali pada thesis pertobatan jika engkau mempunyai pertanyaan tentang pertobatan adalah sebuah karunia. Pertobatan termasuk kesedihan terhadap dosa dan berbalik dari padanya. Jika pertobatan adalah sebuah karunia, maka kesedihan terhadap dosa adalah sebuah karunia, dan berbalik dari pada dosa adalah sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena buah adalah sebuah karunia. Buah itu alamiah dan spontan. Dan Yesus merindukan buah dari anak-anak-Nya. Dia berbicara tentang buah di sepanjang Yohanes 15. “Namun Juruselamat tidak meminta murid-murid berusaha menghasilkan buah. Dia berkata kepada mereka untuk tetap tinggal di dalam Dia.”—The Desires of Ages, hal. 677. Usaha kita adalah untuk tetap tinggal di dalam Dia, bukan untuk mencoba menghasilkan buah. Dan “penurutan adalah buah iman.”—Steps to Christ, hal. 61. Maka, karena buah adalah sebuah karunia, penurutan adalah sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena teladan Yesus. Untuk penjelasan lebih rinci pada pelajaran ini, lihat ke bagian terakhir (belum diterjemahkan—penerjemah), pelajaran tentang Yesus. Bagaimana Yesus menurut? The Desires of Ages, hal. 24: “Sebagai Anak manusia, Dia memberikan kita teladan penurutan; sebagai Anak Allah, Dia memberikan kita kuasa untuk menurut.” Yesus berkata, “Aku tidak bisa mengerjakan sesuatu dari diri-Ku sendiri.” Dia juga berkata, “di luar Aku, kamu tidak bisa melakukan sesuatu.” Jika penurutan-Nya datang sebagai karunia dari Bapa-Nya, maka penurutan kita haruslah datang sebagai sebuah karunia dari-Nya. Adalah kabar baik bahwa penurutan adalah sebuah karunia!

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Thesis 56

Penurutan sejati datang dari dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam.

Ketika saya dan saudara laki-laki saya masih kecil, ibu kami menjahit topi juru masak dan celemek untuk kami dan memberikan kami tugas untuk menolongnya di dapur. Salah satu tugas kami adalah mencuci piring, dan kami melakukannya secara bergiliran. Satu waktu saudara laki-laki saya mencuci piring dan saya mengeringkannya; lain waktu saya yang mencuci, dan dia yang mengeringkan.

Piring-piring itu bersih sekali pada saat kami selesai mengerjakannya, karena tidak ada yang lebih menggembirakan hati orang yang mendapat giliran mengeringkan piring selain mengembalikan piring tersebut untuk dicuci ulang. Saudara laki-laki saya akan mengembalikan piring itu kepada saya, dan saya berkata, “Piring itu sudah bersih!”

Dia akan menunjukkan beberapa noda kecil yang masih tertinggal dan berkata, “Kau sebut ini bersih?” Dan piring itu kembali tenggelam ke dalam busa.

Satu hal yang saya pelajari selama masa magang saya di dapur: Jika engkau bersih di dalam, maka luarnya akan bersih juga.

Yesus pernah menggunakan perumpamaan yang sama untuk menegur orang-orang Farisi. Dia berkata, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.” Matius 23:25, 26.

Ketika TUHAN mengatasi masalah dosa, Dia langsung kepada pusat masalah—hati manusia! Ini merupakan salah satu dasar utama dari kebenaran oleh iman. TUHAN tidak sedang mengurus masalah di permukaan saja. Dia tahu bahwa bila hati benar, maka segala sesuatu akan benar juga.

Kita, manusia terkesan dengan penurutan luar, karena kita hanya dapat melihat hal-hal lahiriah saja. Tetapi TUHAN melihat ke dalam hati, dan polesan luar sebesar apapun tidak dapat menyembunyikan dosa yang ada di dalam hati. Hanya pembersihan hatilah yang memiliki nilai dalam pandangan-Nya.

Pragraf klasik pada pelajaran ini, dituliskan kepada gereja kita pada waktu yang lampau, bermunculan, di segala tempat, dalam buku Counsels on Diet and Foods. “Rencana untuk memulai di bagian luar dan berusaha bekerja ke bagian dalam telah selalu gagal, dan akan selalu gagal. Rencana TUHAN untukmu adalah mulai pada pusat semua kesulitan, hati, dan kemudian dari hati akan keluar prinsip-prinsip kebenaran; pembaharuan akan keluar sebagaimana di dalam.”—hal. 35.

Ada falsafah di dunia sekarang ini yang dapat engkau temukan di setiap persimpangan. Falsafah itu berkata bahwa cara untuk berubah adalah dengan berpura-pura di sebelah luar untuk satu kurun waktu, dan jika engkau tetap berpura-pura dalam waktu yang cukup lama, perubahan akhirnya akan terjadi di dalam. Contohnya, seandainya engkau membenci tetanggamu. Nah, jika engkau mau bersikap menyukainya, cepat atau lambat engkau akan mulai menyukainya. Hal yang sama untuk kegagalan dalam pernikahan: berpura-pura saja engkau jatuh cinta lagi, dan tidak lama semua masalah akan terpecahkan. Jika engkau punya masalah dengan berat tubuh, bersikap saja seperti orang kurus, dan segera engkau akan menjadi kurus. Jika engkau sedang menghadapi masalah keuangan, bersikap saja seperti seorang milioner, dan hal pertama yang engkau ketahui, engkau akan menjadi kaya!

Berpikir positif telah ada di sekitar kita untuk jangka waktu yang lama. Ada satu masalah dengan hal itu—itu tidak berhasil. Lusifer adalah orang yang paling pertama mencobanya; dia berkata kepada dirinya, “Aku akan seperti TUHAN.” Dan dia mulai mencoba untuk bertindak seperti TUHAN, dan hal itu berakhir dengan bertindak seperti setan! Namun berapa banyak orang Kristen yang telah mencoba metodenya, berharap bertindak seperti TUHAN, bertindak seperti Yesus, berperilaku dalam kasih? Ini adalah jalan buntu.

Namun, jika engkau mengizinkan TUHAN mengerjakan mukjizat-Nya dalam hatimu dan mengubah engkau dari dalam, sebelah luar akan menampilkan perubahan yang terjadi di dalam. Perubahan bagian dalam selalu tersedia. Hal itu datang melalui memandang Dia dan mengizinkan Roh-Nya mengubah hati.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, June 07, 2005
Thesis 57 - PENURUTAN

PENURUTAN

Thesis 57

Penurutan sejati adalah alamiah dan spontan. Hal itu datang hanya melalui hubungan iman bersama Kristus.

Pernahkah engkau mendengar sebuah “pertentangan istilah”? Ahli-ahli bahasa Inggris mempunyai sebuah kata indah untuk itu, tetapi apa yang mereka bicarakan adalah tentang menggunakan dua kata secara bersama-sama yang bertentangan satu sama lain. Sebuah contoh “cruel kindness,” (cruel= kejam, kindness=kebaikan) atau “brave coward” (brave=berani, coward=pengecut). Kadang kala para penulis atau pembicara menggunakan beberapa pertentangan seperti itu untuk mencoba menggambarkan dua emosi atau kejadian yang bertolakbelakang.

Bagaimana dengan “penurutan alamiah”? Apakah menurutmu hal itu seperti sebuah pertentangan istilah? Ketika engkau memikirkan penurutan, apakah engkau memikirkan kerja keras, usaha, dan perjuangan? Apakah mungkin bagi penurutan untuk menjadi alamiah?

Satu alasan mengapa penurutan tidak mungkin menjadi alamiah adalah jika penurutan itu hanya pada bagian luar, dan bukan bagian dalam. Jika engkau ingin melakukan sesuatu tetapi memaksakan dirimu melakukan hal lain, maka penurutan tidak akan terjadi secara spontan.

Berapa banyak penurutan yang dapat kita ingat merupakan pemaksaan diri kita melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan? Kita melakukannya sebagai anak-anak. Orang tua kita menyuruh kita membersihkan kamar kita atau mandi atau makan sayur. Tetapi kita suka kamar kita seperti apa adanya. Kita berada pada kondisi alergi air. Kita benci sayur. Dan kemudian kita bersungut-sungut dan mengeluh dan akhirnya mengerjakan dengan enggan apa yang dipaksakan untuk kita lakukan. Dan kita berpikir bahwa itulah penurutan.

Merupakan kabar baik yang hebat mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana yang lebih baik untuk penurutan dari pada itu! The Acts of the Apostles, hal. 482, 483, menggambarkannya: “Dari diri kita, kita tidak mampu untuk membawa maksud-maksud dan hasrat-hasrat dan kecenderungan-kecenderungan selaras dengan kehendak Allah; tetapi jika kita ‘mau untuk dibuat mau’, Juruselamat akan memenuhi hal ini untuk kita, ‘Mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah... menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.’ 2 Korintus 10:5.”

Jika pemikiran dan hasratmu adalah untuk kebenaran, maka bukankah hal-hal alamiah dan spontan akan mengikuti melalui setiap tindakan yang benar?

TUHAN telah menjanjikan perubahan-perubahan yang menggembirakan dalam pemikiran kita yang akan menghasilkan penurutan sejati dari pada sekedar pengesahan luar. Dia telah berjanji untuk membawa perasaan-perasaan kita, pikiran-pikiran kita dan maksud-maksud kita ke dalam keselarasan dengan kehendak-Nya. Baca Steps to Christ, hal. 61. Dia telah berjanji untuk mengubah selera dan kecenderungan hingga murni dan kudus. Baca Gospel Workers, hal. 127. Dia telah berjanji untuk membawa pikiran dan hasrat kepada kehendak Kristus. Baca The Desires of Ages, hal. 176. Dia juga berjanji bahwa dengan melihat Yesus, oleh memandang-Nya, kita akan diubahkan hingga kebaikan menjadi naluri alamiah kita. Baca Christ Object Lessons, hal. 355. Dia berjanji untuk memberikan kita pikiran yang baru, tujuan-tujuan baru, dan motif-motif baru. Baca Messages to Young People, hal. 72.

Pikirkanlah sebenar. Jika perasaan, pikiran, tujuan, selera, kecenderungan, hasrat, motif, dan nalurimu selaras dengan kehendak dan pikiran Allah, maka apa yang akan terjadi terhadap tindakan-tindakanmu? Akankah engaku bekerja keras untuk menurut, atau akankah engkau menemukan bahwa penurutan itu alamiah dan spontan?

Perhatikan paragraf ini. “Jika kita memiliki kasih Yesus di dalam jiwa kita, akan menjadi konsekwensi alamiah bagi kita untuk memiliki karunia-karunia lain—sukacita, damai, tabah menderita, kelemahlembutan, kebaikan, kesetiaan, penurutan, pengendalian diri.”—My Life Today, hal. 50. “Anak-anak Allah tidak pernah lupa untuk melakukan kebaikan.... Pekerjaan-pekerjaan baik adalah spontan bagi mereka, karena Allah telah mengubah keadaan alamiah mereka oleh karunia-Nya.”—Ibid, hal 193.

Untuk menggambarkan penurutan sebagai sesuatu yang “alamiah” dan “spontan” bukanlah sebuah pertentangan istilah. Itu adalah kabar baik! Rencana Allah bagimu adalah untuk mengubahmu dari sebelah dalam ke luar, sehingga menuruti-Nya akan memberikanmu kesenangan terbesar, karena itulah secara pasti yang engkau paling ingin lakukan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, June 06, 2005
Thesis 58 - PENURUTAN

PENURUTAN

Thesis 58

Orang yang bergantung kepada Allah untuk mendapatkan kuasa tidak harus berusaha keras untuk menurut. Dia harus berusaha keras untuk tidak menurut.

Saudara laki-laki saya dan saya adalah teman sekamar pada saat di perguruan tinggi. Hal ini mengejutkan orang tua kami, karena saudara laki-laki saya dan saya sangat sering bertengkar ketika kami masih remaja sehingga orang tua kami kadang kala bertanya-tanya apakah kami bisa hidup menjadi dewasa—setidaknya bisa berteman baik! Tetapi keajaiban akhirnya terjadi, dan kami memilih untuk tinggal dalam satu kamar.

Pada satu malam Minggu saudara laki-laki saya gelisah. Pada saat itu sedang pertengahan musim dingin—hal yang paling berat pada musim dingin di California Selata—kabut! Itu adalah malam yang baik untuk tetap berada di rumah, meletakkan kakimu di atas meja, bersantai sambil membaca buku yang bagus.

Namun, saudara laki-laki saya memutuskan untuk berjalan keluar. Kenyataannya, dia memutuskan untuk berjalan kaki ke Glendale, tujuh puluh lima mil jauhnya!

Ini bukanlah keputusan yang rasional! Dalam keadaan normal, hal ini akan membuat saya mengikat dia di suatu tempat hingga jiwanya waras kembali. Tetapi saudara laki-laki saya mempunyai tunangan di Glendale. Dia sedang jatuh cinta. Dan saya tahu tentang penyakitnya ini! Maka saya bukan hanya tidak berusaha untuk menghentikannya, saya bahkan bertindak lebih jauh memberikan dorongan dengan mengatakan bahwa tindakannya ini dapat dimaklumi!

Kita telah memperhatikan sejauh ini pada bagian ini bahwa penurutan adalah sebuah karunia. Kita telah melihat bagaimana penurutan sejati datang dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Kita telah mengerti bahwa penurutan sejati adalah alamiah dan spontan. Sekarang kita akan melangkah selangkah lebih jauh. Jika engkau sedang mengalami penurutan sejati, engkau akan harus berusaha lebih keras untuk tidak menurut dari pada menurut.

Jika engkau memiliki kesulitan dengan dasar pemikiran itu, ingatlah saudara laki-laki saya yang berjalan kaki ke Glendale! Dia didorong oleh kekuatan terbesar di dunia ini, kekuatan cinta. Walaupun keadaan tidak memungkinkan, walaupun ada rintangan, walaupun jarak sangat jauh, akan jauh lebih sulit baginya untuk tetap tinggal di asrama dari pada menjalani tujuh puluh lima mil. Berjalan ke Glendale lebih mudah dibandingkan duduk di kursi dengan kaki di meja, membaca buku bagus. Menembus kabut lebih mudah dibandingkan tetap tinggal di asrama. Pergi ke Glendale adalah alamiah dan spontan baginya.

Kadang kala orang-orang menjadi takut ketika kita membicarakan tentang penurutan alamiah dan spontan, kita berbicara tentang penurutan tanpa usaha. Adakah usaha yang terlibat dalam mematuhi TUHAN? Tentu ada! Adakah usaha yang terlibat bagi saudara laki-laki saya untuk berjalan kaki ke Glendale? Tentu! Tetapi yang menjadi persoalan penting adalah: Dimana terletak usaha yang lebih besar?

Jika lebih sulit bagimu untuk mematuhi TUHAN dari pada mengikuti gerakan hatimu, maka engkau belum mengalami penurutan sejati. Jika lebih sulit bagimu untuk tidak menurut, karena gerakan hatimu adalah menuruti TUHAN, maka engkau dapat mengetahui bahwa TUHAN sedang bekerja di dalam engkau, sesuai dengan kehendak dan kerelaan-Nya.

Dalam Mazmur 40:9, Daud menggambarkan penurutan alamiah ketika dia berkata, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” “Melihat kepada Yesus kita mendapatkan pandangan Allah yang lebih terang dan lebih jelas, dan oleh memandang kita diubahkan. Kebaikan, kasih kepada sesama manusia, menjadi naluri alamiah kita.”—Christ’s Object Lessons, hal. 355.

Jika naluri alamiahmu adalah menurut, jika hukum TUHAN ada dalam hatimu dan engkau menemukan kesenangan dalam melakukan kehendak-Nya, maka engkau akan harus berusaha lebih keras untuk tidak menurut dari pada menurut.

Hal itu tidak berarti bahwa penurutan selalu mudah. Tidak selalu mudah untuk mengikuti naluri alamiahmu! Ambil contoh tentang ibu yang membesarkan anak-anaknya. Naluri alamiahnya menuntunnya untuk menempatkan kebutuhan anak-anaknya di atas kebutuhannya sendiri. Naluri alamiahnya akan menuntunnya untuk mengganti popok, walaupun saya dapat menyakinkan engkau dari pengalaman pribadi bahwa mengganti popok bukanlah sebuah tugas yang selalu menyenangkan! Naluri alamiahnya akan menyebabkan dia untuk bangun di tengah malam untuk menyusui atau menjaga bayinya pada saat sebenarnya dia merasa akan jauh lebih menyenangkan untuk terlelap di tempat tidur. Apakah menjaga seorang bayi selalu mudah? Tidak, tetapi itu adalah naluri alamiah bagi seorang ibu atau ayah yang mengasihi.

Bagi orang yang dikendalikan Allah, penurutan mungkin tidak selalu mudah. Tetapi itu selalu lebih mudah!

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, June 05, 2005
Thesis 59 - PENURUTAN

PENURUTAN

Thesis 59

Penurutan yang hanya bersifat eksternal adalah penurutan palsu.

Anak-anak terkenal sangat merepotkan karena mengatakan tanpa berpikir apa saja yang terdapat di dalam pikiran mereka, menyambut tamu untuk makan malam dengan mengumumkan, “Ibu saya berkata dia berharap engkau tidak membicarakan tentang operasimu ketika kita sedang makan” atau menanyakan Bibi Minie, “Mengapa gigimu begitu berantakan?”

Kita orang dewasa merasa ngeri dan mencoba menjelaskan perbedaan antara bijaksana dan menjadi tidak jujur! Itu bukanlah perbedaan yang mudah.

Para remaja sering mengeluhkan tentang kemunafikan di dalam gereja. Mereka cepat melihat perbedaan sebuah standar ganda dalam diri para guru dan pemimpin mereka. Kadang kala pertanyaan-pertanyaan mereka membuat kita bahkan lebih tidak merasa nyaman dari pada pandangan yang berterus terang dari seorang anak berusia lima tahun. Tetapi mereka menuntut jawaban yang jujur dan memandang rendah kepurapuraan. Satu ungkapan yang sering saya dengar akhir-akhir ini dari sekumpulan remaja adalah, “Yang benar aja!”

Itu digunakan sebagai sebuah tantangan terhadap kenyataan, berarti sama seperti, “Engkau pasti bercanda!” atau “Engkau sedang mempermainkan saya!” atau “Engkau tidak sungguh-sungguh!”

TUHAN sendiri menyukai kenyataan! Ketika Yesus berada di bumi, Dia menegur orang-orang Farisi lebih keras dari pada yang lain Beberapa dari bahasa yang paling keras di dalam Alkitab ditujukan kepada orang-orang munafik, seperti Wahyu 3, dimana TUHAN lebih jauh berkata bahwa Dia lebih menyukai orang-orang yang berdosa secara terbuka dari pada orang Kristen yang berpura-pura. Hanya Dai tidak “sesopan” itu mengatakannya! “Aku tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Ayat 15 dan 16. “Kebenaran dirimu sendiri adalah kemuakan bagi TUHAN Yesus Kristus.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 963.

TUHAN menuntut kenyataan! Dia hanya menginginkan doa yang datang dari hati. Dia tidak hanya ingin sekedar kata-kata. Baca Thoughts from the Mount of Blessing, hal. 86. Dia hanya ingin pemberian dan persembahan yang datang karena kasih dan kerelaan memberi. Dia tidak menginginkan apapun yang diberikan dengan enggan. Baca 2 Korintus 9:7. Dan Dia hanya menginginkan pelayanan kasih. Dia menginginkan penurutan yang datang dari hati.

Penurutan luar tidak berlaku bagi TUHAN. “Ada orang-orang yang menyatakan melayani TUHAN, sementara mereka bergantung pada usaha mereka sendiri untuk menuruti hukum-Nya, untuk membangun tabiat yang benar, dan memiliki keselamatan. Hati mereka tidak digerakkan oleh perasaan dalamnya kasih Kristus, tetapi mereka berusaha untuk melakukan tugas-tugas dari kehidupan Kristen seperti yang TUHAN tuntut kepada mereka untuk memperoleh surga. Agama seperti itu tidak ada nilainya.”—Steps to Christ, hal. 44 (penekanan ditambahkan).

“Orang yang mencoba untuk memelihara hukum TUHAN hanya karena sekedar perasaan wajib semata—karena dia dituntut untuk melakukannya—tidak akan pernah memasuki sukacita penurutan. Dia tidak menurut. Ketika tuntutan TUHAN dianggap sebuah beban karena mereka melangkah kepada kecondongan manusia, kita boleh mengetahui bahwa kehidupan seperti itu bukanlah kehidupan Kristen. Penurutan sejati adalah pekerjaan luar dari prinsip-prinsip yang ada di dalam.”—Christ’s Object Lessons, hal. 97. (Penekanan ditambahkan).

Di sini kita menemukan pendapat lain yang meyakinkan untuk penurutan “alamiah”. TUHAN bahkan tidak menganggap “perbuatan-perbuatan baik” sebagai penurutan kecuali itu datang dari hati. Oleh karena itu, setiap moralitas yang kita tunjukkan dengan terpisah dari Dia, setiap paksaan terhadap diri untuk melakukan apa yang Allah telah minta untuk kita lakukan, bahkan tidak dianggap sebagai penurutan.

TUHAN hanya mengenali kenyataan! Jika penurutan kita tidak datang dari dalam, itu sama sekali bukanlah penurutan. Itulah yang Yesus katakan dalam Matius 5, ketika Dia memperingatkan kita tentang kebencian adalah dasar dari pembunuhan dan hawa nafsu adalah dasar dari perzinahan. Tidaklah cukup hanya sekedar menahan diri untuk tidak berbuat jahat. Hasrat untuk keinginan-keinginan yang salah di dalam hati adalah dosa.

TUHAN menjanjikan kita kenyataan! Dia mempunyai lebih banyak untuk ditawarkan kepada kita dari pada seumur hidup memaksa diri kita melakukna apa yang kita benci lakukan dan menggertakkan gigi kita untuk menahan diri melakukan apa yang sungguh-sungguh menyenangkan diri kita. Ketika Dia menghidupkan kehidupan-Nya di dalam kita, kita akan menurut karena penurutan adalah selaras dengan keinginan kita sendiri. Hanya itulah jenis penurutan sejati.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, June 04, 2005
Thesis 60 - PENURUTAN

PENURUTAN

Thesis 60

Ketika kita mengenal TUHAN seperti itu adalah sebuah kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya, hidup kita akan menjadi hidup dalam penurutan terus-menerus.

Sebuah paragraf klasik di dalam buku The Desires of Ages menyimpulkan pertanyaan mengenai penurutan. Paragraf itu memperkenalkan penurutan; mengatakan kepada kita bagaimana penurutan dapat diperoleh.

“Semua penurutan yang benar berasal dari hati. Itu adalah pekerjaan hati bersama Yesus. Dan jika kita mengizinkan, Dia akan menunjukkan diri-Nya bersama pikiran-pikiran dan tujuan-tujuan kita, memadukan hati dan pikiran kita ke dalam kesesuaian kepada kehendak-Nya, sehingga ketika menuruti Dia kita hanya melakukan gerakan hati kita sendiri. Kemauan, dibersihkan dan disucikan, akan menemukan kesenangannya yang tertinggi dalam melakukan pelayanan-Nya. Ketika kita mengenal TUHAN seperti itu adalah sebuah kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya, hidup kita akan menjadi hidup dalam penurutan terus-menerus. Melalui sebuah penghormatan terhadap tabiat Kristus, melalui persekutuan dengan Allah, dosa akan menjadi kebencian bagi kita.”—Hal. 668.

Marilah kita kembali dan membacanya dengan hati-hati, kalimat demi kalimat.

“Semua penurutan yang benar berasal dari hati.” Jika itu benar, maka semua penurutan yang tidak datang dari hati bukanlah penurutan yang benar, bukan? Jika kita harus berusaha keras untuk menurut, tetap melawan keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan kita, kemudian apapun yang bisa kita hasilkan hanyalah moralitas, tidak pernah penurutan.

“Itu adalah pekerjaan hati bersama Yesus.” Kristus adalah teladan terbesar satu-satunya dari kebenaran oleh iman. Dia datang ke dunia ini bukan hanya untuk mati bagi kita, tetapi juga untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita hidup. Wahyu 3:21 memberikan janji tersebut, “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” Kita diundang untuk menjadi pemenang dalam cara yang sama Kristus telah menang.

“Jika kita mengizinkan, Dia akan menunjukkan diri-Nya bersama pikiran-pikiran dan tujuan-tujuan kita, memadukan hati dan pikiran kita ke dalam kesesuaian kepada kehendak-Nya, sehingga ketika menuruti Dia kita hanya melakukan gerakan hati kita sendiri.” Apakah bagian kita? Mengizinkan. Apakah bagian-Nya? Mengubah hati dan pikiran kita dan bahkan gerakan hati kita, hingga kita menemukan diri kita melakukan kehendak-Nya secara alamiah dan spontan. Apakah engkau menyukai penurutan yang menuruti kata hati? Akankah itu menjadi kabar baik bagimu, ketika dihadapkan dengan sebuah keputusan dalam hidupmu, untuk menemukan bahwa kata hatimu yang pertama selaras dengan kehendak Allah? Itu tersedia!

“Kemauan, dibersihkan dan disucikan, akan menemukan kesenangannya yang tertinggi dalam melakukan pelayanan-Nya.” Jika pelayanan TUHAN adalah kesenangan tertinggimu, haruskah engkau berusaha keras untuk menurut? Akankah penurutan menjadi kerja keras? Atau akankah itu—menyenangkan!

Sekarang tiba pada metode, penjelasan tentang bagaimana semua ini dapat terjadi dalam hidup kita. “Ketika kita mengenal TUHAN seperti itu adalah sebuah kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya, hidup kita akan menjadi hidup dalam penurutan terus-menerus.”

Saya bertanya kepadamu, jika engkau menemukan bahwa engkau belum mengalami penurutan yang terus-menerus, apakah masalahnya? Apakah engkau perlu berusaha lebih keras? Apakah engaku perlu membuat lebih banyak kebulatan tekad? Apakah engkau perlu mengembangkan kuasa kemauanmu? Atau apakah engkau perlu menempatkan usaha lebih besar untuk mengenal Allah seperti itu adalah sebuah kehormatan bagimu untuk mengenal Dia?

Dan akhirnya, “Melalui sebuah penghormatan terhadap tabiat Kristus, melalui persekutuan dengan Allah, dosa akan menjadi kebencian bagi kita.” Apakah engkau menemukan dosa sebagai sebuah kebencian? Atau apakah kadang kala engkau menemukan dosa itu menarik? Jika engkau menemukan dosa itu menarik dari pada kebencian, apa yang salah? Engkau belum memiliki sebuah penghormatan sejati terhadap tabiat Kristus; engkau perlu bersekutu dengan Allah.

Ketika kita mengenal Allah, mengenal Dia seperti itu adalah sebuah kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya, penurutan akan menjadi alamiah, spontan, dan sesuai kata hati! Saat kita menempatkan usaha kita dalam persekutuan dengan-Nya, penurutan akan menjadi hasil yang tidak terhindarkan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, June 03, 2005
Thesis 61 - HUKUM

HUKUM

Thesis 61

Setiap orang yang berusaha untuk menghidupkan kehidupan Kristen terpisah dari Kristus bukanlah seorang Kristen. Dia adalah seorang legalis, apakah konservatif atau liberal.

Beberapa legalis adalah legalis hitam, dan beberapa adalah legalis merah! Sebagaimana yang telah kita ketahui, seorang legalis adalah orang yang berpikir untuk mendapatkan keselamatan dengan memelihara hukum, atau dalam cara lain, terpisah dari Kristus.

Seorang legalis hitam, adalah seorang yang memakai jas hitam dan dasi hitam, sepatu hitam dan kaus kaki hitam! Dia adalah orang yang memiliki wajah panjang. Dia adalah legalis konservatif, yang menemukan keamanannya di dalam standar gereja yang dipegangteguhnya. Tetapi dia adalah seorang legalis, karena tidak memiliki waktu untuk perbaktian dan pengenalan pribadi bersama TUHAN Yesus, walaupun dia mungkin menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari doktrin dan standar dan etika.

Seorang legalis merah adalah seorang yang mengenakan perhiasan dan menonton bioskop dan mungkin sesekali meminum anggur. (Perumpamaan ini datang dari gambaran dalam Wahyu 17 tentang seorang perempuan di atas binatang merah-ungu. Dia “memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara.” Ayat 4. Ini adalah perumpamaan untuk menyatakan sebuah maksud; itu bukanlah kebenaran nubuatan baru pada misteri dari buku Wahyu!) Legalis merah, kemudian, adalah legalis liberal yang menemukan keamanan dalam standar gereja yang dia abaikan. Legalis merah menganggap legalis hitam adalah seorang legalis, tetapi sering gagal menyadari bahwa dirinya sendiri sebenarnya adalah juga seorang legalis dalam warna yang berbeda. Tidak ada perbedaan apakah engkau legalis liberal atau konservatif; jika engkau tidak memiliki waktu untuk melakukan hubungan dan persekutuan pribadi bersama Kristus, engkau bukanlah seorang Kristen.

Kadang kala orang tua bertanya, “Tetapi bukankah lebih baik menjadi seorang legalis dari pada menjadi seorang pendosa yang terang-terangan? Jika kita bisa mengajar anak-anak kita untuk menuruti hukum TUHAN secara luar, tidakkah akhirnya itu menuntun kepada agama hati?”

Tidak demikian yang terjadi dengan orang Farisi! Mereka adalah orang yang paling sulit Kristus raih ketika Dia masih berada di dunia ini. Orang-orang bertobat yang mereka bawa ke dalam gereja bukan hanya selegalis guru mereka, tetapi Yesus berkata dalam Matius 23:15 bahwa mereka dua kali lebih jahat dari pada orang-orang Farisi sendiri. The Desire of Ages, hal. 280, menyatakan dengan jelas, “Sebuah agama hukum tidak pernah membawa jiwa kepada Kristus.”

Adalah tidak mungkin mendapatkan keselamatan dengan memelihara hukum. “Orang yang berusaha mencapai surga dengan usahanya sendiri dalam memelihara hukum sedang mencoba ketidakmungkinan.”—Ibid., hal. 172. “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Roma 3:20.

Mengapa menekankan hukum, jika memelihara hukum tidak dapat menyelamatkan kita? Mengapa membicarakannya atau mempelajari semua hal itu? Jika usaha kita memelihara hukum dapat menghalangi kita datang kepada Kristus untuk keselamatan, bukankah lebih baik tidak perlu mendengar tentang hukum sama sekali?

Hukum mempunyai beberapa fungsi penting dan sah. Hukum itu tidak dapat menyelamatkan kita, tetapi itu dapat menunjukkan kepada kita kebutuhan kita akan keselamatan. Hukum itu tidak dapat mengubahkan kita, tetapi itu dapat menunjukkan kepada kita kebutuhan kita akan perubahan. Paulus menggambarkan hukum sebagai seorang guru untuk membawa kita kepada Kristus. Baca Galatia 3:24,25. Yakobus menyebut hukum sebagai “cermin”. Yakobus 1:23-25. Sebuah cermin dapat menunjukkan kebutuhan kita akan pembersihan, tetapi itu tidak dapat membersihkan kita. Maka demikianlah dengan hukum TUHAN. Hukum menunjukkan kita keadaan kita yang berdosa untuk mendorong kita datang kepada Kristus untuk pembersihan dan pemulihan. Hukum itu dapat mendiagnosa, tetapi dia tidak dapat mengobati atau menyembuhkan penyakit dosa.

Hukum itu mengutuk. Dan ketika kita mengetahui keterkutukan kita, kita menyadari kebutuhan kita akan pengampunan. Hukum itu menyatakan kutukan bahwa kita sama rendahnya sebagai pelanggar hukum, dan dengan cara demikian mempersiapkan kita untuk menerima kabar baik bahwa Kristus telah menebus kita dari kutukan hukum itu. Baca Galatia 3:13.

Dan hukum itu adalah sebuah pelindung. Hukum melindungi yang tidak bersalah. Dia juga melindungi yang bersalah! Ketika kita berada di hadapan pengadilan Allah, kita dapat mengetahui dengan jelas apakah kita bersalah. Kita tidak perlu khawatir TUHAN akan pandang bulu atau menghakimi sesuai dengan kesenangan-Nya yang sementara. Dia telah menyatakan dengan jelas tuntutan-tuntutan-Nya, dan baik yang tidak bersalah dan yang bersalah dapat mengetahui dimana mereka berdiri. Orang-orang yang telah menerima kebenaran Kristus menggantikan kebenaran mereka sendiri dapat berdiri dibebaskan, dilindungi oleh hukum yang tidak mengutuk mereka. Orang yang bersalah akan melihat dengan jelas penolakan mereka sendiri akan karunia Allah dan akan mengetahui bahwa mereka telah diadili secara adil.

Ketika engkau melihat ke dalam hukum Allah, apakah engkau menemukan bahwa itu mengutukmu? Kalau begitu terpujilah TUHAN! Masa percobaan masih berlangsung. Belum terlambat untuk mengizinkan hukum itu melakukan tugasnya dalam membawamu kepada Kristus.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, June 02, 2005
Thesis 62 - HUKUM

HUKUM

Thesis 62

Tidak ada kuasa untuk penurutan sejati dalam hukum. Gunung Sinai tidak ada gunanya tanpa gunung Kalvari.

Logika saja tidak memiliki kuasa. Ilmu pengetahuan telah membuktikan tanpa sebuah keraguan bahwa ada sebuah hubungan yang pasti antara merokok dengan kanker paru-paru. Statistik lalu lintas terus-menerus menunjukkan bahwa mabuk dan mengemudi adalah sangat berbahaya, bukan hanya untuk kesehatanmu, tetapi untuk kesehatan orang-orang yang berada di sekitarmu. Menghirup lem atau kokain, menelan “inex” atau LSD, menyuntik PCP atau “putaw” telah terbukti merusak otak dan mengancam kehidupan. Namun porsi terbesar dari penduduk Amerika, tetap menggunakan rokok, alkohol dan obat-obat terlarang.

Walaupun laporan konsumen berkali-kali membuktikan bahwa “junk food” memiliki nilai gizi yang rendah, industri makanan cepat saji adalah salah satu yang memiliki pertumbuhan tercepat. Kita telah membuktikan bahwa polusi udara dan air mengancam kehidupan generasi yang akan datang. Tetapi kita tetap menggunakan dan menyalahgunakan benda-benda yang menyebabkan polusi. Walaupun AIDS dan penyakit-penyakit sosial lain, jutaan orang masih melakukan hubungan seks dengan sembarangan. Pengetahuan bukanlah kebaikan. Informasi bukanlah kemenangan. Fakta tidak dapat memberikan kemerdekaan. Tidak ada kuasa dalam logika.

Ketika TUHAN memberikan hukum-Nya di tengah-tengah puncak Sinai yang bergemuruh, bangsa Israel diyakinkan akan logika dan akal sehatnya. “Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: ‘Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan.’” Keluaran 19:8. Mereka mengakui bahwa hukum itu adil, tetapi mereka masih harus mempelajari fungsi yang sebenarnya. Mereka masih harus belajar oleh pengalaman yang sulit kebenaran yang dinyatakan dalam tulisan-tulisan kepada gereja kita, “Saat engkau melihat ke dalam cermin moral TUHAN yang besar itu, hukum-Nya yang kudus, standar tabiat-Nya, jangan sekejappun mengira bahwa itu dapat membersihkanmu.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary vol. 6, hal. 1070.

Apakah jawaban TUHAN kepada bangsa Israel? Engkau dapat membacanya di dalam Ulangan 5:28-30. “TUHAN mendengar perkataanmu itu, sedang kamu mengatakannya kepadaku, maka berfirmanlah TUHAN kepadaku: Telah Kudengar perkataan bangsa ini yang dikatakan mereka kepadamu. Segala yang dikatakan mereka itu baik.” Adalah baik bahwa mereka menyadari bahwa hukum TUHAN itu bermanfaat. Tetapi itu tidak cukup. TUHAN melanjutkan, “Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!” Engkau hampir dapat mendengar air mata dalam suara-Nya saat Dia mengatakannya. Karena TUHAN tahu sesuatu bahwa bangsa Israel masih harus belajar melalui pengalaman yang sulit. Dia tahu tidak ada kuasa dalam logika. Dia tahu tidak ada orang yang dapat menuruti hukum dengan kekuatannya sendiri. Tetapi Dia tidak dapat menerangkan kesalahan mereka kepada mereka melalui kata-kata yang dapat mereka mengerti dan terima. Dia hanya dapat membiarkan mereka belajar melalui jalan yang sulit itu. Engkau hampir dapat mendengar-Nya mendesah dan melihat-Nya menganggukan kepala-Nya, dan Dia mengakhirinya dalam ayat 30, “Pergilah katakan kepada mereka: Kembalilah ke kemahmu!”

Banyak orang tua telah bertanya-tanya tentang anak-anak mereka yang berbuat salah. Berkali-kali mereka telah berkata, “Tetapi mereka tahu apa yang benar.” Dan anak-anak tersebut mungkin saja memang tahu. Dilema manusia kita adalah bahwa pengetahuan tidaklah cukup. Bukan hanya kita perlu tahu apa yang benar, kita juga perlu tahu bagaimana melakukan kebenaran yang kita ketahui. Dan di sanalah masalah begitu sering muncul.

TUHAN telah melihat kebingungan kita dan mengerti kondisi ketidakberdayaan kita. Dalam kasih-Nya yang besar, Dia tidak berhenti hanya di gunung Sinai. Dia mempersiapkan gunung yang lain, gunung Kalvari. Melalui penerimaan akan kebenaran Kristus menjadi bagian kita, melalui hubungan yang terus-menerus bersama-Nya, Dia memberikan apa yang menjadi kekurangan bangsa Israel—hukum TUHAN tertulis di dalam hati kita. Yesus memberikan kita apa yang tidak dapat diberikan oleh hukum—kuasa untuk menurut, pengampunan untuk dosa, karunia untuk setiap kebutuhan kita.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, June 01, 2005
Thesis 63 - HUKUM

HUKUM

Thesis 63

Kristus adalah akhir dari hukum untuk kebenaran, tetapi bukan akhir dari hukum Taurat.

Tahun-tahun terakhir ini jumlah terjemahan-terjemahan dan tulisan-tulisan Alkitab telah meningkat di pasaran. Beberapa ada yang bagus; beberapa tidak begitu bagus. Tetapi sering dengan membandingkan penyusunan kata dari beberapa terjemahan, engkau dapat memperoleh sebuah pengertian yang lebih baik dari apa yang dimaksud sebuah ayat Alkitab.

Pada versi khusus yang saya akan gunakan di sini di sebut The Venden Revised Version! Ini adalah sebuah tulisan dari Roma 9:30-10:4. “Apa yang harus mereka katakan? Orang yang bukan Yahudi, yang tidak bekerja menghasilkan buah, telah menghasilkan buah—dan itu adalah hal yang nyata juga! Tetapi Israel, yang bekerja sangat keras untuk berusaha menghasilkan buah, tidak dapat menghasilkan buah sama sekali. Mengapa? Karena mereka berusaha melakukannya sendiri, dengan berusaha keras untuk berbuah. Saudaraku, kerinduan hati dan doaku kepada Allah untuk Israel adalah agar mereka dapat diselamatkan. Karena aku mendapat catatan tentang mereka bahwa mereka telah bekerja keras—tetapi bukan pada hal-hal yang benar. Sebab mereka belum mengerti cara TUHAN untuk menghasilkan buah, maka mereka telah datang dengan cara mereka sendiri untuk menghasilkan buah dan belum menyerahkan diri mereka kepada cara Allah dalam melakukan hal-hal tersebut. Karena Kristus adalah akhir dari bekerja keras untuk menghasilkan buah untuk setiap orang yang percaya.”

Menerjemahkan Alkitab adalah pekerjaan sulit! Cobalah sesekali pada ayat-ayat kesukaanmu dan lihat bagaimana engkau melakukannya!

Apa yang sedang Paulus gambarkan dalam Roma 9 hingga 10 adalah kesalahpahaman yang dimiliki Israel tentang bagaimana menghasilkan buah kebenaran. Mereka tidak memahami metode-metode Allah, dan maka mereka memikirkan metode mereka sendiri yang tidak berhasil. Mereka telah mengerahkan usaha yang keras. Paulus mengakui hal itu. Tetapi usaha mereka berakhir dengan kesia-siaan, karena itu menuntun kepada hal yang salah.

Dua pemikiran ekstrim kelihatannya muncul ketika tiba pada pemeliharaan hukum. Pertama adalah, “Jika hukum itu baik, marilah semua berusaha menurutinya.” Hasilnya adalah legalisme dan tidak ada penurutan sejati. Kedua adalah, “Jika kita tidak diharuskan berusaha keras menuruti hukum, tentulah tidak perlu memelihara hukum sama sekali.” Hasilnya adalah antinomianisme dan tidak ada penurutan sejati. Kedua ekstrim ini menuntun kepada kesalahan yang sama pada akhirnya.

Hanya kebenaran oleh iman di dalam Kristus saja membawa kabar baik—bahwa penurutan sejati adalah mungkin, tetapi itu tidak datang melalui usaha kita sendiri untuk menghasilkan penurutan. Mengerti dengan benar pengalaman kebenaran oleh iman di dalam Kristus saja mencegah legalisme dan pelanggaran hukum.

Melalui hubungan dan persekutuan yang terus-menerus bersama TUHAN Yesus, kita menyadari sebuah penghormatan yang lebih besar dan terus-menerus dari kasih dan kebaikan-Nya terhadap kita. Dan “begitu kita memiliki pandangan yang benar tentang kasih Allah, kita tidak akan memiliki kecenderungan untuk menyalahgunakannya.”—Selected Messages, jilid 1, hal. 312. Kristus bukanlah akhir dari pada hukum; Dia adalah akhir dari pada usaha kita yang sia-sia untuk memelihara hukum. Hasil yang pasti dari hubungan iman bersama Dia adalah pemeliharaan hukum yang sejati yang datang dari hati. “Pekerjaan-pekerjaan baik akan mengikuti seperti bunga dan buah iman. Pemberian dari kebenaran Kristus akan dinyatakan dalam sebuah kehidupan yang teratur dan pembicaraan yang saleh.”—Komentar-komentar Ellen G. White, Signs of the Times, 5 September 1892.

Ujian tertinggi dari apakah seseorang mendapat kemurahan dari hukum Allah adalah apakah dia hidup di dalam sebuah hubungan iman bersama Kristus, sehingga hukum itu dapat tertulis di hatinya. Jika kita mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah dan kenyataan bahwa kita tidak dapat memelihara hukum itu, pilihan kita hanyalah datang kepada Kristus untuk mendapatkan karunia kebenaran-Nya.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, May 31, 2005
Thesis 64 - USAHA

USAHA

Thesis 64

Pekerjaan-pekerjaan baik yang dilakukan terpisah dari Kristus adalah pekerjaan-pekerjaan jahat.

Di bawah ini ada sebuah daftar tindakan-tindakan. Pilihlah tindakan mana yang baik dan mana yang buruk.
1. Memberi makan orang yang kelaparan.
2. Mengirimkan bunga kepada seseorang.
3. Pergi ke gereja.
4. Menawarkan tumpangan kepada pengelana yang tersesat.
5. Tersenyum.
6. Mengunjungi orang sakit.
7. Berkata “terima kasih” dan “tolong” dan “saya minta maaf”.
8. Membawa roti yang baru dan enak kepada tetangga.
9. Menyumbangkan uang untuk gereja.
10. Membagikan imanmu.

Sekarang saya bertanya, pernahkah engkau didekati seorang anak muda di airport, tersenyum, dan memberikanmu bunga? Kemudian dia ingin agar engkau memberikannya uang, benar? Dan jika engkau memberikannya uang, ke kantong siapakah uang itu akan lenyap? Itu akan pergi ke pemimpin sekte tertentu yang dia wakili! Jadi apakah tersenyum dan memberikan bunga tindakan baik, atau buruk?

Pikirkan paragraf ini, terdapat dalam The Great Controversy, hal. 509: “Sang penggoda sering bekerja dengan sangat sukses melalui orang-orang yang dianggap paling tidak mungkin berada di bawah kendalinya.... Pendapat yang berlaku pada orang banyak bahwa semua yang kelihatan seperti kesopanan dan kehalusan budi bahasa harus, dalam beberapa pengertian, pantas kepada Kristus. Tidak ada kesalahan yang lebih besar. Kwalitas-kwalitas ini harus menghiasi tabiat setiap orang Kristen, karena mereka akan menggunakan sebuah pengaruh yang berkuasa dalam menyatakan agama yang benar; tetapi mereka (kwalitas-kwalitas tersebut) harus suci di hadapan Allah, atau mereka juga adalah kuasa untuk kejahatan. Banyak orang yang sopan dan terpelajar dan berperilaku menyenangkan, yang tidak akan tunduk pada apa yang biasanya dianggap sebagai tindakan yang tidak bermoral, tetapi adalah sebuah peralatan yang berkilap di tangan Setan.” Maka kelakuan baik tidak nyata di dalam diri mereka.

Yesus berkata, dalam Matius 7:22,23: “Pada hari terakhir banyak orang yang akan berseru kepada-Ku: TUHAN, TUHAN, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan!” Maka pekerjaan-pekerjaan baik yang dilakukan terpisah dari sebuah hubungan bersama Kristus, terpisah dari pengenalan akan Kristus, disebut apa? Kejahatan.

Adalah mungkin bagi seorang atheis untuk membuat roti yang enak dan membagikannya dengan seorang tetangga. Orang-orang dunia yang tidak mempunyai waktu untuk Allah dapat peduli pada bencana kelaparan di dunia dan bekerja untuk meringankannya. Adalah mungkin bagi penyembah berhala atau orang kafir untuk mengunjungi orang sakit. Uang dapat disumbangkan untuk gereja yang tidak akan TUHAN terima. Beberapa orang yang mengunjungi gereja adalah agen-agen Setan, bukan anak-anak Allah. Orang-orang Farisi membagikan iman mereka dan membawa orang-orang yang mereka ajar dua kali lebih jahat dari diri mereka sendiri. Bahkan seorang penjahat berdarah dingin dapat menawarkan tumpangan kepada pengelana tersesat dan menggunakan kesempatan itu untuk mengambil keuntungan dari orang yang tidak berdaya itu.

Pekerjaan-pekerjaan baik yang dilakukan terpisah dari Kristus adalah pekerjaan-pekerjaan jahat. Agar pekerjaan-pekerjaan itu menjadi pekerjaan-pekerjaan baik, mereka (pekerjaan-pekerjaan itu) harus dilakukan untuk kehormatan dan kemuliaan TUHAN. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5:16. “Pekerjaan-pekerjaan baik” ini akan mulai kelihatan ketika pertobatan dan perubahan terjadi. Sebelum itu terjadi kata-kata dan perbuatan-perbuatan tidak akan “memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Roma 14:23 berkata, “Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” Ketika TUHAN menghakimi, Dia melihat kepada hati, motif-motif, agenda-agenda tersembunyi di dalam pikiran. Jika kita hidup terpisah dari Kristus, kita tidak punya pilihan tetapi harus bekerja dari sebuah dasar mementingkan diri, dan karena itulah pekerjaan-pekerjaan baik kita bukan merupakan pekerjaan baik sama sekali.

Adalah benar jika seseorang sedang lapar dan seseorang memberikannya roti, dia akan diberi makan tanpa menghiraukan motif-motif orang yang memberinya makan. Tetapi sejauh sebagai tindakan perorangan pemberian itu diperhatikan, pekerjaan baik apapun yang dia lakukan terpisah dari Kristus adalah pekerjaan-pekerjaan jahat. Kristus yang tinggal di dalam hati oleh iman, dan yang mau bekerja di dalam kita, adalah satu-satunya sumber pekerjaan-pekerjaan baik.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, May 30, 2005
Thesis 65 - USAHA

USAHA

Thesis 65

Tujuan dari perbuatan-perbuatan baik bukanlah untuk menyelamatkan kita, tetapi untuk membawa kemuliaan bagi TUHAN.

Pada setiap diskusi tentang keselamatan oleh iman di dalam Kristus Yesus saja, dan tentang fakta bahwa perbuatan-perbuatan kita bukanlah dasar bagi keselamatan kita, seseorang selalu bertanya, “Jika perbuatan-perbuatan baik tidak memiliki peran dalam keselamatan kita, maka apakah nilainya?”

Matius 5:16 sangat jelas mengatakan: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Hanya karena perbuatan-perbuatan baik tidak menyelamatkan kita bukan berarti bahwa perbuatan baik tidaklah penting. Tujuan perbuatan-perbuatan baik adalah untuk membawa kemuliaan bagi TUHAN.

Kalau begitu, apakah tujuan dari membawa kemuliaan bagi nama TUHAN? Apakah TUHAN begitu tertarik dengan kemuliaan karena Dia adalah orang yang mementingkan diri dan berpusat pada diri? Apakah dia meminta kita untuk menjadi orang yang memikirkan orang lain ketika Dia sendiri tidak demikian? Kita telah mengetahui jawaban pertanyaan tersebut jauh sebelumnya, karena apa yang Yesus lakukan di salib. Ketika Yesus berseru, “Sudalah genap,” Dia menjawab selamanya tuduhan Setan bahwa Allah mementingkan diri dan tidak mau berkorban. Salib membuktikan bahwa TUHAN rela memberi sampai kepada batas dalam memberi.

Maka apakah tujuan dari memuliakan nama TUHAN? Satu alasan besar adalah bahwa Dia layak untuk itu! Dia layak mendapatkan pujian kita. Semua kemuliaan, kehormatan dan pujian yang dapat diberikan oleh manusia tidak akan pernah terlalu banyak. Daud berkata, “Terpujilah TUHAN! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita.” Mazmur 68:20. Pernahkah engkau menghitung beban berkat-berkatmu akhir-akhir ini? Kadang kala adalah lebih mudah untuk berfokus pada beban dosa atau beban perasaan bersalah atau beban kekhawatiran yang kita tanggung. Ini adalah beban yang tidak pernah TUHAN maksudkan untuk kita tanggung. Dia telah berjanji untuk menanggung beban-beban ini dari bahu kita dan memberikan kita perhentian. Tetapi satu beban yang Dia punya untuk kita adalah beban berkat! Ada banyak sekali! Siapa yang dapat menghitung itu semua?

Alasan besar kedua untuk memuliakan TUHAN adalah untuk jangkauan keluar dan bersaksi bagi orang Kristen. Saat orang lain melihat Yesus ditinggikan dalam kehidupan kita, dan melalui kita belajar tentang kasih dan kemurahan Allah, mereka didorong untuk datang kepada-Nya bagi diri mereka sendiri. Perbuatan-perbuatan baik yang dipertunjukkan di dalam kehidupan orang-orang percaya adalah sebuah argumen yang berkuasa dalam mendukung Kekristenan, bukan?

Alasan besar ketiga memuliakan TUHAN adalah bahwa jika perbuatan baik kita tidak memuliakan TUHAN, siapakah yang dimuliakannya? Apakah engkau tahu jawabnya? Hanya ada satu pilihan lain, bukan? Jika TUHAN tidak mendapat kemuliaan, kita mengambil kemuliaan untuk diri kita sendiri. Dan pekerjaan pembenaran adalah untuk meletakkan kemuliaan manusia di dalam debu. Kita tidak dapat memuliakan TUHAN dan diri kita pada saat yang bersamaan. Dia yang dimuliakan, atau kita mengambil kemuliaan dan kehormatan dan penghargaan itu untuk diri kita sendiri.

Yang membawa kita kepada sebuah pertanyaan. Akankah mungkin bagi seseorang yang bahkan tidak tertarik memuliakan TUHAN untuk diselamatkan? Memuliakan TUHAN harus menjadi sebuah pendorong yang kuat bagi perbuatan-perbuatan baik. Dan itulah yang akan terjadi, jika kita melayani Dia karena kita mengasihi Dia.

Kita menemukan bahwa hal itu benar dalam hubungan antar manusia. Menjaga nama baik keluarga dapat menjadi pendorong yang nyata, bukan? Kita rela mengorbankan banyak hal untuk menghormati orang yang kita kasihi dan tidak mengecewakan mereka. Ketika kita mengenal TUHAN sebagai sebuah kehormatan bagi kita untuk mengenal Dia, dan ketika kita mengasihi TUHAN sebagai sebuah kehormatan bagi kita untuk mengasihi Dia, kita akan menemukan kesenangan tertinggi dalam menghormati dan memuliakan Dia. Untuk menuruti dan melayani Dia demi kemuliaan-Nya dapat menjadi motifasi terbesar dari segalanya.

“Segala sesuatu tidak sama pentingnya dengan kemuliaan Allah. Bapa kita yang di surga selalu dihargai sebagai yang pertama, sukacita dan kesejahteraan, terang dan kecukupan kehidupan kita, dan bagian kita selamanya.”—Sons and Daughter of God, hal. 56.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, May 29, 2005
Thesis 66 - USAHA

USAHA

Thesis 66

Ketika tiba pada iman sejati dan perbuatan, engkau tidak bisa memiliki yang satu tanpa yang lain.

Sebuah lagu lama berkata, “Cinta dan perkawinan, cinta dan perkawinan, berjalan bersama seperti seekor kuda dan kereta—engkau tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain.” Orang pada masa sekarang ini telah berusaha dengan bersusah payah untuk membuktikan bahwa cinta dan perkawinan tidak perlu harus berjalan bersama. Dan semua mereka akhirnya membuktikan pada prosesnya bahwa perencanaan Allah bagi perkawinan dan keluarga adalah yang terbaik, bagaimanapun.

Tetapi iman dan perbuatan selalu berjalan bersama. Mungkin saya dapat menemukan sebuah ilustrasi yang tidak dapat dibantah. Bagaimana dengan sinar matahari dan bayangan? Mereka selalu berjalan bersama, bukan? Engkau tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain! Di dunia ini, kapanpun ada cahaya, di sana ada bayangan—itu adalah hukum yang tidak fleksibel.

Steps to Christ, hal. 83, berbicara tentang “sukacita yang tidak berbayang pada kehidupan yang akan datang.” Di dunia ini, sukacita kitapun memiliki bayangan! Mungkin “sukacita yang berbayang” inilah yang membuat kita mungkin menangis karena gembira. Karena setiap sukacita selalu datang dengan sebuah bayangan. Kita bersukacita ketika seseorang menerima Kristus dalam hidupnya, sementara pada saat yang sama kita merasakan bayangan dari orang-orang yang menolak Dia. Kita menemukan sukacita dalam keindahan alam, tetapi bayangan kematian dan penyakit selalu ada, tidak masalah kemanapun kita pergi. Berita baik dan berita buruk datang bersama-sama. Kadang kala kita akan mengalami—sebagai sebuah berkat yang langka—sebuah “hari yang sempurna”, tetapi akan selalu ada bayangan dari hari-hari sebelum atau sesudahnya yang akan mengikuti. Hubungan antar manusia kita berbayang; penerimaan cinta dari satu pihak berpasangan dengan kesalahpahaman pada pihak lain. Hati kita dapat membara di dalam diri kita ketika TUHAN sendiri datang mendekat untuk bersekutu dengan kita; namun selalu ada bayangan, bahkan, pada saat Dia kelihatannya menyelubungi wajah-Nya dan kita tidak dapat merasakan kehadiran-Nya.

Maka apakah engkau berbicara tentang dunia jasmani atau rohani, sinar matahari dan bayangan selalu berjalan bersama.

Hal yang sama berlaku pada iman dan perbuatan. Jika perbuatan adalah sejati, sumbernya adalah iman di dalam Kristus. Jika iman adalah sejati, perbuatan akan menjadi hasil yang tidak terelakkan. Ketika engkau memutuskan pilihan untuk tinggal di dalam Kristus, engkau telah memutuskan pilihan untuk berbuah, karena barangsiapa tinggal di dalam Dia akan berbuah banyak. Iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Selected Messages, jilid 1, hal. 397, berkata, “Iman sejati akan dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan baik; karena perbuatan-perbuatan baik adalah buah iman.”

Ketika kita membicarakan tentang iman dan perbuatan, seseorang biasanya membawakan ilustrasi tentang dua dayung. Jika engkau berusaha mendayung dengan satu dayung—yang mana saja—engkau tidak akan maju. Tetapi jika engkau menggunakan dua dayung bersama-sama, perahumu akan maju ke pantai surgawi! Dan orang yang menggunakan ilustrasi tersebut biasanya melakukan hal itu untuk membuktikan bahwa dia harus meletakkan usaha yang sama pada iman dan perbuatan.

Tetapi kebenarannya adalah bahwa kita tidak berusaha pada satupun! Iman adalah sebuah karunia, dan penurutan adalah sebuah karunia. Apa yang kita usahakan adalah tetap tinggal dalam perahu tersebut—atau tinggal dalam hubungan bersama Kristus melalui doa dan belajar Firman-Nya. Ketika kita datang kepada Kristus untuk bersekutu dan berbakti bersama Dia, hal yang pertama dihasilkan adalah iman sejati. Dan yang kedua adalah kebenaran sejati.

Perumpamaan mengenai dayung adalah benar, namun, jika engkau mengerti hal itu dengan benar—bahwa iman dan perbuatan adalah seperti dua buah dayung dalam istilah kepentingan. Iman dan perbuatan sama pentingnya. Tetapi cara untuk memperoleh baik iman dan perbuatan adalah melalui hubungan yang terus-menerus bersama Kristus Yesus.

Dalam Yakobus 2:17, kita menemukan adalah mungkin untuk memiliki iman yang mati. Yakobus berkata, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Dalam Ibrani 6:1, kita menemukan adalah mungkin untuk memiliki perbuatan yang mati juga. Iman dan perbuatan harus ada bersama-sama agar keduanya tetap hidup. Perbuatan sejati akan mengikuti iman sejati, dan iman sejati akan datang sebagai hasil persekutuan bersama Allah, sepasti sinar matahari diikuti oleh bayangan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, May 28, 2005
Thesis 67 - PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

Thesis 67

Iman bertumbuh dalam kwantitas, bukan kwalitas. Pertumbuhan di dalam keteguhan dari ketergantungan kepada Allah.

Martha akhirnya keluar dari dapur! Dia telah belajar bagi dirinya sendiri apa artinya duduk di kaki Yesus bersama Maria. Dia percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Juruselamat dunia, Anak Allah. Dia percaya apapun yang Dia minta dari Bapa akan dikabulkan. Dia menerima pernyataan bahwa Dia adalah Kebangkitan dan Hidup. Tetapi ketika semua mata orang-orang itu tertuju kepada kuburan saudara laki-lakinya dan Yesus bertanya bahwa batu itu akan dibuka, iman Martha goyah. Martha yang hidup-lagi, mati-lagi.

Abraham adalah sahabat istimewa Allah. Dia telah meninggalkan rumah dan negerinya untuk menjadi pengembara, mengikuti Suara di dalam hatinya yang menunjukkan arah kepadanya. Keberatan keluarga dan sahabat-sahabatnya tidak mengubah pilihannya. Ketika TUHAN menjanjikannya seorang anak, sebuah warisan, untuk menjadi bapa sebuah bangsa yang besar, dia telah bersukacita. Tetapi satu hal yang tidak pernah dia pikirkan; dia tidak tahu bahwa hal itu akan membutuhkan waktu yang begitu lama. Penantian itu sepertinya sudah keterlaluan. Dia akhirnya menjadi bapa dari dua bangsa, yang saling memerangi satu dengan yang lain hingga saat ini. Abraham yang hidup-lagi, mati-lagi.

Musa adalah seorang nabi dan lebih dari seorang nabi. Dia telah berbicara bersama Allah muka dengan muka. Selama empat puluh tahun dia telah memimpin sebuah bangsa yang pemberontak dan keras kepala melintasi padang pasir, melayani berbagai kebutuhan mereka. Dia telah membela mereka di hadapan Allah Sendiri, menolak menyetujui pembinasaan mereka bahkan ketika mereka sangat layak dibinasakan. Namun imannya gagal pada saat sangat dekat dengan perbatasan Tanah Perjanjian itu, dan dia berdosa secara begitu terbuka dan terang-terangan sehingga Allah tidak memiliki pilihan lain tetapi harus menolak memberi kehormatan kepadanya untuk menyelesaikan tugas yang telah dimulainya. Musa yang hidup-lagi, mati-lagi.

Klub hidup-lagi mati-lagi memiliki banyak anggota! Daud, Samson, Adam, Paulus, Hizkia, Petrus, Yakub. Daftar itu terus bertambah panjang dan bertambah panjang. Sejarah kudus mencatat hanya beberapa kekecualian: Henokh, Elisha, Daniel. Dan beberapa orang lainnya.

Sebuah penyelidikan dari kasus dalam sejarah Alkitab membuktikan bahwa walaupun kepercayaan dan ketergantungan di dalam Allah yang tidak berkeputusan itu adalah mungkin, hidup-lagi mati-lagi adalah mungkin. Bagi banyak orang Kristen, kenyataannya adalah mengalami penyerahan yang hidup-lagi, mati-lagi. Kenyataan itu telah mengambil waktu untuk belajar bergantung kepada Allah setiap waktu, dan tidak pernah pada diri kita sendiri. Dan walaupun tujuan Allah bagi kita adalah kita selalu mempercayai Dia, kita lebih baik mengakui dan mengetahui bahwa kenyataan dalam kebanyakan kasus, kita tidak mencapai tujuan tersebut dalam satu malam.

Pertumbuhan di dalam kehidupan orang Kristen adalah belajar untuk bergantung kepada Allah lebih dan lebih setiap waktu. Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya, ketergantungan kepada Allah adalah sebuah soal semua-atau-tidak sama sekali. Tidak ada hal seperti kepercayaan yang separuh-separuh atau penyerahan yang separuh-separuh. Engkau berserah kepada Allah pada setiap waktu yang engkau punya, atau engkau tidak berserah kepada-Nya dan bergantung kepada dirimu sendiri.

Kita tinggal di dalam Kristus hari demi hari melalui hubungan yang terus-menerus bersama Dia. “Apakah engkau bertaya, ‘Bagaimana aku tinggal di dalam Kristus?’ Dalam cara yang sama saat engkau menerima-Nya pada pertama kalinya. ‘Saat engkau telah menerima TUHAN Kristus Yesus, maka berjalanlah di dalam Dia.’ Orang benar akan hidup oleh iman.’”—Steps to Christ, hal. 69.

Selama kita bergantung kepada-Nya, kita akan mengalami semua kemenangan dan penurutan yang Dia telah tawarkan.

Tetapi berkali-kali sang musuh bisa membuat kita mengalihkan pandangan kita dari Kristus dan berhenti sesaat untuk bergantung kepada-Nya. Kemudia kita akan jatuh dan gagal dan berdosa. Hal itu terjadi pada banyak orang di dalam Alkitab; hal itu terjadi kepada banyak orang sekarang ini. Ketika hal itu terjadi, bagian kita adalah untuk kembali lagi kepada Yesus, menuntut kembali janji-Nya, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9. Dan kita melanjutkan hubungan bersama Dia. Kita tidak menunggu dua minggu bagi Allah untuk menenangkan diri-Nya. Kita tidak menyerah dan memutuskan bahwa kita tidak akan berhasil menuju ke surga. Kita tidak berusaha untuk “menebus kesalahan-kesalahan” kita sendiri dan kemudian kembali kepada-Nya. Kita kembali kepada-Nya segera, mengaku dosa kita dan keperluan kita terhadap-Nya. Melalui semua itu, hubungan bersama Allah berlanjut.

Pertumbuhan dalam kehidupan orang Kristen terjadi saat kita melanjutkan hidup oleh iman di dalam Dia, saat kita melanjutkan mencari persekutuan bersama Dia hari demi hari. Karena pada saat kita datang kepada Kristus hari demi hari, Dia akan bekerja di dalam kita untuk membawa kita kepada ketergantungan yang terus-menerus di dalam Dia.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, May 27, 2005
Thesis 68 - PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

Thesis 68

Engkau tidak bertumbuh dengan berusaha bertumbuh.

Tujuan saya adalah untuk menjadi setinggi enam kaki. Tetapi hal itu tidak berjalan mulus—saya hanya berhasil tiga kaki enam inchi! Kemudian, ketika saya harus berdiri di barisan depan bersama anak-anak perempuan untuk photo bersama kelas delapan, itu lebih dari yang dapat ditanggung oleh seorang laki-laki. Satu hari kelihatannya waktulah yang mencoba menolong masalah ini.

Saya pergi ke dapur, berdiri di depan pintu dengan sebuah penggaris melintasi kepala saya, dan membuat sebuah tanda. Kemudian saya pergi ke halaman belakang dan bergantung pada tiang jemuran selama yang dapat saya tahan. Kemudian saya bergegas kembali ke pintu tersebut dan mengukur kembali. Betapa mengecewakan. Hal itu tidak menolong sama sekali!

Yesus berkata, “Siapakah yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Matius 6:27. Engkau tidak bertumbuh dengan berusaha bertumbuh. Kenyataannya, semakin engkau berusaha untuk mencoba bertumbuh, engkau semakin tidak bertumbuh. Jika saya menghabiskan seluruh waktu saya untuk bergantung di tiang jemuran, bukan saja saya dapat menjadi enam kaki tingginya, tetapi itu akan membutuhkan waktu yang terlalu lama hingga saya menjadi enam kaki ke bawah!

Ellen White menulis kepada gereja kita pada masa yang, “Tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga bertumbuh bukan oleh kekhawatiran atau kegelisahan atau usaha mereka sendiri, tetapi dengan menerima apa yang TUHAN telah sediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Seorang anak tidak dapat, oleh kegelisahan atau kekuatan diri sendiri, menambahkan tingginya. Engkau juga tidak dapat, dengan kegelisahan atau usaha dirimu sendiri, memiliki pertumbuhan rohani.”—Steps to Christ, hal. 68.

Bahkan anak kecilpun mengerti prinsip pertumbuhan. Engkau dapat bertanya kepada mereka, “Yang mana yang lebih engkau suka kerjakan, bertumbuh atau makan?”

Tidak butuh waktu lama untuk menjawabnya. Jika mereka mengusahakan pertumbuhan, mereka tidak mendapatkan apapun. Jika mereka mengusahakan makan, mereka akan mendapatkan keduanya.

Apakah engkau tertarik pada bertumbuh secara rohani? Engkau tidak dapat bertumbuh dengan berpusat pada pertumbuhan. Mungkin tidak ada yang lebih merusak pertumbuhan rohani dari pada secara terus-menerus memeriksa apakah dirimu telah berbuah. Cara bertumbuh adalah dengan makan—dengan mengambil bagian dari Roti Hidup dan Air Hidup. Orang yang mengalami pertumbuhan paling cepat adalah orang yang menjauhkan pandangannya dari dirinya dan berkonsentrasi pada Matahari Kebenaran itu. Orang yang paling kerdil adalah orang yang menghabiskan waktu paling banyak untuk mencoba bertumbuh.

Banyak orang yang telah memiliki pemikiran bahwa kelahiran rohani datang dari TUHAN tetapi kehidupan rohani adalah tanggung jawab mereka sendiri. “Banyak yang memiliki sebuah pemikiran bahwa mereka harus melakukan beberapa bagian dari pekerjaan itu sendiri. Mereka telah percaya di dalam Kristus untuk pengampunan dosa, tetapi sekarang mereka berusaha oleh kekuatan mereka sendiri untuk hidup benar. Tetapi setiap usaha seperti itu pasti gagal. Yesus berkata, ‘Di luar Aku engkau tidak dapat melakukan sesuatu.’ Pertumbuhan kita di dalam kasih karunia, sukacita kita, kegunaan kita,--semua bergantung pada persekutuan kita dengan Kristus. Adalah melalui persekutuan dengan-Nya, setiap hari, setiap jam,--oleh tinggal di dalam Dia,--kita dapat bertumbuh di dalam kasih karunia. Dia bukan hanya Penulis, tetapi juga Penutup iman kita.”—Idem., hal. 69.

Apakah tujuanmu untuk mencapai “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus”? Efesus 4:13. Engkau tidak akan pernah dapat mencapai tujuan itu dengan bergantung pada tiang jemuran rohani. Tidak mungkin bertumbuh di dalam kasih karunia oleh usaha kita yang lemah. Pertumbuhan adalah sebuah karunia. Itu diterima oleh persatuan kita bersama Yesus, melalui persekutuan dengan-Nya. Manusia tidak akan pernah mendapatkan oleh dirinya sendiri apa yang telah Allah berjanji untuk berikan.

Apakah engkau kadang kala bertanya-tanya apakah engkau sedang bertumbuh? Ada cara yang pasti untuk mengetahuinya. Lihat apakah engkau sedang makan! Makan menentukan pertumbuhan setiap waktu.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, May 26, 2005
Thesis 69 - PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

Thesis 69

Orang Kristen bertumbuh lebih kuat oleh menyadari kelemahan mereka. Ketika mereka lemah, maka mereka kuat.

Bill telah berada dalam kesulitan yang sama begitu seringnya sehingga ia tidak dapat menghitungnya. Maka dia pergi ke dokter, yang sekarang berdiri mengangguk-anggukkan kepalanya, menatap pada wajah Bill yang tidak bercukur dan matanya yang merah.

“Saya pikir saya sudah tidak punya harapan lagi, kan dokter?” kata Bill.

“Ya, saya kira demikian.”

“Kalau begitu bagaimana kalau saya minum sekali lagi, karena hal itu tidak membawa perbedaan sama sekali.”

“Baiklah, saya akan memberikanmu sebuah minuman,” dokter itu menjawab dengan mengejutkan. “Tetapi pertama-tama engkau harus melakukan sesuatu untuk saya.”

“Apa itu?” tanya Bill.

“Di bawah lorong itu,” jawab dokter, “ada seorang anak muda yang untuk pertama kali berada di sini. Saya sudah menyerah terhadapmu—tetapi dia mungkin bisa berubah. Saya ingin engkau turun dan pergi ke kamarnya dan membiarkannya untuk bisa melihat dirimu—hanya itu. Mungkin jika dia melihatmu, hal itu akan membuatnya cukup takut sehingga mencegahnya untuk dibawa kembali ke sini.”

Bill setuju, dan pergi turun menuju lorong untuk menemui anak muda yang, seperti dirinya, telah dibawa ke rumah sakit untuk dirawat setelah bermabuk-mabukan.

Pada awalnya dia melakukannya untuk mendapatkan satu minuman lagi. Tetapi Bill mulai berbicara dengan anak muda itu. “Jangan sia-siakan hidupmu,” dia mendesaknya. “Lihatlah diriku. Keluargaku telah pergi, kehormatanku telah hilang. Aku tidak punya pekerjaan; aku tidak punya sahabat. Aku kehilangan kesehatan dan reputasiku. Apakah engkau ingin berakhir seperti ini?”

“Aku tidak akan pernah berakhir sepertimu,” anak muda itu berkeras. “Aku dapat berhenti minum kapan saja aku mau.”

“Itulah yang selalu aku pikir juga,” jawab Bill. “Tetapi hal itu tidak benar. Aku tidak dapat berhenti. Satu-satunya cara agar aku dapat berhenti adalah jika TUHAN Sendiri memberikan aku kekuatan itu. Dan itulah satu-satunya cara bagimu untuk berhenti juga. Engkau tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan minumanmu, atauy engkau tidak akan berada di sini. Engkau harus belajar untuk bergantung pada sebuah Kekuatan yang lebih tinggi.”

Bill kembali ke rumah sakit berkali-kali setelah hari itu, tetapi tidak pernah lagi sebagai seorang pasien. Dia tidak pernah kembali kepada dokter itu untuk mengumpulkan minuman yang dijanjikan. Dia kembali untuk berbicara kepada orang lain yang telah dibawa dalam kondisi yang sama, yang sedang bergumul dengan alkoholisme. Itulah awal mula Alcoholics Anonymous (di Amerika dikenal dengan “AA”).

Prinsip yang ditemukan Bill dalam kunjungannya bersama anak muda itu adalah dasar dari Alcoholics Anonymous saat ini. Setiap orang harus datang kepada keadaan dimana dia mengakui bahwa dia memiliki sebuah kebutuhan yang besar. Dia diajar untuk mulai mengatakan, “Saya adalah seorang alkoholik.” Dan dia secara terus-menerus diingatkan akan ketergantungannya kepada sebuah Kuasa yang lebih tinggi, jika masalah itu hendak dikendalikan. Dalam mengakui dan mengetahui kelemahan dia menemukan kekuatan.

Setiap kita dapat membuat pengakuan yang mirip: “Aku adalah seorang berdosa.” Kita harus menyadari sebagai seorang Kristen bahwa kita tidak bertumbuh oleh menjadi lebih kuat dan lebih kuat. Kita bertumbuh oleh menyadari setiap hari betapa lemahnya kita dan betapa bergantungnya kita pada kasih karunia Allah. Itulah yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 12:10: “Jika aku lemah, maka aku kuat.” “Ketika kita memiliki sebuah kesadaran tentang kelemahan kita, kita belajar untuk bergantung pada sebuah kuasa yang bukan berasal dari dalam diri kita.”—The Desire of Ages, hal. 493.

Kebenaran ini dapat menjadi sebuah ancaman bagi orang-orang kuat. Orang-orang yang mendapatkan keamanan dalam kekuatan dan disiplin diri mereka sendiri, yang merasa nyaman karena perilaku baik mereka, menemukan pemikiran tentang mengakui kelemahan merupakan serangan. Tetapi orang yang kuat, atau berpikir bahwa dia kuat, tidak merasakan kebutuhan akan seorang Juruselamat.

Apakah kita mengakuinya atau tidak, apakah kita mengetahuinya atau tidak, setiap orang dari kita adalah lemah. Hanya pada saat kita menyadari kelemahanlah, kita dapat dituntun mencari kuasa dari luar dan di atas diri kita. “Kekuatan kita yang terbesar adalah menyadari ketika kita merasa dan mengetahui kelemahan kita.”—Testimonies, vol. 5, hal. 70.

Apakah engkau menganggap dirimu seorang yang kuat? Engkau dapat sungguh-sungguh kuat saat engkau menemukan kekuatanmu di dalam Dia. Apakah engkau menganggap dirimu lemah? Maka ada kabar baik untukmu! Kekuatannya menjadi sempurna dalam kelemahan. Baca 2 Korintus 12:9. Tidak masalah betapa kuat engkau anggap dirimu, kekuatanmu yang sebenarnya hanya datang saat engkau mengakui kelemahanmu. Tidak masalah betapa lemah dirimu, engkau dapat menjadi kuat di dalam Dia.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, May 25, 2005
Thesis 70 - PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

Thesis 70

Kita dapat melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan kita, tetapi tanpa Dia kita tidak dapat melakukan apapun.

Selama sebuah kelas mata kuliah khusus, kami telah mempelajari sebuah “pelajaran singkat” dalam kebenaran oleh iman di dalam Kristus saja. Kami telah membaca dua ayat, Yohanes 15:5 dan Filipi 4:13, bahwa tanpa Dia kita tidak dapat melakukan segala sesuatu, tetapi bersama Dia kita dapat melakukan segala sesuatu.

Dalam proses diskusi, beberapa mahasiswa merasa tidak nyaman dengan Yohanes 15:5. Salah seorang bertanya, “Jika kita tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa Kristus, maka bukankah itu menyingkirkan nilai kita sebagai mahluk manusia? Bukankah kita diciptakan menurut peta Allah? Bukankah Dia menciptakan kita dengan pilihan yang bebas? Hal itu kedengarannya bukan seperti kebebasan memilih jika kita tidak dapat menyelesaikan sesuatu tanpa Dia.”

Maka kami memastikan untuk menarik garis pemisah antara tidak berharga, dan tidak berdaya. Kami berbicara tentang fakta bahwa walaupun kita tidak berdaya untuk menghasilkan kebenaran, kita bernilai segalanya di mata surga.

Pada titik itu, seorang anak muda di bangku belakang menaikkan tangannya. “Kalau begitu mengapa,” tanyanya, “begitu mudah untuk merasa tidak bernilai, sementara begitu sulit untuk merasa tidak berdaya?”

Yang mana dari keduanya yang paling banyak engkau rasakan? Tidak berdaya atau tidak berharga? Setan telah mengambil setiap kebenaran dan entah bagaimana memutarbalikkannya, bukan? TUHAN berkata, “Engkau bernilai segalanya, tetapi engkau tidak berdaya tanpa Aku.” Setan berkata, “Engkau tidak berharga. Tetapi berusaha keraslah untuk berubah, dan mungkin entah bagaimana, suatu hari kelak, engkau akan bernilai.”

Salah satu ketakutan yang paling banyak diungkapkan tentang keselamatan melalui iman dalam Kristus saja adalah ketakutan bahwa hal itu akan menghasilkan sebuah agama yang tidak-melakukan-apapun. Banyak orang khawatir menerima sebuah iman “pasif” yang menghasilkan kemalasan yang sempurna. Kita dapat melihat pada betapa sedikit yang telah kita kerjakan di sepanjang tahun-tahun kita berusaha keras untuk menghasilkan kebenaran, dan kita dapat mengira bahwa jika kita berhenti bergumul, maka kita akan tidak mengerjakan sesuatu sama sekali.

Tetapi kebalikannya adalah benar. Di samping menemukan bahwa pertumbuhan berhenti ketika kita berhenti berusaha bertumbuh, kita akan menemukan bahwa hanya setelah itulah pertumbuhan yang benar akan mulai. Yesus tidak menghentikan pernyataan-Nya dalam Yohanes 15:5, bahwa tanpa Dia kita tidak dapat melakukan segala sesuatu. Dia juga memberikan kita kabar baik bahwa melalui Dia kita dapat melakukan segala sesuatu.

The Ministry of Healing menempatkannya seperti ini: “Tidak ada batasan terhadap kebergunaan dari orang yang, menyingkirkan diri, memberikan ruang untuk pekerjaan Roh Kudus ke atas hatinya dan hidup sepenuhnya berpusat kepada TUHAN.”—Hal. 159.

Alkitab diisi dengan cerita-cerita tentang orang-orang yang hidup sepenuhnya bergantung kepada TUHAN. Apakah mereka pasif? Mereka pasif ketika masalahnya tiba pada bergantung pada kekuatan mereka sendiri. Tetapi jangan pernah lupa betapa aktifnya pasif itu! Karena orang yang mengetahui ketidakberdayaannya sendiri dan menerima pengendalian Allah adalah orang yang akan Dia gunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar bagi-Nya.

Selama beberapa tahun hingga sekarang saya telah mengumpulkan cerita-cerita tentang orang-orang di dalam Alkitab yang melakukan hal-hal bodoh! Ingat Yonathan dan pembawa senjatanya yang menghadapi seluruh pasukan Filistin? Bagaimana dengan Yoshua yang pergi menaklukkan kota Yeriko dengan berjalan mengelilingi kota itu setiap hari selama seminggu? Atau memerintahkan matahari untuk berhenti ketika dia membutuhkan beberapa jam untuk menyelesaikan suatu pertempuran? Bukanlah strategi militer yang cerdas bagi Gideon untuk memulangkan 99 persen dari pasukannya dan kemudian menyerang dengan kendi dan obor. Elia adalah orang bodoh karena menuangkan empat drum air pada mezbah korban bakarannya di Gunung Karmel, dari pada membuat segala sesuatu semudah mungkin bagi TUHAN. Dan ada Yosafat yang pergi berperang di depan sebuah paduan suara.

Jika siapa saja dari pahlawan-pahlawan Alkitab ini telah bergantung pada kekuatannya sendiri, dari pada TUHAN, dia pastilah kalau tidak bodoh, ingin bunuh diri! Tetapi ketika kelemahan manusia dipersatukan dengan kuasa Ilahi, TUHAN menggunakan orang-orang ini, bagi-Nya, untuk mengerjakan hal-hal yang tidak mungkin.

Ketika TUHAN memanggil kita untuk menempatkan ketergantungan sepenuhnya kepada Dia, ketika Dia meminta kita untuk mengetahui ketidakberdayaan kita tanpa Dia, Dia tidak sedang membuka pintu untuk ketidakaktifan. Hidup yang dikendalikan TUHAN adalah kehidupan dari dayaguna dan pelayan yang tertinggi. Dan itu adalah kehidupan yang memberikan bukti pertumbuhan dan berhasilguna. Kehidupan itu dapat menjadi milikmu, jika engkau mengingat bahwa tanpa Dia engkau tidak dapat melakukan segala sesuatu, tetapi bahwa bersama-Nya engkau dapat melakukan segala sesuatu—dan hiduplah bersama-Nya, dalam persekutuan dan persahabatan dan persekutuan pribadi.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, May 24, 2005
Thesis 71 - TINGGAL

TINGGAL

Thesis 71

Setan tidak memiliki kuasa untuk menyebabkan orang-orang yang bergantung kepada Allah untuk berbuat dosa, tetapi orang-orang yang bergantung kepada diri mereka sendiri dengan mudah dapat dikalahkan.

Engkau mungkin pernah mendengar kisah tentang seorang nenek yang saleh di sebuah gereja yang tidak pernah mengatakan sesuatu yang buruk tentang siapapun. Satu hari, seorang anggota gereja berkata, dengan hampir putus asa, “Saya bertaruh bahkan engkau pasti bisa mengatakan sesuatu yang baik tentang setan itu sendiri.”

Nenek itu menjawab, “Yah, engkau tentu harus mengagumi ketekunannya!”

Saya bisa menambahkan satu kepada hal itu dan berkata bahwa setan tentu mengetahui bagaimana mencobai orang! Selama berabad-abad hal itu telah menjadi pelajaran utamanya, dan dia adalah pakar dalam hal itu. Dia mengetahui secara pasti bagaimana pikiran kita bekerja dan bagaimana mengelabui kita dan menjerat kita dan membuat kita menerima saran-sarannya. Dan tentu kita mengetahui bahwa tanpa Roh TUHAN yang menegakkan standart melawan dia, kita tidak akan dapat bertahan sesaatpun.

Tetapi ketika kita bergantung pada kuasa Allah, setan adalah orang yang tidak akan dapat bertahan sesaatpun, dan dia tahu itu. “Karena setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi.” 1 Yohanes 3:6. Dan The Great Controversy, hal. 530, mengembangkan pemikiran yang sama: “Setan sangat menyadari bahwa jiwa yang paling lemah yang tinggal di dalam Kristus bukanlah tandingan bagi sang penguasa kegelapan itu, dan sehingga, bila dia harus menyatakan dirinya secara terbuka, dia akan dihadapi dan ditolak. Oleh karena itu dia berusaha untuk menarik prajurit-prajurit salib menjauh dari kubu pertahanan mereka yang kuat itu.”

Jika Setan mengetahui bahwa bahkan jiwa yang terlemah yang tinggal di dalam Kristus bukan tandingan baginya, maka hal itu akan menjadi sangat penting bagi kita untuk mengerti apa artinya tinggal di dalam Kristus.

Marilah kita melihat pertama-tama pada kata tinggal. Apakah artinya tinggal? Jika engkau mempelajari kata tinggal di dalam Alkitab, engkau akan menemukan bahwa hal itu berarti menetap. Maka Setan sangat menyadari bahwa jiwa yang terlemah yang tetap tinggal dalam ketergantungan pada Kristus bukanlah tandingan bagi sang penguasa kegelapan itu.

Tetapi hal ini membawa kita kepada satu masalah. Kita telah mengetahui bahwa memerlukan waktu untuk bertumbuh, bahwa penyerahan yang terjadi pada saat pertobatan sering kali dapat menjadi pengalaman hidup-lagi, mati-lagi ketika kita sedang mempelajari hari demi hari untuk mengenal Allah dan mempercayai Dia secara lebih sempurna. Pada saat kita akan melihat kepada-Nya dan bergantung pada kuasa-Nya, maka kita mengalami kemenangan. Tetapi saat kita memalingkan pandangan kita dari pada-Nya dan berusaha untuk bergantung pada kekuatan kita sendiri, maka kita akan jatuh dan gagal dan berdosa.

Maka adalah penting untuk membuat perbedaan antara dua jenis tinggal yang muncul di dalam Alkitab. Kita akan mempelajari hal ini lebih dalam lagi dalam beberapa thesis berikut, tetapi secara ringkas, ada tinggal dalam hubungan setiap hari bersama Kristus, dan ada tinggal setiap saat dalam ketergantungan kepada-Nya.

Kadang kala kita mendapatkan pemikiran bahwa jika kita tinggal, atau menetap, dalam hubungan bersama Dia hari demi hari, maka kita akan mengalami kemenangan yang tidak berkeputusan. Tetapi adalah mungkin untuk tetap tinggal bersama Yesus hari demi hari, melalui hubungan setiap hari bersama Dia, dan namun belum tinggal dalam ketergantungan kepada kuasa-Nya pada setiap saat. Selama kita tetap tinggal dalam ketergantungan kepada kuasa Allah dari pada diri kita sendiri, Setan dikalahkan. Tetapi kapan saja kita bergantung kepada kekuatan kita sendiri untuk melawan pencobaan, kita dikalahkan.

TUHAN tidak memiliki masa menunggu, masa percobaan, atau penundaan dalam kemenangan yang harus Dia berikan. Sejak hari pertama engkau datang kepada-Nya, adalah mungkin untuk mengalami semua kemengan itu, semua kuasa mengalahkan dosa, semua kemenangan dan penurutan yang Dia telah tawarkan—selama engkau tetap bergantung kepada kuasa-Nya.

Tetapi kapan saja engkau berpaling dari Kristus dan berusaha untuk bertahan dalam kekuatanmu yang rapuh itu, engkau pasti jatuh dan gagal dan berdosa. Hal itu akan terjadi bahkan bila engkau berada dalam hubungan hari demi hari bersama Allah selama 119 tahun enam bulan! Itulah yang terjadi kepada Musa. Dia telah mengenal Allah, telah berbicara kepada-Nya sebagai seorang sahabat, muka dengan muka. Dia telah memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan hampir tiba di perbatasan Tanah Perjanjian. Tetapi suatu hari dia menyerah kepada pencobaan setan untuk mengalihkan perhatiannya dari Kristus, dan dia mencoba untuk menangani masalah dalam kekuatannya sendiri. Dia kehilangan pengendalian dirinya, mengambil kemuliaan yang seharusnya milik TUHAN untuk dirinya sendiri, dan berakhir dengan memukul batu, bukan berbicara kepada batu.

Jika tiba saat ketika engkau memukul batu, dalam cara apapun hal itu bisa membinasakan hidupmu, engkau dapat mengetahui hal itu dengan pasti—bagaimanapun, pada saat engkau berhenti bergantung kepada kuasa Allah dan mulai bergantung kepada dirimu sendiri. Tetapi tidak masalah betapa lemahnya dirimu, bahkan bila engkau adalah “jiwa yang paling lemah”, saat engkau belajar untuk tinggal di dalam Kristus waktu demi waktu, Setan tidak akan memiliki kuasa atasmu.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, May 21, 2005
Thesis 74 - TINGGAL

TINGGAL

Thesis 74

Allah tidak pernah mau berpisah dari kita. Tetapi kita dapat memilih untuk berpisah dari Allah.

TUHAN tidak pernah mengajukan cerai! Dia telah memberikan kita izin untuk mengajukan cerai apa bila pasangan kita telah tidak setia kepada sumpah perkawinan, tetapi bahkan ketika umat-Nya tidak setia kepada-Nya—bahkan ketika umat-Nya berulangkali tidak setia kepada-Nya—Dia tidak pernah menjalankan hak itu untuk diri-Nya sendiri. Putusnya hubungan antara manusia dan Allah selalu diprakarsai oleh umat manusia, tidak pernah oleh Allah.

Janji Allah kepada umat-Nya adalah selalu, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Ibrani 13:5.

Dalam sejarah Israel kita melihat kesempatan yang hampir tidak terbatas bagi Allah untuk memilih meninggalkan umat-Nya. Mereka tidak setia kepada-Nya berkali-kali dan berkali-kali lagi. Mereka tidak hanya melanggar hukum yang diucapkan di Sinai dan ditulis oleh tangan-Nya sendiri, tetapi mereka terlibat dalam penyembahan ilah-ilah lain, melupakan Allah satu-satunya yang benar yang telah membawa mereka keluar dari Mesir dan menuju Tanah Perjanjian. Kisah Perjanjian Lama tentang sejarah mereka mencatat berulang-ulang kali kejahatan dan pemberontakan dari raja-raja dan bangsa itu. The Desire of Ages, hal. 28, berkata, “Sejak saat mereka memasuki tanah Kanaan, mereka meninggalkan perintah-perintah TUHAN, dan mengikuti jalan orang-orang fasik. Adalah sia-sia TUHAN mengirimkan amaran kepada mereka melalui nabi-nabi-Nya. Adalah sia-sia mereka menderita penghukuman dari penindasan orang-orang kafir. Setiap reformasi diikuti oleh kemurtadan yang lebih dalam.”

Pada zaman Kristus, “dosa telah menjadi ilmu pengetahuan, dan perbuatan jahat ditahbiskan sebagai bagian dari agama. Pemberontakan telah menanamkan akarnya sangat dalam ke dalam hati, dan permusuhan manusia yang paling keras adalah melawan surga.”—Ibid. hal. 37. Setan bersukacita karena dia telah melakukan pekerjaannya dengan begitu baik, bahwa akhirnya kesabaran TUHAN akan berakhir dan umat manusia akan dibinasakan. Tetapi TUHAN mempunyai rencana yang lebih baik. Dari pada pembinasaan, Dia mengirimkan seorang Juruselamat. Yesus datang ke bumi untuk menawarkan perdamaian secara pribadi, untuk mencoba menjembatani jurang pemisah antara umat manusia dan Allah.

Penawaran belas kasihan yang ditolak oleh bangsa Israel masih ditawarkan kepada perorangan-perorangan, dan setiap orang yang hidup di bumi ini masih dapat menerima penawaran itu. Bukan hingga setiap orang telah membuat sebuah keputusan terakhir untuk menerima atau menolak Allah penawaran itu ditarik. Ketika Kristus meninggalkan kaabah surgawi dan pintu kasihan ditutup, penderitaan Allah yang berkepanjangan akhirnya akan tiba pada kesudahannya. Dan bahkan setelah itu, TUHAN tidak secara sewenang-wenang meninggalkan kita; Dia dengan rasa enggan menerima keputusan kita untuk meninggalkan-Nya. Baca The Great Controversy, hal. 614.

Pernahkah engkau khawatir bahwa engkau terlalu lama mempelajari pelajaran-pelajaran yang Dia coba ajarkan kepadamu? Pernahkah engkau berdoa, “TUHAN, tolonglah, jangan menyerah terhadapku”? Engkau dapat merasa pasti bahwa Dia tidak akan meninggalkanmu. Mungkin doa yang lebih baik adalah, “TUHAN, tolonglah aku agar tidak menyerah terhadap-Mu.” Karena ketika tiba saatnya bagi karunia keselamatan dan hubungan kita bersama-Nya, kita menggenggam suara terbanyak. Hanya kekerasan kepala kita yang mencegah kita untuk datang kepada-Nya dan menerima apa yang Dia rindu berikan kepada kita.

“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun mahluk-mahluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, TUHAN kita.” Roma 8:35, 37-39.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, May 20, 2005
Thesis 75 - BERSAKSI

BERSAKSI

Thesis 75

Alasan TUHAN menginginkan kita untuk bersaksi yang terutama adalah untuk kebaikan kita.

Seandainya pada suatu hari saya mulai berjalan kaki dari San Francisco ke Pacific Union College—Tanah Perjanjian! Engkau sedang lewat dengan mobilmu dan berhenti dan menawarkan saya tumpangan. Jika saya menerimanya dan ikut serta denganmu, saya akan tiba di PUC lebih cepat; saya tidak perlu mengeluarkan banyak keringat. Namun bagaimanapun saya tetap menuju ke sana.

Mari kita balikkan. Satu hari engkau mulai berjalan dari San Francisco menuju Reno—tempat lain! Saya lewat dengan mobilku, dan berhenti, dan menawarkanmu tumpangan. Jika engkau naik dan ikut bersama saya, engkau akan tiba di Reno lebih cepat dan tidak perlu mengeluarkan banyak keringat (walaupun engkau akan banyak berkeringat bila tiba di sana!). Namun bagaimanapun engkau sedang menuju ke Reno.

Ini adalah sebuah percobaan untuk membuat sebuah perumpamaan pada pelajaran bersaksi—dan bagian kita dalam menjalankan dan menceritakan dan membagikan injil. Kadang kala para ahli theologia berdebat tentang nubuatan khusus versus nubuatan umum. Orang-orang yang berada di pihak nubuatan khusus berkata bahwa agar seseorang diselamatkan, dia harus mendengar cerita tentang Kristus dan menerimanya secara tegas. Para penganut nubuatan khusus bersikeras bahwa kecuali orang yang telah datang kepada Kristus mau pergi dan menceritakan dan membagikan, orang-orang akan hilang selamanya.

Di pihak lain, para penganut nubuatan umum percaya bahwa TUHAN akan menghakimi setiap individu berdasarkan terang yang dia telah terima, dan jika hal yang paling seseorang ketahui selama hidupnya adalah menjawab Allah di dalam alam, itu sudah cukup.

Engkau dapat melihat pada hal itu dari sebuah pendirian secara filsafat dan kesimpulan bahwa karena TUHAN adalah kasih, dan karena TUHAN itu adil, Dia tidak dapat menyebabkan orang lain untuk hilang berdasarkan apa yang saya lakukan atau tidak lakukan. Ada beberapa pendukung yang indah untuk posisi ini dari sumber-sumber yang diinspirasikan juga. Yohanes 1:9 berkata bahwa Kristus adalah Terang, “yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” Sebuah komentar dalam Review and Herald, 22 Juni 1911, dibaca, “Dalam hari penghakiman, ketika pertanyaan dihadapkan kepadamu seperti mengapa engkau tidak menuruti hukum-hukum TUHAN, engkau tidak dapat membuat sebuah alasan yang dapat diterima berdalihkan ketidakmenurutan orang lain.”

Tanpa keraguan, kita dapat membawa kabar baik tentang keselamatan kepada orang lain dan digunakan sebagai alat-alat TUHAN untuk menjangkau mereka bagi-Nya. Sebagaimana perumpamaan tentang perjalanan ke Tanah Perjanjian, kita dapat mempersingkat pencarian mereka terhadap TUHAN, mungkin dalam bertahun-tahun, jika kita pergi dan menceritakan dan membagikan. Tetapi TUHAN tidak menyerahkan takdir kekal mereka kepada kita.

Jika hal ini benar, apakah tujuan orang Kristen bersaksi? Kita sering mendengarkan seruan untuk pertolongan menyebarkan injil bagi orang-orang “di luar sana”. Namun jika TUHAN dapat menjangkau mereka tanpa pertolongan kita, mengapa Dia mengajak kita untuk terlibat? Bukankah akan lebih baik jika pekerjaan untuk memenangkan jiwa-jiwa diserahkan kepada malaikat-malaikat, yang pasti lebih mampu dibandingkan dengan kita? Kita diberitahu bahwa pada akhirnya, para malaikat akan melakukan pekerjaan yang dapat dilakukan manusia. Baca Selected Messages, jilid 1, hal. 118. Jika hal itu akan terjadi pada akhirnya, mengapa tidak sekarang, dan mencegah segala kesalahan yang kita lakukan dalam usaha kita untuk membagikan iman kita.

Jawabannya ditemukan dalam memahami maksud Allah dalam memberikan kita bagian untuk melakukan kesaksian Kristen. Jika engkau menginginkan ringkasan terbaik dalam kesaksian Kristen, bacalah satu bab dalam Steps to Christ, “The Work and The Life.” “Usaha untuk memberkati orang lain akan memberikan berkat-berkat bagi diri kita sendiri. Inilah maksud Allah dalam memberikan kita sebuah bagian untuk beraksi dalam rencana penebusan.”—Hal. 79. Testimonies, vol. 3, hal. 391, bahkan menyatakan hal itu lebih jelas lagi: “Keperluan apapun yang timbul bagi kita dalam memajukan pekerjaan TUHAN, Dia telah mengaturnya sedemikian rupa demi kebaikan kita.”

Kadang kala orang merasa takut jika kita menerima kebenaran ini, itu akan memusnahkan semua motifasi untuk pergi dan menceritakan dan membagikan! Kelihatannya sangat mementingkan diri untuk menjadi terlibat dalam melayani demi kebaikan kita sendiri, dari pada untuk kebaikan orang lain. Tetapi tolong perhatikan bahwa ada sebuah perbedaan antara maksud Allah dalam melibatkan kita dalam kesaksian Kristen dan maksud kita dalam menjadi terlibat di dalamnya. Kita menjadi aktif melayani Dia karena kita memiliki sesuatu untuk diceritakan dan tidak dapat menahan diri untuk membagikannya. Kita menjadi terlibat dalam pelayanan karena kita ingin orang lain mengerti kebenaran yang telah membebaskan kita. Kita menjangkau orang lain karena kita telah mendapat kehormatan dengan menjadi pekerja-pekerja bersama Allah.

Ketika kita menjangkau, demi kebaikan orang lain dan demi TUHAN sendiri, hasil yang pasti adalah jiwa kita sendiri diberkati. Dan dari sudut pandang Allah, tujuan itulah yang Dia pikirkan selama ini!

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, May 19, 2005
Thesis 76 - BERSAKSI

BERSAKSI

Thesis 76

Kerinduan untuk membagikan datang secara alamiah dari orang Kristen sejati (walau caranya bisa saja berbeda).

Engkau tidak dapat menyimpan burung parkitmu tertutup di dalam Tupperware! Saya tidak berkata bahwa engkau tidak boleh; saya katakan engkau tidak bisa. Jika engkau mencoba hal seperti itu, engkau tidak akan memiliki burung parkit lagi. Engkau hanya akan memiliki sebuah timbunan bulu yang menyedihkan!

Steps to Christ, hal. 78, berkata, “Tidak lebih cepat seseorang datang kepada Kristus dari pada lahirnya sebuah kerinduan di dalam hatinya untuk membuat orang lain mengetahui betapa mulianya persahabatan yang dia temukan di dalam Yesus; kebenaran yang menyelamatkan dan menyucikan tidak dapat ditutupi di dalam hatinya. Jika kita dikenakan jubah kebenaran Kristus dan dipenuhi dengan sukacita oleh Roh-Nya yang bersemayam, kita tidak akan mampu untuk menyimpan damai kita. Jika kita telah mengecap dan melihat bahwa TUHAN itu baik kita pasti punya sesuatu untuk diceritakan.”

Engkau dapat menemukan pernyataan yang mirip melalui semua Roh Nubuat. “Yesus tidak menyuruh murid-murid-Nya, ‘Berusahalah untuk membuat terangmu bersinar’; Kata-Nya, ‘Biarlah itu bersinar.’ Jika Kristus bersemayam di dalam hati, adalah mustahil untuk menyembunyikan terang dari hadirat-Nya.”—Thoughts from the Mount of Blessings, hal. 41. “Dorongan pertama dari hati yang dibaharui adalah membawa orang lain juga kepada Juruselamat.”—The Great Controversy, hal. 70.

Kerinduan untuk membagikan kabar baik dengan orang lain datang secara alamiah kepada setiap orang! Mungkin engkau mengingat kisah tentang penderita kusta pada masa kelaparan di Israel. Kota itu sedang dalam pengepungan, dan orang-orang kelaparan. Sekelompok orang penderita kusta memutuskan untuk menempuh bahaya keluar dari kota, berharap untuk menemukan sisa-sisa makanan. Mereka beralasan bahwa jika mereka terbunuh dalam usaha tersebut, bagaimanapun mereka akan segera mati. Namun mereka sangat terkejut, musuh telah pergi pada malam itu, meninggalkan tenda-tenda dan perbekalan mereka. Para penderita kusta itu makan dan minum dan kemudian mengambil perak dan emas dari dua tenda pertama yang mereka datangi. Dan kemudian kerinduan alamiah untuk membagikan kabar baik ini menyergap mereka! Engkau dapat membacanya dalam 2 Raja-raja 7:9. “Lalu berkatalah seorang kepada yang lain: ‘Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini adalah hari kabar baik, tetapi kita ini tinggal diam saja. Apa bila kita menanti sampai terang pagi, maka hukuman akan menimpa kita. Jadi sekarang, marilah kita pergi menghadap untuk memberitahukan hal itu ke istana raja.” Maka mereka pergi ke dalam kota untuk mengabarkan apa yang telah mereka temukan.

Walaupun faktanya bahwa kerinduan untuk membagikan datang secara alamiah, adalah mustahil untuk tidak membagikan. Jika engkau bersikeras melawan kerinduan alamiah untuk berbagi, engkau akan kehilangannya—sama seperti engkau kehilangan parkitmu jika engkau menutupnya di dalam Tupperware. “Karunia TUHAN tidak akan tinggal lama di dalam jiwa orang yang, memiliki kehormatan dan kesempatan besar, tetap diam. Orang seperti itu akan segera mengetahui bahwa dia tidak mempunyai apapun untuk diceritakan.”—Ellen G. White, Review and Herald, 22 Agustus 1899.

Yang membawa kita kepada kebenaran penting lainnya; tidak semua kita mau membagikan kabar baik itu dalam cara yang sama. Semua akan memiliki kerinduan alamiah untuk membagikan, yang mana semua akan hilang jika mereka menolak untuk melakukannya. Tetapi tidak semua akan menggunakan cara yang sama dalam berbagi dengan orang lain.

Roh Kudus memilih karunia-karunia pelayanan yang Dia limpahkan. Tidak semua dapat bekerja dengan cara yang sama, dan tidak semua orang dapat dijangkau dengan cara yang sama. Namun sebagai saksi-saksi Kristen, setiap kita akan mempunyai sesuatu untuk dibagikan tentang apa yang telah Yesus Kristus lakukan bagi kita secara pribadi. Seseorang mungkin memiliki kepribadian yang ramah dan merasa nyaman untuk mencegat orang asing di jalanan untuk menceritakan tentang Kristus kepada mereka. Orang lain mungkin lebih dapat bekerja dengan baik di antara orang-orang yang telah dikenalnya. Ministry of Healing, hal. 143, berkata, “Hanya cara Kristus saja yang akan memberikan keberhasilan sejati dalam menjangkau orang-orang. Juruselamat bergaul dengan manusia sebagai orang yang merindukan kebaikan mereka. Dia menunjukkan simpati-Nya kepada mereka, memenuhi kebutuhan mereka, dan mendapatkan keyakinan mereka. Kemudian Dia meminta mereka, ‘Ikutlah Aku.’”

Teori “bom injil” pastilah meledak! Mungkin engkau telah melihat film “The Gospel Blimp,” sebuah sindirian terhadap beberapa cara bersaksi yang digunakan oleh orang yang belum matang. Orang-orang tidak diselamatkan secara massal; mereka diselamatkan sebagai individu. Dan kesaksian pribadi tentang apa yang Yesus telah lakukan bagimu masih merupakan pendapat yang paling meyakinkan yang dapat engkau berikan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, May 18, 2005
Thesis 77 - BERSAKSI

BERSAKSI

Thesis 77

Orang yang paling berbahagia adalah orang yang paling terlibat dalam melayani orang lain. Orang yang paling menyedihkan adalah orang yang paling terlibat dalam melayani diri sendiri.

Apakah engkau berbahagia? Kita biasa menyanyikan sebuah lagu ketika masih di kelas Taman Kanak-kanak, “I’m in-right, out-right, up-right, down-right, happy all the time!” Bagaimana dengan menjadi bahagia sepanjang waktu? Tidak terlalu banyak dari kita yang mendapatkannya, bukan? Bahkan Pollyanna menemukan sebuah saat ketika kegembiraan yang tiada hentinya berakhir!

Tetapi satu hal yang pasti: kebahagiaan apapun yang telah engkau temukan dalam hidupmu telah datang sebagai hasil dari melupakan dirimu sendiri dan menjangkau untuk menolong orang lain. Orang yang paling banyak melayani dirinya sendiri adalah orang yang paling menyedihkan.

“Hanya di dalam kehidupan pelayanan saja kebahagiaan sejati ditemukan. Dia yang menghidupkan sebuah kehidupan yang tidak berguna dan mementingkan diri adalah menyedihkan.”—In Heavenly Places, hal. 229. “Orang-orang yang bekerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan mereka sendiri adalah orang yang menyedihkan. Orang-orang yang melupakan diri dalam perhatian mereka terhadap orang lain telah memantulkan kembali kepada hati mereka terang dan berkat yang mereka bagikan kepada mereka (orang lain).”—Ibid., hal. 325.

Salah satu tujuan Allah bagi umat-Nya adalah bahwa mereka berbahagia. Kadang kala para penganut agama telah luput memandang fakta itu dan berpikir bahwa orang yang mengenakan pakaian gelap dan menunjukkan ekspresi serius adalah orang yang paling dekat kepada Allah. Tetapi bukan itu masalahnya. Sementara adalah benar bahwa dibutuhkan lebih banyak hal bagi kebahagiaan dari pada gemerlap dan omong kosong yang dilukiskan oleh orang-orang periklanan, adalah juga benar bahwa orang-orang Kristen adalah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

Cerita ini berkisah tentang seorang “Kristen” yang tenang dan bermuram durja yang mencoba membagikan imannya. Dan temannya menjawab, “Saya tidak berpikir untuk menjadi orang Kristen. Bagiku kamu seperti seorang yang sakit kepala. Engkau tidak ingin menyingkirkannya dari kepalamu, tetapi bagimu menyakitkan untuk mempertahankannya!”

Pertimbangan manusia apa yang menyebabkan kita berpikir bahwa saat kita berada paling dekat dengan Allah adalah saat ketika kita harus menjadi paling serius? Pernahkah engkau melihat ke sekelilingmu selama jam perbaktian di gereja? Itu adalah acara yang dimaksudkan dan dirancang untuk perayaan karena dosa yang diampuni dan jaminan dari damai bersama Allah. Tetapi jangan coba-coba untuk tersenyum! Jika engkau melakukannya, engkau akan tersenyum sendiri!

Kadang kala saya telah mencoba untuk meyakinkan orang bahwa bukanlah sebuah dosa untuk tersenyum selama Perjamuan Kudus—tetapi saya tidak pernah benar-benar sukses. Ketika diakon membagikan roti dan anggur di sepanjang barisan bangku, suasana yang terasa lebih dekat kepada sebuah acara penguburan. Beberapa dari kita dicobai untuk tersenyum kepada wajah-wajah muram di sekeliling kita, tetapi dengan cepat kita mendapatkan kemenangan!

Acara kebaktian adalah pengalaman yang penuh dengan sukacita! Menyembah Allah adalah pengalaman yang penuh sukacita! Melayni TUHAN adalah pengalaman yang penuh sukacita! Orang-orang Kristen seharusnya menjadi orang-orang yang paling berbahagia di dunia ini—dan satu alasan utama yang benar adalah bahwa orang Kristen sejati selalu memikirkan orang lain, menjangkau orang lain, dan kehilangan pandangan pada diri sendiri.

Dan menjangkau orang lain secara pasti akan membawa berkat kepada orang yang melakukannya. “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” Markus 8:35. Memberi adalah mendapatkan. “Orang-orang yang melayani orang lain akan dilayani oleh Kepala Gembala. Mereka sendiri akan minum dari air hidup, dan akan dipuaskan. Mereka tidak akan merindukan hiburan-hiburan yang mengasyikkan, atau beberapa perubahan dalam hidup mereka. Topik yang paling menjadi perhatian utama mereka akan menjadi, bagaimana menyelamatkan jiwa-jiwa yang akan binasa.”—The Desire of Ages, hal. 641.

Apakah engkau berbahagia? Atau apakah engkau menyedihkan? Keterlibatanmu dalam memberkati orang lain membuat perbedaan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, May 17, 2005
Thesis 78 - BERSAKSI

BERSAKSI

Thesis 78

Pelayanan Kristen dalam kehidupan rohani berhubungan dengan olah raga dalam kehidupan jasmani.

Ketika pesawat Kapten Eddie Rickenbacker jatuh di Pasifik selama Perang Dunia II, orang-orang yang selamat mengapung di dalam rakit penyelamat tanpa makanan atau air selama beberapa minggu sebelum akhirnya diselamatkan. Rickenbacker dan letnannya, James Whittaker, menuliskan tentang pengalaman itu dalam buku We Thought We Heard the Angels Sing (Kami Pikir Kami Mendengar Malaikat-Malaikat Menyanyi). Salah seorang anggota kru mereka meninggal dunia selama kejadian itu, dan sisanya berdebat cukup seru apakah tubuhnya dimakan atau tidak, sebelum akhirnya mereka menguburkannya di laut.

Tetapi seandainya sebelum orang-orang ini diselamatkan, saya lewat dengan speedboat saya. Orang-orang di rakit itu menatap saya melalui mata mereka yang cekung, bertanya-tanya apakah saya hanya penampakan saja. Tetapi saya merapat ke rakit mereka dan berkata, “Kalian punya masalah. Sepertinya kalian kelihatan tidak sehat. Yang kalian butuhkan adalah lebih banyak olah raga!”

Dan mereka menjawab, “Yang engkau butuhkan adalah lebih banyak otak!”

Untuk waktu yang lama saya mendapatkan pemikiran bahwa cara untuk membuat orang tertarik kepada hal-hal rohani adalah dengan membuat mereka terlibat dalam bersaksi dan melayani dan menjangkau. Dalam sebuah jemaat baru, saya mendapatkan pertolongan super-salesman di antara keanggotaan dan mencoba untuk membuat setiap orang pergi keluar mengetuk pintu-pintu atau membagikan buku-buku atau memberikan pelajaran Alkitab.

Sekitar 5 persen dari orang-orang menanggapi dan mencoba untuk bersaksi. Tetapi itu benar-benar sebuah kekalahan. Dalam kenyataannya, hal itu menyebabkan banyak orang yang menjauh untuk menghindari perasaan bersalah karena tidak terlibat.

Adalah kebodohan untuk berusaha membuat orang berolah raga jika mereka dalam keadaan hampir mati. Itu adalah kebodohan, dan memang sia-sia, untuk mencoba membuat orang berolah raga jika mereka belum dilahirkan.

Maka saya mencoba teknik yang lain. Ketika pergi ke sebuah gereja baru, saya akan melakukan segala hal yang mungkin untuk membuat orang tertarik pada hal-hal rohani. Saya mulai dengan penekanan hubungan kita bersama Allah dan hal-hal yang berhubungan dengan iman dan penyerahan dan memenangkan. Tanggapan sungguh luar biasa—pada awalnya. Tetapi kemudian melemah dan mati sama sekali. Dan saya berpindah ke jemaat lain!

Akhirnya saya menyadari masalahnya. Adalah vital untuk mulai dengan sebuah penekanan kepada hal-hal rohani—tetapi yang harus diikuti secepatnya dengan mendorong orang-orang untuk menjadi aktif dalam pelayanan Kristen. Kita dapat memelihara hidup baru dalam Kristus hanya ketika kita membagikannya. Dan satu-satunya hal yang mencegah kebangkitan rohani menjadi memudar adalah segera mulai membagikan kabar baik bersama orang lain.

Keseimbangan ini digambarkan dalam buku Steps to Christ, hal. 80, 81: “Kekuatan datang melalui latihan; beraktifitas adalah kondisi kehidupan. Orang-orang yang berusaha keras untuk memelihara kehidupan Kristen dengan secara pasif menerima berkat-berkat yang datang dari kasih karunia, dan tidak melakukan apapun untuk Kristus, sama dengan berusaha untuk hidup dengan makan tanpa bekerja. Dan dalam kerohanian seperti dalam dunia alamiah, hal ini akan menghasilkan kemerosotan dan kerusakan. Orang yang menolak untuk melatih anggota tubuhnya akan segera kehilangan kekuatan untuk menggunakan mereka. Begitulah orang-orang Kristen yang tidak mau melatih kuasa yang Allah berikan, bukan hanya gagal untuk bertumbuh di dalam Kristus, tetapi dia kehilangan kekuatan yang telah dia miliki.”

Kristus menggunakan cara terbaik dalam bekerja bersama murid-murid-Nya. Pertama, Dia memanggil mereka untuk mengikut Dia. Baca Matius 4:19. Kemudian setelah satu kurun waktu, Dia menugaskan mereka, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”
Hanya ketika kita belajar bagaimana untuk mengikut Dia—dan untuk tetap mengikut Dia—kita bersedia untuk pergi.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, May 16, 2005
Thesis 79 - BERSAKSI

BERSAKSI

Thesis 79

Kita tidak dapat memberikan kepada orang lain apa yang diri kita tidak miliki.

Mari kita bayangkan bersama sebuah ruang pengadilan. Saksi bersumpah, setuju menyatakan “kebenaran, seluruh kebenaran, dan tidak lain selain kebenaran.” Dia duduk di tempat saksi, dan pertanyaanpun mulai.

“Dimana kamu berada pada malam terjadinya tindak kejahatan?”

“Di rumah.”

“Apa yang sedang kamu lakukan saat itu?”

“Saya sedang tidur di tempat tidur.”

“Apakah engkau melihat sesuatu yang tidak biasanya?”

“Tidak.”

“Mendengar sesuatu?”

“Tidak. Saya tertidur selama kejadian berlangsung.”

“Dan kamu ini seorang saksi?”

Pada titik ini “saksi” tersebut diusir keluar ruang pengadilan, bukan?

Ada sebuah cerita menarik di Perjanjian Lama tentang seorang saksi yang tidak memiliki apa-apa untuk diceritakan. Absalom telah berusaha untuk mengambil alih kerajaan dari tangan ayahnya, Daud. Telah terjadi sebuah peperangan, dan di tengah sengitnya pertempuran bagal Absalom melewati sebuah pohon yang cabang-cabangnya bergantung rendah, dan Absalom tergantung oleh rambutnya! Seorang laki-laki bernama Kushi adalah seorang saksi dan diperintahkan untuk pergi menceritakan kepada raja Daud apa yang telah ia lihat.

Tetapi seorang yang lain juga ingin berlari. Namanya Ahimaas. Dia pergi ke perwira yang memimpin dan berkata, “Biarlah aku berlari juga.”

Perwira itu menjawab, “Mengapa engkau ingin berlari? Engkau tidak punya berita apapun untuk dilaporkan.”

Tetapi Ahimaas bersikeras. Dan berlari juga, walaupun dia kekurangan informasi! Kenyataannya, dia berlari begitu baik sehingga dia berhasil mendahului saksi yang sebenarnya, Kushi, dan tiba lebih dahulu. Dia bersujud di hadapan raja Daud dan berkata, “Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah menyerahkan orang-orang yang menggerakkan tangannya melawan tuanku raja.” Tetapi ketika Daud menekannya untuk menceritakan lebih rinci mengenai Absalom, yang dapat dia jawab hanyalah, “Aku melihat keributan yang besar, ketika Yoab menyuruh pergi hamba raja, hambamu ini, tetapi aku tidak tahu apa itu.” 2 Samuel 18:29.

Banyak orang dalam iman Kristen telah berlari bersama Ahimaaz! Semangat mereka besar, tetapi berita yang mereka bawa kabur. Untuk menjadi saksi yang efektif, engkau harus mempunyai sesuatu untuk disaksikan! “Tanpa iman yang hidup di dalam Kristus sebagai Juruselamat pribadi adalah mustahil untuk membuat pengaruh kita terasa di dalam dunia yang penuh keragu-raguan ini. Kita tidak dapat memberikan kepada orang lain apa yang diri kita sendiri tidak miliki. Sebanding dengan kesetiaan dan pengabdian kita sendiri kepada Kristus-lah kita dapat menggunakan sebuah pengaruh untuk memberkati dan mengangkat umat manusia. Jika tidak ada pelayanan yang nyata, tidak ada kasih yang sejati, tidak ada pengalaman yang nyata, maka tidak ada kekuatan untuk menolong.”—Thoughts From The Mount of Blessings, hal. 37.

Langkah pertama dalam menjadi seorang saksi bagi Kristus adalah memiliki pengalaman bersama-Nya bagi dirimu sendiri. Tidak cukup karena telah melihat sebuah perubahan di dalam kehidupan orang-orang lain, atau telah merasakan kuasa dan kegembiraan dari Injil. Kesaksian Kristen harus selalu berdasarkan pada orang pertama. Tidak ada yang akan tertarik oleh seorang saksi bagi Kekristenan yang hanya dapat mengatakan, “Aku melihat keributan yang besar, tetapi aku tidak tahu apa itu.”

Saksi yang ditunggu-tunggu dunia hari ini adalah kesaksian yang Yesus tugaskan kepada orang yang dirasuk setan di Gerasa dan juga kepada kita sekarang ini. Dia berkata, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh TUHAN atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” Markus 5:19.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, May 15, 2005
Thesis 80 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 80

Masalah yang sebenarnya dari pencobaan adalah apakah hidup terpisah dari Kristus atau tidak.

Pernahkah engkau dicobai? Pernahkah engkau menemukan dirimu sendiri bergumul dengan pencobaan? Saya boleh menambahkan pertanyaan lain: Apakah engkau seorang manusia? Pencobaan adalah kenyataan hidup di dunia ini, bukan? Dan banyak dari kita yang telah menemukan melalui pengalaman pribadi bahwa setan itu ada, jauh sebelum kita menemukan melalui pengalaman pribadi bahwa Allah itu ada.

Sebagai seorang remaja, saya menyimpulkan bahwa masalah saya dengan pencobaan harus diatasi dan diselesaikan pada saat saya berusia dua puluh tahun. Tetapi ketika saya berusia dua puluhan, saya memutuskan bahwa perlu beberapa tahun lagi. Saya putuskan, saya akan merasakan bebas dari pencobaan pada usia tiga puluhan. Tetapi setiap dekade membawa masalah tersendiri. Saya benci untuk mengakui usia berapa yang sedang saya tuju sekarang! Kenyataan yang menyakitkan adalah bahwa kita hidup di dalam dunia pencobaan, bahwa setan itu hidup dan baik-baik saja, dan dia tidak pernah benar-benar meninggalkan seseorang sendirian. Ketekunannya hanya dapat disamakan dengan kebenciannya, dan ketika dia tidak dapat membuat seseorang berbuat dosa, dia ingin tetap tinggal untuk membuat mereka menderita. Pencobaan bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Ibrani 2:18 berkata tentang Kristus, “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”

Tetapi ketika pencobaan berakhir dengan kegagalan dan kekalahan dan dosa, penderitaan bahkan bertambah buruk. Jika saja kita dapat menemukan cara untuk menangani pencobaan, kita akan berada pada posisi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang banyak orang tanyakan. Seringkali cara yang dikemukakan untuk menghadapi pencobaan tergantung pada seberapa besar kuasa kemauan yang seseorang miliki atau tidak miliki, dan apa yang kelihatannya berhasil untuk orang-orang kuat tidak efektif bagi orang-orang lemah.

Ketika kita mulai memikirkan pelajaran ini, marilah kita mengingat kembali bahwa dosa tidak berdasar pada tingkah laku. Kita telah mempelajari fakta bahwa dosa, tunggal, adalah hidup terpisah dari Kristus, dan dosa-dosa, jamak, (perbuatan-perbuatan salah) adalah hasil dari perpisahan tersebut.

Dalam cara yang sama, kita dapat menarik perbedaan antara pencobaan, tunggal (pencobaan untuk hidup terpisah dari hubungan setiap hari bersama Kristus) dan pencobaan-pencobaan, jamak, yang berhubungan dengan tindakan-tindakan salah, atau tingkah laku yang salah.

Jika saya bergumul dengan pencobaan-pencobaan, jamak, maka apakah masalah saya yang sebenarnya? Itu adalah kekurangan saya dalam kepercayaan yang tetap di dalam TUHAN. Itulah sebabnya mengapa setan melakukan segala sesuatu yang dapat dia lakukan untuk memisahkan kita dari hubungan yang tidak berkeputusan bersama Kristus, karena di situlah kepercayaan kita di dalam TUHAN berkembang. Jika setan dapat membuat kita memilih untuk menghidupkan kehidupan secara terpisah dari Yesus Kristus, pencobaan-pencobaan (jamak), tentu akan berhasil.

“Jiwa yang mengasihi Allah, suka menarik kekuatan dari-Nya melalui persekutuan yang tetap bersama-Nya. Ketika menjadi kebiasaan bagi jiwa untuk bersatu dengan Allah, kekuatan setan dikalahkan; karena Setan tidak dapat berdiam di dekat jiwa yang ditarik dekat ke hadirat Allah.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 937.

Mari kita pakukan hal itu untuk mulai dengan, bahwa masalah yang sebenarnya dalam pencobaan adalah untuk menghidupkan kehidupan yang terpisah dari Kristus. Jika engkau menyerah kepada pencobaan untuk memulai setiap hari tanpa mengambil waktu untuk berdoa dan mempelajari Firman Allah, jika engkau menghidupkan kehidupan yang jauh dari TUHAN Yesus, maka engkau telah kalah dalam pertempuran itu. Pencobaan-pencobaan dapat dikalahkan hanya dari dalam kerangka hubungan bersama Kristus. Dan ketika kita melanjutkan untuk memikirkan bagaimana menghadapi pencobaan-pencobaan, jamak, itu harus selalu berdasarkan dari pemahaman terlebih dahulu tentang bagaimana menghadapi pencobaan, tunggal—pencobaan untuk hidup terpisah dari Allah.

Tetapi orang Kristen yang setiap hari berserah kepada Kristus dan menyediakan waktu untuk belajar mengenal Dia lebih baik dan lebih percaya kepada-Nya bukan saja masih menemukan bahwa dia masih dicobai, tetapi dia telah diserahkan kepada pencobaan. Jika hal itu benar bagimu, maka sebuah pelajaran mengenai mekanisme pencobaan bisa membawa sebuah terobosan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, May 14, 2005
Thesis 81 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 81

Pencobaan menjadi perbuatan dosa ketika kita mengizinkannya di dalam pikiran kita.

Seandainya engkau bangun pada pagi ini dan engkau memilih untuk mengunakan waktu untuk berdoa dan merenungkan kehidupan Kristus. Engkau mengundang Dia untuk mengendalikan hidupmu dan menerima karunia-karunia pertobatan dan pengampunan-Nya untuk hari yang baru itu. Engkau memaparkan rencanamu di kaki-Nya, mengundang Dia untuk menuntun jalan-jalanmu. Dan kemudian engkau melakukan tugas-tugasmu.

Tetapi sebelum petang, engkau menemukan bahwa engkau telah berbuat dosa. Engkau telah menyerah kepada salah satu pencobaan setan, dan ketika engkau melihat kembali apa yang telah terjadi, engkau menemukan dirimu bertanya, “Mengapa? Bagaimana? Kapan aku berbuat salah?”

Pikirkan sejenak, “anatomi” sebuah pencobaan.

Kita telah mempelajari fakta bahwa selama pandanganmu tetap tertuju kepada Kristus, dosa tidak memiliki kuasa atasmu. Ketika engkau memulai harimu bersama TUHAN, engkau menempatkan dirimu di bawah kendali-Nya. Selama engkau tetap dalam ketergantungan kepada-Nya, setan tidak memiliki kuasa untuk membuatmu berdosa. Kenyataannya, ketika engkau bergantung kepada Kristus, dosa akan menjadi kebencian bagimu. Karena itu setan tahu lebih baik dari pada membuang waktunya mencobaimu untuk melakukan perbuatan-perbuatan salah. Pertama-tama, bagaimanapun dia harus mengalihkan perhatianmu dari Yesus dan ketergantungan kepada-Nya. Thoughts from the Mountain of Blessings, hal. 92, berkata, “Menyerah kepada pencobaan dimulai dengan mengizinkan pikiran untuk goyah, menjadi tidak tetap dalam percayamu di dalam TUHAN.”

Kita telah mengetahui taktik setan untuk membuat pandangan kita berpaling dari Yesus. (Baca daftarnya di dalam Steps to Christ, hal. 71) Dia membuatmu menjadi tenggelam dalam kesenangan-kesenangan, kekhawatiran-kekhawatiran, kebingungan-kebingungan, kesedihan-kesedihan, dalam kesalahan-kesalahan orang lain, dalam kesalahan-kesalahanmu sendiri dan ketidaksempurnaanmu, atau dalam kegelisahanmu atas apakah engkau akan diselamatkan atau tidak. Ketika engkau berpaling dari Kristus dan mulai bergantung kepada dirimu sendiri, pertahananmu telah terpisah darimu dan kemudian setan dapat masuk dengan pencobaan-pencobaannya untuk melakukan hal-hal yang salah, yang tanpa dapat dielakkan akan engkau dapati begitu menggoda.

Perubahan perhatian dari Kristus kepada diri ini, perubahan dari tinggal dalam ketergantungan di dalam Allah kepada ketergantungan pada diri sendiri, sering kali terjadi tanpa terasa. Petunjuk pertamamu bahwa segala sesuatu telah berubah bisa muncul ketika engkau dihadapkan pada salah satu pencobaan-pencobaan musuh itu dan menemukan pencobaan itu menarik.

Edward Vick, dalam bukunya Let Me Assure You, memberikan lima langkah dalam pencobaan-pencobaan: pencobaan, pertimbangan, persetujuan, rencana, tindakan. Mari kita lihat setiap langkah.

1. Pencobaan: Setan memberikan umpannya untuk melakukan dosa. Dia tidak dapat memaksa kita; dia hanya dapat mengundang. Dicobai bukanlah dosa. Yesus juga dicobai.

2. Pertimbangan: TUHAN tidak memotong jalur pikiran kita. Kita tidak mendapatkan kemenangan terpisah dari kecerdasan kita. Bahkan Kristus-pun cukup lama mempertimbangkan pencobaan yang diberikan setan kepada-Nya sebelum dapat mengetahui masalah yang sedang terjadi. Mempertimbangkan apa yang sedang dipertaruhkan dan mengenali pencobaan bukanlah terlibat dalam dosa.

Jika engkau bergantung kepada Yesus pada waktu pencobaan, engkau akan berhenti di sini. Roh TUHAN akan meninggikan standar melawan musuh, dan engkau akan diberikan kemenangan. Namun jika engkau mengalihkan perhatianmu dari Yesus kepada dirimu dan bergantung pada kekuatanmu sendiri, engkau tidak punya pilihan selain harus melangkah ke langkah berikutnya, dimana pencobaan-pencobaan menjadi perbuatan dosa—titik persetujuan.

3. Persetujuan: Apakah persetujuan itu? Itu adalah jawaban yang berkata, “Hey! Kedengarannya hal itu menyenangkan!” Tidak perlu harus, “Ya, aku akan melakukannya!” Karena dosa dimulai sebelum tindakan dimulai. Yesus berkata dalam Matius 5 bahwa jika engkau marah, engkau bersalah karena membunuh, dan jika engkau bernafsu, engkau bersalah karena berzinah. Tidak perlu untuk melangkah lebih jauh dari pada langkah ke-3 untuk bersalah di hadapan Allah karena melakukan dosa. “Kelaziman dari hasrat berbuat dosa menunjukkan angan-angan jiwa.”—Thoughts From the Mount of Blessings, hal. 92.

4. Rencana: Tergantung dari sifat alamiah pencobaan itu, langkah ini bisa saja singkat atau cukup rumit. Kadang kala orang yang berkemauan kuat, yang dengan kegigihan dan ketekunan dapat bertahan agar tidak melangkah ke langkah ke-5, masih akan menghabiskan waktu di sini karena adalah hal yang menyenangkan untuk membuat rencana! Orang yang lemah akan berencana, dan kemudian menjalankan rencananya.

5. Tindakan: Akhirnya, rencana itu menjadi aksi, setidaknya bagi orang yang lemah. Tetapi perhatikan bahwa ini bukan langkah yang menentukan apakah seseorang telah berdosa atau tidak. Dosa dimulai pada langkah ke-3, ketika persetujuan diberikan.

Kabar baiknya adalah bahwa pada setiap titik di sepanjang lima langkah ini, engkau dapat mengetahui keadaan bahayamu dan berbalik kepada Kristus untuk mendapatkan pertobatan dan pengampunan. Dia selalu mau menerima kita, tidak masalah kapanpun kita datang kepada-Nya. Selama kita tetap mencari sebuah hubungan dan persekutuan bersama-Nya setiap hari, Dia akan membawa kita ke titik dimana kita akan bergantung kepada-Nya setiap saat, tidak hanya sementara. Ketika saat itu tiba, musuh itu akan membawa pencobaan-pencobaannya kepada kita dalam kesia-siaan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, May 13, 2005
Thesis 82 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 82

Yesus dicobai untuk melakukan yang benar, tetapi dalam kuasa diri-Nya sendiri, dan begitu juga kita.

Pernahkah engkau dicobai untuk mengubah batu menjadi roti? Saya telah bergumul dengan banyak pencobaan, tetapi tidak pernah yang seperti ini! Mengapa? Karena setan tahu saya akan membuang-buang waktunya. Saya tidak dapat melakukannya bahkan walau saya menginginkannya.

Adakah yang salah dengan mengubah batu menjadi roti? Adakah yang salah dengan menjadi lapar ketika engkau tidak makan selama enam minggu? Yesus, yang kemudian dalam pelayanan-Nya, di bawah tuntunan Bapa-Nya, melipatgandakan roti dan ikan dengan kekuatan supranatural dan memberi makan orang-orang yang hanya belum makan sejak sarapan pagi! Setan tidak mencobai Kristus untuk mengubah batu menjadi biskuit coklat atau es krim. Dia mencobai Yesus untuk mengubah batu menjadi roti—dan itu kedengarannya sebuah hal yang cukup baik untuk dilakukan ketika engkau tidak makan selama empat puluh hari, siang dan malam.

Semua pencobaan yang setan munculkan untuk mengalihkan Yesus dari misi-Nya mempunyai satu sebutan yang sama. Setiap pencobaan dirancang untuk membuat Yesus berhenti bergantung kepada kuasa Bapa-Nya dan menggunakan kuasa yang Dia bawa sejak lahir.

Dosa menjijikkan bagi Yesus. Ibrani 1:8,9 mengatakannya dalam begitu banyak kata-kata, Dia “mencintai keadilan dan membenci kefasikan.” Maka setan tidak akan mampu untuk menarik Dia dengan pencobaan untuk melakukan hal-hal yang salah. Kemungkinan yang dimilikinya hanyalah mencoba untuk membuat-Nya melakukan apa yang benar—namun dalam kuasa diri-Nya sendiri.

Kita akan melihat pada sifat alamiah Kristus lebih rinci dalam thesis 90 sampai 94. Namun untuk mengerti pelajaran tentang pencobaan, sedikitnya kita membutuhkan ini: Yesus tidak dicobai untuk melakukan hal-hal yang salah. Dia dicobai untuk melakukan hal-hal yang benar, namun melakukannya dalam kuasa diri-Nya sendiri—dan kita dicobai dengan hal yang sama.

Wahyu 3:14-22 mencatat pekabaran bagi jemaat Laodikea. Laodikea tidak kurang dalam perbuatan, tetapi sebuah hubungan bersama Yesus telah hilang. Yesus digambarkan berdiri di luar, mengetuk agar diizinkan masuk. Jemaat Laodikea perlu bertobat karena dosanya (tunggal)—bukan dosa-dosanya (jamak). Dia telah menghidupkan kehidupan tanpa cela terpisah dari Kristus. Dia telah melupakan bahwa “bagi Allah penampilan luar ditimbang tidak ada beratnya. Penampilan luar agama, tanpa kasih Allah di dalam jiwa, sama sekali tidak berharga.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 958. Jemaat Laodikea dipenuhi oleh orang-orang kuat yang tidak merasakan kebutuhan akan seorang Juruselamat.

Tetapi ada kabar baik bagi Laodikea, dalam ayat 21—sebuah janji kepada orang yang menang. Dan cara untuk menang? Kita dapat menang dalam cara yang sama Kristus telah menang. Sebagaimana Kristus bergantung kepada kuasa yang di atas-Nya, dari pada kuasa yang berasal dari dalam-Nya, begitu juga kita.

Setan akan mencoba mengalahkan kita dalam cara yang sama dia mencoba untuk mengalahkan Kristus. Dan, sebagaimana yang kita sadari secara menyakitkan, dia sering berhasil dalam mengalihkan perhatian kita dari Juruselamat. Dia tidak datang kepada kita dan meminta jika kita mau tertarik untuk melakukan dosa yang mengerikan. Dia hanya mencoba untuk mengisi hari-hari dan jam-jam kita dengan banyak hal, hal-hal yang baik itu sendiri, yang mengalihkan perhatian kita dari Yesus. Dia berusaha membuat kita terlalu sibuk untuk meluangkan waktu dalam persekutuan dan hubungan bersama Kristus. Dia bahkan tidak peduli jika kita sibuk bekerja demi gereja, selama kita terlalu sibuk untuk Yesus Kristus. Itulah dasarnya. Dia tidak khawatir tentang hal-hal “baik” yang kita kerjakan, selama kita mengerjakannya dalam kekuatan diri kita sendiri.

Tetapi kita telah diamarkan tentang bahaya tersebut. Yesus bukan hanya datang untuk mati bagi kita, Dia datang untuk menunjukkan kepada kita bagaimana caranya hidup. Dia datang untuk menunjukkan kepada kita bagaimana melawan pencobaan musuh itu untuk menarik kita menjauh dari hubungan kita bersama Allah dan bergantung kepada diri kita sendiri. Ketika kita mengerti masalah-masalah yang terlibat dalam dosa dan pencobaan, kita akan mengetahui dimana kekuatan kita terletak. Di saat kita menolak untuk memisahkan diri kita dari ketergantungan kepada Kristus, bahkan untuk alasan-alasan yang “baik”, kita akan menjadi pemenang-pemenang melalui kuasa Allah.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, May 12, 2005
Thesis 83 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 83

Allah mengetahui bagaimana melepaskan orang saleh dari pencobaan, tetapi tidak bagi orang yang tidak beriman.

Selama beberapa tahun saya telah menggembalakan gereja-gereja sekolah. Mengajar satu kelas di perguruan tinggi setiap semester telah menolong saya untuk tetap berhubungan dengan para mahasiswa. Dan hal itu tetap mengingatkan saya tentang kebodohan dari sistem penilaian! Para mahasiswa belajar sejak awal bagaimana caranya untuk menghindari mata kuliah yang seharusnya mereka hadiri! Mereka mencoba menganalisa dosen dan teknik-tekniknya. Mereka bolos pada kebanyakan jam kuliah di sepanjang semester dan kemudian mencoba memaksakan diri secukupnya pada pertemuan-pertemuan terakhir agar dapat berhasil dengan sebuah nilai kelulusan minimal.

Para mahasiswa saya mencoba untuk memperdaya usaha-usaha saya untuk mengajarkan sesuatu kepada mereka, maka sayapun mulai berusaha untuk memperdaya mereka! Dalam prosesnya saya muncul dengan ide “nilai kontrak”. Saya menjamin setiap mahasiswa yang mau menghadiri kelas saya secara teratur dan setia mengerjakan tugas-tugas setiap hari akan mendapat nilai lulus minimal—tidak masalah betapa buruk hasil kerjanya pada saat kuis dan ujian!

Tetapi janji saya tetap teguh. Orang yang mengerjakan tugasnya dengan setia hari demi hari akan selamat pada saat ujian!

Allah telah berjanji akan melepaskan orang saleh dari pencobaan. Engkau dapat membacanya dalam 2 Petrus 2:9. “TUHAN tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan.”

Namun siapakah “orang saleh” itu? Pernahkah engkau mendengar ide bahwa jika engkau “orang saleh”, engkau tidak akan membutuhkan pertolongan apapun untuk menghadapi pencobaan? Mazmur 1:6 berkata, “TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” Jadi orang saleh adalah orang benar—orang yang tidak beriman adalah orang fasik. Orang-orang yang saleh, atau benar, adalah orang-orang yang tidak bergantung pada diri mereka sendiri, atau kebenaran mereka sendiri, tetapi pada kebenaran Kristus. Ini adalah orang-orang yang TUHAN tahu bagaimana melepaskannya dari pencobaan. Orang-orang yang fasik, atau jahat, adalah orang-orang yang bergantung kepada kebenaran dan kekuatan mereka sendiri. Tetapi mereka tidak mempunyai apa-apa! Bahkan TUHAN-pun tidak mampu melepaskan orang-orang yang berkeras mempercayai diri mereka sendiri dari pencobaan.

Apakah aman untuk mengatakan bahwa Allah tidak mampu melepaskan orang-orang fasik dari pencobaan? Berapa seringkah engkau telah dikalahkan dalam usaha-usahamu untuk menghidupkan kehidupan Kristen karena, dalam sebuah krisis, engkau berusaha mengandalkan kekuatan cadangan yang tidak engkau miliki? Itu seperti berusaha lulus ujian tanpa melakukan persiapan. Atau menulis sebuah check ketika engkau sama sekali tidak punya uang di bank untuk membayarnya.

The Ministry of Healing, hal. 510, mengatakan kepada kita bahwa “ketika kita mengizinkan persekutuan kita bersama Allah untuk terputus, pertahanan kita terpisah dari kita. Semua tujuan-tujuan dan niat-niat baikmu tidak akan dapat membuatmu mampu bertahan terhadap kejahatan. Engkau harus menjadi pria dan wanita yang mengandalkan doa.”

Ketika engkau mencari TUHAN hari demi hari dan diubahkan oleh memandang-Nya, engkau belajar tentang kesia-siaan dari bergantung pada kekuatanmu yang rapuh. Ketika engkau berhenti berusaha melawan dosa dan setan oleh dirimu sendiri, maka Allah akhirnya mampu membawa kelepasan. Dia memiliki segala kuasa di surga dan di bumi, dan ketika engkau bergantung pada kuasa-Nya, kemenangan dipastikan.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Wednesday, May 11, 2005
Thesis 84 - PENCOBAAN

PENCOBAAN

Thesis 84

Pencobaan tidak dikalahkan pada saat pencobaan, tetapi selalu sebelumnya.

Suatu hari saya mendengar seorang pengkhotbah di mimbar memberikan beberapa contoh tentang bagaimana menurutnya kita harus mengalahkan pencobaan. “Misalkan engkau mempunyai masalah dengan alkohol,” katanya. “Engkau pergi ke toko minuman keras dan membeli sebotol anggur. Engkau kembali ke mobilmu, buka tutup botol itu, dan dekatkan ke bibirmu. Tiba-tiba, engkau menyadari bahwa engkau sedang dicobai!”

Ya, saya kira juga demikian!

Namun dia melanjutkan. “Misalkan engkau mempunyai masalah dengan obat-obatan terlarang, dan engkau menghubungi pengedarnya dan membeli paket obat yang paling kuat. Engkau kembali ke apartemenmu, mengeluarkan alat suntikmu, memanaskan campurannya, dan ketika engkau sedang bersiap-siap untuk menusukkan jarum ke lenganmu, engkau menyadari bahwa engkau sedang dicobai. Apa yang engkau lakukan?”

Mungkin masalah-masalah terbesar kita dengan pencobaan adalah kita menunggu hingga waktu yang yang digambarkan pengkhotbah ini muncul dan kemudian berusaha untuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Namun itu sudah terlambat! Jika dosa dimulai dari pikiran, dalam membiarkan kepercayaan dan ketergantungan kita kepada Kristus terputus, kemudian pencobaan dihadirkan dan kita menyerah jauh sebelumnya. Jika dosa bukanlah sekedar perbuatan-perbuatan salah, tetapi pikiran-pikiran dan rencana-rencana dan keinginan-keinginan yang salah juga (sebagaimana yang telah kita ketahui pada beberapa thesis sebelumnya), maka pencobaan-pencobaan telah berhasil bahkan sebelum perjalanan menuju ke toko minuman keras atau ke pengedar narkoba. Pencobaan telah menjadi dosa pada titik persetujuan di dalam pikiran. Perencanaan dan tindakan yang mengikuti dosa, hanyalah sekedar hasil yang tidak dapat dielakkan dari dosa yang telah terjadi.

Thoughts From the Mount of Blessing, hal. 60, mengatakan kepada kita: “Masa pencobaan, yang mana, bisa saja, membuat seseorang jatuh ke dalam dosa yang menyedihkan, tidak menciptakan kejahatan yang dinyatakannya, tetapi hanya mengembangkan atau menunjukkan apa yang tersembunyi dan terpendam di dalam hati. Ketika seorang manusia ‘membuat perhitungan di dalam dirinya sendiri, demikianlah dia;’ karena apa yang keluar dari hati ‘adalah pancaran kehidupan.’ Amsal 23:7; 4:23.”

Jika engkau menemukan dirimu jatuh dalam ujian kalkulus, masalah yang sebenarnya terjadi ketika engkau gagal mempelajari daftar perkalian atau lalai mengerjakan tugas harianmu. Jika engkau menemukan tanpa terduga adanya penarikan check lebih dari pada uang yang ada di dalam rekeningmu pada sebuah bank, masalah yang sebenarnya terjadi ketika engkau tidak menuliskan check yang engkau kirimkan dengan benar atau tidak menambahkan atau mengurangi dengan benar. Jika engkau menemukan dirimu tenggelam di dasar kolam renang, masalah yang sebenarnya adalah bahwa engkau belum belajar bagaimana caranya tetap mengapung di dasar yang dangkal dulu.

Orang-orang kuat telah menggunakan berbagai jenis teknik untuk mencoba mengalahkan dosa pada saat pencobaan. Orang-orang lemah mencoba teknik yang sama dan menemukan bahwa mereka mendapatkan hasil yang tidak berbeda. Masalahnya bukanlah menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan atau doa untuk didoakan atau lagu untuk dinyanyikan pada saat pencobaan. Masalahnya adalah menemukan Sumber kuasa, sehingga ketika pencobaan datang, Roh TUHAN meninggikan sebuah standar di pihakmu untuk melawan sang musuh.

Setiap cara yang mencoba untuk memaksakan tingkah laku yang benar pada saat pencobaan akan memusatkan perhatianmu pada dirimu sendiri, dan itu adalah jalan buntu. Satu-satunya jalan setiap orang dapat mengalahkan dosa dan setan adalah dengan memandang kepada Yesus—bukan diri. Bahkan orang-orang yang kuat telah menemukan bahwa ketika mereka terpisah dari Kristus, yang bisa mereka harap untuk kendalikan hanyalah tindakan luar semata. Mereka tidak bisa mengubah hasrat hati mereka.

Ketika Yesus datang kepada murid-murid-Nya di Taman dan menemukan mereka tertidur, Dia berkata kepada mereka, “Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Lukas 22:46. Apakah mereka sedang dicobai pada saat itu? Yah, mereka dicobai untuk tertidur. Tetapi hal itu telah menempatkan mereka pada kekalahan ketika pencobaan-pencobaan datang, adalah fakta bahwa mereka menyerah kepada pencobaan untuk melalaikan kuasa dari surga. Dan karena kelalaian mereka, ketika krisis datang, mereka semua meninggalkan Dia dan lari.

Ibrani 4:6 mengatakan kepada kita untuk “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menemukan rahmat dan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya.” Terlalu sering kita telah membaca dari pada kita datang dengan berani menghampiri takhta kasih karunia pada waktunya. Adalah benar bahwa Yesus selalu menerima kita kapanpun kita kembali kepada-Nya, namun hanya dengan mencari rahmat-Nya pada takhta kasih karunia sekarang kita akan memiliki kasih karunia untuk pertolongan ketika masa kesukaran itu tiba. Dia selalu menawarkan pengampunan dari dosa—tetapi jika kita dilepaskan dari dosa, itu adalah karena kita telah datang kepada-Nya untuk mendapatkan kuasa-Nya sebelum masa pencobaan tiba. Kita mendapatkan kemenangan oleh belajar untuk tinggal di dalam Dia setiap hari, dan setiap saat.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, May 10, 2005
Thesis 85 - KEMENANGAN

KEMENANGAN

Thesis 85

Kemenangan bukanlah sesuatu yang kita capai. Itu adalah sesuatu yang kita terima.

Satu tema yang berlaku di seluruh pekabaran kepada tujuh jemaat dalam Wahyu 1-3. Kemenangan. Sebuah janji istimewa yang diberikan kepada setiap jemaat, sebuah janji kepada orang-orang yang menang. Kepada jemaat Efesus: “Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.” Wahyu 2:7. Kepada jemaat Smirna: “Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.” Ayat 11. Kepada jemaat Pergamus: “Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.” Ayat 17.

Tiatira: “Barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kepada kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk—sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku—dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.” Ayat 26, 27. Kepada jemaat Sardis: “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-malaikat-Nya.” Wahyu 3:5.

Kepada jemaat Filadelfia: “Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari surga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.” Ayat 12.

Dan akhirnya kepada jemaat Laodikea: “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” Ayat 21.

Kedengarannya menjadi pemenang adalah cukup penting, bukan? TUHAN tentu memberikan upah yang besar kepada orang-orang yang menang: untuk dapat makan dari pohon kehidupan, dari manna yang tersembunyi, menerima nama baru, berkuasa atas bangsa-bangsa, memakai pakaian putih, menjadi tiang di dalam Bait Suci Allah, dan duduk bersama-sama dengan Kristus di atas takhta-Nya.

Kadang kala orang-orang mendapat ide ketika saya berkata bahwa kemenangan adalah karunia, sehingga bagaimanapun juga hal itu tidak begitu penting. Tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran. Keselamatan adalah karunia—apakah keselamatan itu penting? Iman adalah karunia—apakah iman itu penting? Pertobatan adalah karunia—apakah pertobatan itu penting? Tujuan TUHAN bagi kita adalah kemenangan—dan bahkan lebih dari kemenangan. Dia ingin “kita lebih dari pada orang-orang yang menang.” Roma 8:37.

Ketika TUHAN berbicara tentang mendapatkan kemenangan, dan bahkan “lebih” dari pada kemenangan, kemenangan apakah yang sedang Dia gambarkan? Apakah kemenangan atas dosa? Bukan. Itu adalah kemenangan atas suatu yang lebih sulit dikendalikan. Thoughts From the Mount of Blessing, hal. 141: “ Kehidupan orang Kristen adalah sebuah pertempuran dan sebuah gerak maju. Tetapi kemenangan yang hendak didapatkan tidak dimenangkan oleh kuasa manusia. Medan tempurnya berada di dalam hati. Peperangan yang harus kita hadapi—peperangan terbesar yang pernah dihadapi manusia—adalah penyerahan diri kepada kehendak Allah, penyerahan hati kepada kedaulatan kasih.”

Mengetahui ini adalah penyerahan diri, menyerah pada diri kita dan memberikan TUHAN kendali, itulah masalahnya—bukan menyerahkan hal-hal yang salah.

Itu mungkin adalah satu-satunya pertempuran di alam semesta ini dimana kemenangan terletak pada penyerahan! Dan karena itu benar, maka tanpa dapat dibantah lagi bahwa kemenangan adalah sebuah karunia, karena penyerahan adalah sebuah karunia. “Kita tidak dapat, melalui diri kita sendiri, menaklukkan hasrat-hasrat dan kebiasaan-kebiasaan jahat berusaha keras untuk menguasai. Kita tidak dapat mengalahkan musuh yang kuat itu yang menggenggam kita dalam cengkramannya. Hanya TUHAN saja yang dapat memberikan kita kemenangan.”—Ibid, hal. 142.

Kita telah mengetahui cara untuk mendapatkan kemenangan yang diberikan TUHAN melalui pekabaran kepada jemaat Laodikea. “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun juga telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (penekanan ditambahkan) Bagaimana Yesus telah menang? Melalui ketergantungan kepada kuasa Bapa-Nya dan melalui hubungan bersama Bapa-Nya—bukan melalui melawan kejahatan dengan kekuatan-Nya sendiri, walaupun Dia memiliki kuasa, yang tidak kita miliki. Melalui kepercayaan pada kuasa dan kekuatan Bapa-Nya, Yesus menang. Dan melalui percaya di dalam Dia, melalui iman di dalam Dia, kita juga akan mendapatkan kemenangan. “Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” 1 Yohanes 5:4.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, May 09, 2005
Thesis 86 - KEMENANGAN

KEMENANGAN

Thesis 86

Dalam peperangan Kristen kita aktif kepada peperangan iman dan pasif kepada peperangan melawan dosa.

Berbagai program gerak badan membanjiri pasaran saat ini. Gerak badan menjadi sangat populer sehingga beberapa orang secara serius merusak tubuh mereka karena melakukannya secara berlebihan. Tetapi saya mempunyai sebuah latihan yang saya inginkan agar engkau coba untuk kesehatan rohanimu. Sebuah latihan yang akan membuatmu kuat untuk mendapatkan kemenangan! Apakah engkau bersedia? Saya ingin engkau berdiri tenang dan melangkah maju pada saat yang bersamaan!

TUHAN memberikan latihan ini kepada bangsa Israel pada awal perjalanan mereka ke Tanah Perjanjian. Engkau dapat membacanya dalam Keluaran 14:13-15. Mereka berada di tepi Laut Merah, dikurung oleh pegunungan pada kedua sisinya, dan musuh datang dengan cepat dari belakang. Tepat sebelum mereka benar-benar panik seluruhnya, TUHAN memberikan perintah kepada Musa. “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu dan kamu akan diam saja.” Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.”

Di sinilah engkau mendapatkannya, Alkitab mendukung program gerak badan! Berdiri tenang dan maju jalan. Cukup begitu saja.

Apakah mungkin berdiri tenang dan bergerak maju pada saat yang bersamaan? Mungkin engkau telah melakukannya sebelumnya! Pernahkah engkau berdiri di sebuah bus atau kereta api atau pesawat terbang, sementara dia bergerak maju? Apakah engkau berdiri tenang? Kebanyakan orang menyadari kesia-siaan berlari-lari di sepanjang lorong pesawat atau kereta api atau bus ketika benda itu sedang bergerak. Bukan hanya itu adalah usaha yang sia-sia, tetapi engkau sepertinya akan kehilangan keseimbangan dan jatuh! Maka engkau hanya berdiri tenang. Namun pada saat yang bersamaan engkau bergerak maju—dan bukan hanya itu, tetapi engkau bergerak maju dalam kecepatan yang jauh lebih besar dari pada jika engkau keluar dari kendaraan itu dan mencoba untuk berlari dengan kekuatanmu sendiri.

Bagaimana bangsa Israel berdiri tenang dan bergerak maju pada saat yang bersamaan? Mereka berdiri tenang sehubungan dengan memerangi musuh—tetapi mereka bergerak maju di dalam iman! Itulah perbedaan antara peperangan iman dan peperangan melawan dosa. TUHAN mengundang kita untuk terlibat dalam peperangan iman. Dia mengamarkan kita agar tidak terlibat dalam peperangan melawan dosa.

Peperangan iman adalah pergumulan untuk menyediakan waktu bersama Allah setiap hari untuk berdoa dan mempelajari kehidupan Kristus, untuk berkomunikasi dengan-Nya. Peperangan melawan dosa adalah pergumulan untuk mengalahkan pencobaan-pencobaan dan perbuatan dosa, peperangan melawan setan dan kekuatannya. Jika kita mencoba berperang melawan dosa, kita telah dikalahkan sejak awalnya. Efesus 6:12 mengatakan kepada kita bahwa “perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Jika yang kita perangi bukanlah darah dan daging, bagaimanakah kita dapat berperang? Bagaimana engkau memerangi sebuah roh? Hanya satu cara. Engkau harus menggunakan pertolongan Roh yang lain untuk berperang bagimu.

Dan inilah yang telah Allah janjikan untuk dilakukan bagi kita. “Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi Anak Allah berperang dalam peperangannya untuk dia dan menempatkannya pada daerah yang menguntungkan oleh memberikannya perlengkapan-perlengkapan-Nya yang hebat.”—Ellen G. White, Review and Herald, 8 Februari 1898.

Adalah benar bahwa Paulus mengatakan kepada kita untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah—yang mana kelihatannya akan ada sebuah pertempuran! Tetapi apa bila engkau melihat persenjataan yang digambarkan dalam Efesus 6:11-18, itu adalah persenjataan untuk peperangan berdiri tenang. Kenyataannya, itulah yang dikatannya berulang-ulang. “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis.” Ayat 11. “Ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah…supaya kamu dapat…tetap berdiri.” Ayat 13. “Jadi berdirilah tegap.” Ayat 14. Perhatikan bahwa setiap jenis persenjataan Allah yang harus kita kenakan berhubungan dengan sebuah hubungan yang setia bersama Allah, atau peperangan iman. Itu untuk pertahanan—bukan persenjataan untuk menyerang. Berbagai macam senjata yang melambangkan kebenaran, keadilan, injil damai, iman, keselamatan, doa, dan Firman Allah. Orang yang dilengkapi akan menjadi siap untuk berdiri tenang dalam berusaha memerangi musuh—tetapi bergerak maju dalam sebuah hubungan iman dan percaya di dalam TUHAN.

Jangan mencoba bergerak maju kecuali engkau sedang berdiri tenang—engkau pasti jatuh! Jangan mencoba untuk berdiri tenang tanpa bergerak maju—atau engkau hanya memiliki sebuah agama yang pasif yang akan segera menjadi basi. Berdiri tenang dan bergerak maju. Hanya itulah jalan menuju kemenangan!

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, April 30, 2005
Thesis 87 - KEMENANGAN

KEMENANGAN

Thesis 87

Kemenangan yang nyata mendapatkan kemenangan atas usaha untuk menang.

Yosafat baru saja menerima kabar bahwa musuh sedang datang. Dari pada mengundang dewan perang dan memerintahkan pasukannya segera bersiap-siap untuk serangan besar, dia melakukan hal yang sangat menarik. Engkau dapat membacanya dalam 2 Tawarikh 20. Dia mengadakan sebuah kumpulan doa.

Pada kumpulan doa itu, seorang laki-laki berdiri, dituntun oleh Roh Allah, dan menyarankan sebuah rencana. Dia mengatakan kepada rakyat bahwa mereka akan pergi keluar untuk menghadapi musuh, tetapi mereka tidak perlu berperang, karena TUHAN akan berperang untuk mereka. Maka pada pagi-pagi sekali di hari berikutnya, mereka berkumpul untuk pergi menemui musuh, dan setelah sebuah diskusi singkat, mereka memutuskan untuk mengirimkan paduan suara di barisan paling depan pasukan mereka untuk menyanyikan pujian kepada Allah pada perjalanan menuju medan tempur.

Bagaimana perasaanmu jika engkau salah seorang anggota paduan suara tersebut? Itu akan menjadi sebuah kemenangan yang nyata untuk mendapatkan kemenangan atas usaha untuk menang, bukan? Dapatkah engkau membayangkan seseorang pada bagian bass menggantungkan ketapel di bawah jubah paduan suaranya?

Jika engkau berada di sana pada hari itu, akan membutuhkan iman yang jauh lebih besar untuk meninggalkan ketapel itu di rumah dan pergi dalam nama TUHAN, menyanyikan lagu pujian kepada-Nya, bukan? Namun bagaimanapun rakyat melaksanakan apa yang Yosafat telah perintahkan, dan TUHAN memenangkan sebuah kemenangan besar untuk mereka pada hari itu.

Dalam kehidupan rohani, juga, kemenangan selalu dimenangkan oleh memandang kepada Yesus dan bergantung kepada kuasa-Nya. Itu tidak pernah dimenangkan oleh mencoba untuk melawan dosa dan setan. Itu tidak pernah dimenangkan oleh mencoba untuk “menolong” Allah, mengizinkan-Nya untuk melakukan sebagian dari pekerjaan itu sementara kita memberikan tembakan kepada musuh dari samping. Kemenangan adalah departemen Allah. Kita dapat bekerja sama dengan-Nya hanya melalui mencari sebuah hubungan setiap hari bersama-Nya, dan kemudian mengizinkan Dia memerangi musuh untuk kita.

Mungkin engkau telah mencoba trik anak sekolah yang mencoba menyeimbangkan sapu pada tanganmu. Jika engkau melihat pada tanganmu, engkau dalam kesulitan. Namun jika engkau berkonsentrasi pada sapu dan melihat ke atas, tiba-tiba hal itu menjadi mudah.

Ketika kita melihat kepada diri kita, tanpa terelakkan kita kehilangan kemenangan—tetapi ketika kita melihat pada Yesus, kemenangan datang sebagai hasilnya. Bagaimana sebuah puisi berkata? “Aku memandang Kristus, dan merpati damai terbang ke dalam. Aku memandang kepada merpati itu, dan dia terbang menjauh kembali.”

Kebanyakan dari kita telah kehilangan kemenangan, bukan karena kita tidak berusaha cukup keras untuk mendapatkan kemenangan itu, tetapi karena kita berusaha terlalu keras. Kita telah mengusahakan kemenangan itu sendiri, dan dalam setiap proses kita kehilangan apa yang kita harap untuk dapatkan.

Dalam kehidupan Kristen yang bertumbuh, adalah mungkin setiap hari untuk berusaha mendapatkan kemenangan—dan kehilangannya; atau memandang kepada Kristus dari pada berusaha mendapatkan kemenangan—dan mendapatkannya.

Kemenangan sama seperti penyerahan, karena itu berdasarkan pada penyerahan. Itu adalah semua atau tidak sama sekali. Tidak ada yang namanya kemenangan parsial (sebagian-sebagian).

Kita bisa mengilustrasikan kebenaran ini dengan menggunakan sebuah “seismograf dosa”.


Pertama-tama perhatikan pada sebelah kiri. Ini adalah cara yang kita telah sering usahakan untuk mendapatkan kemenangan. Misalkan pada awal kehidupan Kristen saya, saya memiliki temperamen buruk. Tetapi saya mulai berusaha untuk mendapatkan kemenangan, dan setelah beberapa saat, emosi saya yang meledak-ledak hanya berada pada skala 9. Setelah beberapa tahun menjadi Kristen, emosi saya hanya berada pada skala 6. Setelah beberapa tahun lagi bersuaha, jarumnya hanya berada di angka 3. Dan tepat sebelum saya meninggal, saya memasuki hari yang baik, dan jarum itu bahkan sama sekali tidak bergerak. Itu bukan kemenangan!

Namun, perhatikan ilustrasi pada sebelah kanan. Itu hanya mempunyai dua angka, 0 dan 10. Kapan saja saya bergantung kepada diri saya dari pada Kristus, apakah saya telah menjadi orang Kristen selama satu hari atau seumur hidup, jarum itu akan langsung melonjak ke angka 10, setiap saat. Kapan saja saya bergantung kepada Kristus dari pada diri saya sendiri, walaupun itu adalah hari pertama dalam kehidupan Kristen saya atau hari terakhir, jarum tersebut tidak akan bergerak dari nol.

Tujuan Allah bagi kita adalah agar kita belajar untuk bergantung kepada-Nya sepanjang waktu. Itu adalah mungkin bagi kita, sebagaimana itu mungkin bagi Kristus. The Desire of Ages, hal. 679, berkata, “Dia tahu bahwa kehidupan dari murid-murid-Nya yang penuh kepercayaan akan menjadi seperti kehidupan-Nya, sebuah rangkaian dari kemenangan-kemenangan yang tidak berkeputusan, tidak terlihat seperti sekarang ini, tetapi diketahui saat kemuliaan yang akan datang.”

Apa yang membawa kemenangan-kemenangan yang tidak berkeputusan? Menjadi murid yang penuh kepercayaan. Dan hanya ketika kita belajar mengenal Dia, kita dapat mempercayai Dia sepanjang waktu. Ketika kita percaya di dalam Dia dan memandang pada-Nya, kemenangan dijamin.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, May 08, 2005
Thesis 88 - KESEMPURNAAN

KESEMPURNAAN

Thesis 88

Kesempurnaan tabiat bukanlah pekerjaan kita. Itu adalah pekerjaan Allah di dalam kita.

Pernahkah engkau membeli sebuah mobil baru? Ingatkah bagaimana rasanya ketika engkau mengemudikannya menuju rumah untuk pertama kali, dengan eksteriornya yang berkilau dan kain pelapisnya yang tanpa noda? Bagaimana perasaanmu ketika pertama kali seseorang membuat penyok fender mobilmu atau salah seorang anakmu menumpahkan susu di bangku belakang?

Ada sebuah pendorong yang tetap terpasang untuk kesempurnaan di dalam diri setiap manusia. Kita menginginkan kesempurnaan, dan kita merasa kecewa ketika sesuatu yang “sempurna” dirusak. Kita tidak mau membayar harga penuh untuk barang yang rusak. Kita belajar bahkan sebagai anak-anak bahwa begitu sebuah benda rusak, kenikmatannyapun musnah. Orang tua kita mendesak kita untuk menjaga barang-barang kita, untuk menjauhkan selama mungkin hari ketika barang-barang tersebut tidak lagi berharga bagi kita.

Kita berusaha untuk menjaga kesempurnaan jasmani. Orang tua bersukacita atas kesempurnaan anak mereka yang baru lahir dan bersedih karena setiap luka secara fisik atau emosional. Kita melakukan yang terbaik untuk dapat menutupi bukti-bukti penuaan pada diri kita dan mengeluh karena keriput-keriput di wajah, kulit yang mengendur, rambut yang menipis, dan kehilangan kegesitan. Kita merindukan saat pemuliaan ketika prosesnya akan berjalan terbalik dan kita akan hidup dalam tubuh yang sempurna.

Kesempurnaan penting bagi kita semua—dan itu juga penting bagi Allah. Dia telah menjanjikan kita masa muda yang kekal, tanpa penyakit dan rasa sakit, karena kita akan hidup selamanya dalam kesehatan dan kecantikan yang sempurna. Dia telah memberitahukan tentang rumah kita yang di surga, sempurna hingga hal yang terkecil—bahkan bunga-bunga di sana sempurna dan tidak akan pernah layu. Kita dijanjikan kebahagiaan yang sempurna, karena Dia mengatakan kepada kita bahwa di sana tidak akan ada lagi air mata atau kesedihan atau tangisan.

Tetapi kita tidak harus menunggu hingga tiba di surga untuk satu jenis kesempurnaan. Allah juga telah menjanjikan kesempurnaan tabiat—dan itu dikembangkan sekarang. Allah telah menjanjikan kesempurnaan, menuntut kesempurnaan. Adalah kemauan-Nya bagi kita untuk menjadi sempurna!

Allah berkata kepada Abraham, “Hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” Kejadian 17:1. Yesus berkata kepada para pengikut-Nya, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5:48. Paulus menulis, “Sebab itu marilah kita… beralih kepada perkembangannya yang penuh.” Ibrani 6:1.

Kesempurnaan itu penting; kesempurnaan itu mungkin; kesempurnaan itu perlu bagi orang Kristen. Tetapi jangan pernah lupa bahwa kesempurnaan adalah pekerjaan Allah, bukan kita. Perhatikan beberapa bukti Alkitab:

“Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanku rata.” 2 Samuel 22:33.

“Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku menjadi rata.” Mazmur 18:33.

“Allah sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu.” 1 Petrus 5:10

“Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang-orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, TUHAN kita, kiranya melengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenaan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.” Ibrani 13:20,21.

Apakah engkau tertarik pada kesempurnaan tabiat? Adalah mungkin bagimu untuk memilikinya. Adalah kabar baik mengetahui bahwa walaupun tubuh jasmani kita menjadi rusak dan segala harta milik kita musnah karena pemakaian, namun kehidupan batin kita dapat diperbaharui hari demi hari. Baca 2 Korintus 4:16. Kesempurnaan tabiat tersedia dari surga. TUHAN-lah yang membentuk kehidupan kita, selama kita tetap dalam hubungan bersama-Nya. Dan “pekerjaan-Nya sempurna.” Ulangan 32:4.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Saturday, May 07, 2005
Thesis 89 - KESEMPURNAAN

KESEMPURNAAN

Thesis 89

Kesempurnaan dapat menjadi pembicaraan yang berbahaya jika pusat perhatian kita pada diri kita dan perbuatan-perbuatan kita.

PERINGATAN: Mempelajari tentang kesempurnaan dapat berbahaya bagi kesehatan rohanimu!

Bagaimanapun, kita tidak boleh menghindar dari mempelajari kesempurnaan karena kesempurnaan adalah pengajaran Alkitab. Tetapi itu dapat menjadi pelajaran yang berbahaya jika hal itu memusatkan perhatian kita pada diri kita. Kapan saja perhatian kita beralih kepada diri kita, dari pada Kristus, kita akan jatuh dan gagal dan berdosa. Kita dapat aman mempelajari kesempurnaan hanya bila kita mengingat bahwa itu adalah pekerjaan Allah di dalam kita, bukan pekerjaan kita sendiri. Dan jika kesempurnaan hanya pekerjaan TUHAN saja, maka sebuah pelajaran tentang kesempurnaan akan memusatkan perhatian kita kepada-Nya dan menjauh dari diri kita.

Alkitab menggambarkan tiga jenis kesempurnaan. Kita dapat menjadi sempurna dalam kelahiran, sempurna dalam pertumbuhan, dan sempurna dalam tabiat. Kadang kala engkau mendengar orang-orang mendiskusikan sebuah ayat seperti Matius 5:48, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Dan mereka akan berkata, “Itu maksudnya bukan ‘sempurna’, itu maksudnya ‘dewasa’.”

Tetapi dewasa adalah kata yang lebih kuat dari sempurna. Seorang bayi dapat menjadi bayi yang sempurna ketika dia bergumam dan mendeguk. Seorang anak dapat menjadi anak yang sempurna ketika dia duduk di pinggir jalan dan pergi dengan gembira menemui anak tetangga di seberang jalan. Tetapi jika kita bertingkahlaku seperti itu pada usia 20, kita akan menjadi dikhawatirkan!

Sempurna dalam tabiat bukan saja sempurna dalam kelahiran dan pertumbuhan, tetapi juga dalam kedewasaan.

Markus 4:28 berkata, “Mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya di dalam bulir itu.” Sebuah tangkai dapat menjadi tangkai yang sempurna, bulir dapat menjadi bulir yang sempurna. Tetapi butir yang penuh isinya di dalam bulir berarti menjadi sempurna dan dewasa (matang). Christ’s Object Lessons, hal. 65, berkata bahwa kita dapat menjadi sempurna dalam setiap tahap perkembangan kita.

Jadi Alkitab mengajarkan bahwa kesempurnaan itu mungkin. Alkitab juga mengajarkan bahwa kesempurnaan adalah pekerjaan Allah, bukan kita, sebagaimana yang kita ketahui pada bagian sebelumnya. Dan Alkitab mengajarkan bahwa kita tidak boleh pernah menyatakan telah sempurna—pada kenyataannya, pernyataan seperti itu akan menjadi bukti bahwa kita belum sempurna! Ayub 9:20: “Sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak bersalah, ia (mulutku) akan menyatakan aku bersalah.”

“Tidak seorangpun yang menyatakan kesucian adalah benar-benar suci. Orang-orang yang tercatat sebagai orang suci dalam buku surga tidak menyadari kenyataannya, dan yang paling akhir menyatakan kebaikan mereka sendiri.”—The Faith I Live By, hal. 140. “Orang benar yang sesungguhnya… tidak menyadari kebaikan dan kesalehannya.”—The Sanctified Life. Hal. 11. “Semakin dekat engkau datang kepada Yesus, semakin banyak kesalahanmu yang muncul di depan matamu; pandanganmu akan semakin jelas, dan ketidaksempurnaanmu akan terlihat dalam perbedaan yang besar dan nyata kepada kesempurnaan-Nya. Ini adalah bukti bahwa penipuan Setan telah kehilangan kuasanya; bahwa pengaruh Roh Allah sedang menggerakkanmu.”—Steps to Christ, hal. 64, 65.

Jika kita semakin dekat kepada Yesus, semakin berkurang kesempurnaan kita dibanding perkiraan kita sendiri, kemudian kesempurnaan tidak pernah lagi menjadi perhatian kita, karena kita tidak tahu kapan kita telah menerimanya. Bagian kita dalam proses kesempurnaan adalah tetap mendekatkan diri kepada Yesus dan menjaga pandangan kita kepada-Nya. Selebihnya, Dia yang akan mengurusnya.

“Setiap orang akan mempunyai pergumulan tertutup untuk mengalahkan dosa dalam hatinya. Berkali-kali ini merupakan sebuah pekerjaan yang menyakitkan dan menawarkan hati; karena, ketika kita melihat kecacadan dalam tabiat kita, kita tetap melihat pada hal itu, ketika seharusnya kita melihat kepada Yesus dan mengenakan jubah kebenaran-Nya.”—Testimonies, vol. 9, hal. 182, 183.

Tetapi selama kita mengingat bahwa kesempurnaan adalah pekerjaan Allah bagi kita, dan selama kita memandang kepada-Nya untuk memenuhi keperluan apapun yang harus dilakukan pada wilayah ini, kita dapat mempelajari dengan aman janji-janji-Nya tentang hal itu. Kita dapat bersukacita di dalam kelimpahan perlengkapan-Nya yang telah Dia buat untuk merebut kita kembali dari dosa.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Friday, May 06, 2005
Thesis 90 - YESUS

YESUS

Thesis 90

Yesus seperti Adam sebelum kejatuhan bahwa Dia memiliki sifat yang tidak berdosa—Dia tidak dilahirkan terpisah dari Allah. Yesus seperti Adam setelah kejatuhan dalam hal kekuatan fisik, kekuatan mental, dan nilai moral (kekuatan).

Orang kadang bertanya apakah Yesus seperti Adam sebelum kejatuhan atau seperti Adam setelah kejatuhan. Jawabnya adalah Ya!

Untuk mengerti jawaban tersebut kita perlu mengerti aspek apa dari kehidupan Yesus yang sedang kita bicarakan. Kita bisa membagi kepribadian-Nya sebagai manusia ke dalam empat aspek: sifat kerohanian, kekuatan fisik, kekuatan mental, dan nilai moral atau kekuatan moral.

Yesus seperti Adam sebelum kejatuhan dalam hal sifat kerohanian. “Kristus disebut Adam kedua. Dalam kemurnian dan kemuliaan, berhubungan dengan TUHAN dan dikasihi TUHAN. Dia mulai di mana awalnya Adam mulai. Dengan rela Dia melewati wilayah di mana Adam jatuh, dan menebus kegagalan Adam.”—S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 650.

Kristus sepenuhnya manusia, tetapi sepenuhnya tidak berdosa—satu-satunya manusia sejak Adam yang mampu membuat pernyataan seperti itu. Dia dapat berkata, tanpa dapat dibantah, pada penutupan pelayanan-Nya. “Penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.” Yohanes 14:30. Selected Messages, jilid 1, hal. 256, berkata: “Kita tidak perlu mempunyai keragu-raguan dalam memandang sifat kemanusiaan Yesus yang sempurna tanpa dosa.” Dan komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 912, berkata: “Dia mengambil posisi-Nya pada bagian terdepan kemanusiaan dengan mengenakan sifat dasarnya tetapi bukan manusia yang berdosa.”

Sepintas, engkau bisa melihat pertentangan di sini, karena ada pengertian dalam mana Kristus menimpakan ke atas diri-Nya sendiri kesalahan kita, dosa kita dan bahkan keadaan alamiah kita yang berdosa. Walau Dia menanggung kesalahan kita, Dia tidak menjadi bersalah, atau Dia, juga, akan membutuhkan seorang Juruselamat. Ketika Dia menanggung sifat berdosa kita, hal itu tidak membuat sifat alamiah-Nya berdosa. Dia menanggung kesalahan dan dosa kita sebagai Pengganti kita.

Ketika malaikat datang mengunjungi Maria dengan kabar tentang Mesias yang akan segera lahir, dia berkata, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus.” Lukas 1:35. Yesus lahir dengan cara yang berbeda dari kita lahir. Tidak seorangpun dari kita yang pernah disebut “kudus”. Seperti Adam sebelum kejatuhan, Yesus mempunyai sifat manusia, dengan kemungkinan untuk menyerah kepada pencobaan. Tetapi karena Dia tidak pernah menyerah kepada dosa, Dia tetap tidak berdosa. Baca Desire of Ages, hal. 117. Maka Dia menjadi Adam kedua dan menebus kita dari kegagalan Adam yang pertama. Baca 1 Korintus 15:21,22.

Tetapi Yesus juga lahir dengan cara yang berbeda dari Adam. Pada awalnya, Dia dilahirkan! Adam tidak; Adam diciptakan! Tetapi Yesus tidak mulai dengan keuntungan yang Adam miliki pada awalnya. “Selama empat ribu tahun umat manusia telah merosot dalam kekuatan fisik, kekuatan mental, dan nilai moral; dan Kristus menanggungkan ke atas diri-Nya kelemahan kemanusiaan yang merosot. Hanya dengan begitu Dia dapat menyelamatkan manusia dari kedalaman yang terendah dari kemerosotannya.”—The Desire of Ages, hal. 117.

Maka Kristus menerima kekuatan fisik yang jauh berkurang dari pada yang dimiliki Adam. Dia tidak setinggi Adam, karena manusia telah merosot dalam ukuran sejak masa Penciptaan. Dia tidak sekuat Adam. Dia mengalami kelelahan dan membutuhkan istirahat ketika Adam mungkin tidak—seperti pada malam di danau dan dekat sumur di Samaria, saat-saat ketika bahkan murid-murid-Nya masih mampu untuk bertahan.

Kristus manusia tidak secerdas Adam! Kebijaksanaan yang terlihat dalam pelayanan-Nya datang dari Sumber di atas-Nya, bukan dari dalam-Nya. Dia tidak menggunakan “IQ” Keallahan-Nya. Dia bergantung kepada Bapa-Nya untuk kebijaksanaan dan bahkan untuk rencana-rencana-Nya setiap hari.

Bahkan Kristus-pun tidak memiliki nilai moral yang sama dengan Adam. Apakah nilai moral itu? Ellen White, yang menggunakan istilah itu, tidak menerangkannya. Tetapi nilai moral berhubungan dengan berapa banyak kekuatan yang dimiliki seseorang, berapa besar kendali atas tingkah lakunya. Jika Kristus memiliki nilai moral yang lebih rendah dari Adam, lebih lemah melawan pencobaan dalam sifat kemanusiaan-Nya terpisah dari kuasa dari atas.

Betapa sebuah pernyataan kasih Allah, karena Dia rela mengizinkan Anak-Nya untuk datang dan menanggung resiko seperti itu demi kepentingan kita! The Desire of Ages mengatakan kepada kita bahwa Bapa mengizinkan Kristus “untuk menghadapi bahaya kehidupan yang sama dengan yang dihadapi setiap jiwa manusia, untuk berperang dalam peperangan seperti setiap anak dari kemanusiaan harus berperang, dengan resiko kegagalan dan kebinasaan yang kekal.” Kita rindu melindungi orang-orang yang kita kasihi dari kuasa Setan. Namun “untuk menghadapi pertentangan yang lebih sengit dan resiko yang lebih menakutkan, Allah menyerahkan Anak-Nya yang tunggal, sehingga jalan kehidupan dapat dipastikan bagi anak-anak kita. ‘Inilah Kasih itu.’ Langitpun takjub! Bumipun terheran-heran!”—Hal. 49.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Thursday, May 05, 2005
Thesis 91 - YESUS

YESUS

Thesis 91

Yesus tidak memiliki kelebihan atas kita dalam mengalahkan pencobaan.

Dalam ekonomi saat ini, banyak orang yang menemukan diri mereka memiliki masalah keuangan. Jika engkau menemukan dirimu berada dalam kelompok ini, engkau mungkin sebaiknya mengikuti seminar yang berjudul “Bagaimana Hidup Sesuai dengan Pendapatanmu.” Itu diajarkan oleh John D. Rockefeller. Apakah engkau tertarik? Untuk para pelajar, bagaimana dengan kelas yang dinamai “Membuat Pekerjaan Rumah Menjadi Mudah.” Gurunya mempunyai IQ 200. Atau apakah engkau lebih menyukai sesuatu yang berhubungan dengan olah raga? Bagaimana dengan kelas Terjun Bebas—diajarkan oleh malaikat Gabriel?

Jika Yesus datang hanya untuk menjadi Juruselamat kita saja, maka mungkin tidak begitu penting bagaimana Dia menjalani kehidupan-Nya. Tetapi jika Dia datang untuk menjadi teladan kita, untuk menunjukkan bagaimana kita harus hidup, maka Dia harus hidup sebagaimana kita harus menjalaninya. Kalau tidak, kita tidak akan mendapat manfaat apa-apa dari teladan-Nya.

The Desire of Ages, hal. 24, berkata: “Jika kita harus menanggung sesuatu yang tidak dapat ditanggung oleh Yesus, maka pada titik ini Setan akan menyatakan bahwa kuasa Allah tidak cukup bagi kita.”

Dalam semua diskusi dan debat mengenai sifat alamiah Kristus, dua pokok utama yang paling banyak mendapat ketidaksetujuan: pertanyaan tentang apa artinya Yesus dicobai dalam segala hal sama seperti kita, namun tidak berdosa (lihat Ibrani 4) dan bagaimana Yesus dapat dilahirkan tanpa dosa dari orang tua manusia. Tidak satupun dari pertanyaan ini memiliki aplikasi bagi kehidupan kita, dan kedua pertanyaan yang telah diberitahukan kepada kita adalah misteri sehingga kita tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mencari jawabannya. Baca Komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 5, hal. 1128, 1129.

Pada sisi lain, hampir setiap orang kelihatannya setuju pada dua pokok pikiran utama lain dalam pelajaran ini: yaitu Yesus tidak memiliki kelebihan atas kita dalam mengalahkan pencobaan dan Dia mengalahkan dosa dalam cara yang sama kita dapat menang. Ini adalah pokok pikiran praktis yang mana kita bisa mendapatkan banyak informasi dari tulisan-tulisan yang diinspirasikan.

Di dalam pikiranpun Yesus tidak pernah menyerah kepada pencobaan—dan kemenangan yang sama bisa menjadi milik kita juga. Lihat The Desire of Ages, hal. 123. Wahyu 3:21 berkata bahwa kita dapat menang dalam cara yang sama Kristus telah menang. “Melalui kemenangan Kristus, keuntungan-keuntungan yang sama yang Dia miliki telah disediakan bagi manusia; karena dia boleh menjadi seorang yang mengambil bagian dari sebuah kuasa yang berasal dari atas dan luar dirinya sendiri, bahkan seorang yang mengambil bagian dari sifat keilahian, dengan mana dia boleh mengalahkan kejahatan yang menguasai dunia melalui hawa nafsu.”—Ellen G. White, Signs of the Times, 16 Januari 1896.

Jadi, Yesus tidak memiliki kelebihan atas kita dalam mengalahkan dosa; karena itu Dia memenuhi syarat untuk menunjukkan bagaimana kita harus hidup. Dia datang dan mengalami kebutuhan dan kelemahan kemanusiaan sehingga Dia dapat menawarkan pertolongan kepada orang-orang yang harus hidup dalam batas-batas kemanusiaan.

Tidak diragukan Yesus memiliki segala jenis kelebihan atas kita, karena Dia adalah Allah sepasti Dia juga manusia. Tetapi Dia tidak pernah menggunakan kelebihan-kelebihan yang didalamnya Dia dilahirkan, dan selama Dia tidak menggunakannya, kelebihan-kelebihan itu memberikan kerugian yang sama atau lebih dibandingkan dengan kita.

Contohnya, Yesus memiliki kelebihan yang nyata ketika berhubungan dengan tingkah laku, karena tidak pernah berdosa, Dia dapat tidak pernah dicobai untuk tetap di dalam dosa—dan dorongan pelanggaran hukum adalah salah satu kecenderungan terbesar kita. Pada sisi lain, Dia memiliki sebuah kerugian ketika tiba pada hubungan dengan Bapa-Nya, karena Dia memiliki kuasa untuk hidup terpisah dari ketergantungan kepada Bapa-Nya—dan kita tidak. Siapa yang pernah mendapatkan pencobaan yang lebih besar untuk hidup secara terpisah? Orang yang memiliki kuasa untuk melakukannya, atau orang yang tidak mempunyai kuasa untuk melakukannya?

Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 7, hal. 930, berkata: “Adalah tugas yang sulit bagi Pangeran Kehidupan untuk menjalankan rencana yang telah Dia pikul untuk keselamatan manusia, dalam menutupi keilahian-Nya dengan kemanusiaan. Dia telah menerima kehormatan dalam ruang sidang surga, dan akrab dengan kekuasaan yang absolut. Sulit bagi-Nya untuk menjaga tingkat kemanusiaan sebagaimana bagi manusia untuk naik ke atas tingkat yang rendah dari alamiahnya yang rusak, dan menjadi pengambilbagian dari sifat keilahian.”

Jadi ketika tiba pada masalah yang mendasar dalam dosa dan pencobaan—perpisahan dari hubungan bersama Allah—Kristus bukan hanya tidak memiliki kelebihan atas kita, Dia sesungguhnya memiliki sebuah kerugian. “Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya, namun Anak Allah bertempur dalam peperangannya untuknya, dan menempatkan dirinya pada tempat yang menguntungkan oleh mengenakannya perlengkapan-perlengkapan keilahiannya.”—Ellen G. White, Review and Herald, 8 Februari 1898.

Kehidupan Yesus adalah jaminan kita bahwa kita dapat mengalahkan pencobaan. Sebagaimana Dia mendapatkan kemenangan melalui ketergantungan kepada Bapa-Nya, maka kita boleh mendapatkan kemenangan melalui ketergantungan kepada-Nya. Kita dapat berada pada “tempat yang menguntungkan” hari ini.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Tuesday, May 03, 2005
Thesis 93 - YESUS

YESUS

Thesis 93

Yesus memandang dosa menjijikkan. Selama kita bergantung kepada Allah, kita juga memandang dosa menjijikkan.

Karena Yesus menjalani seluruh kehidupan di bumi-Nya dalam ketergantungan kepada Bapa-Nya, karena Dia tidak pernah menyerah kepada pencobaan untuk memisahkan diri-Nya dari Bapa-Nya, walau untuk sesaat, setan tidak pernah mampu mencobainya untuk melakukan dosa-dosa, jamak. Dia memandang bahwa dosa menjijikkan.

Bukti diberikan, berkali-kali lagi, dalam tulisan-tulisan yang diinspirasikan. Ibrani 1:9 berkata tentang Kristus: “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan.” The Desire of Ages, hal. 111: “Setiap dosa, setiap ketidaksesuaian, setiap hawa nafsu kecemaran yang telah dibawa oleh pelanggaran, menyiksa Roh-Nya.” Selected Messages, jilid 1, hal. 322: “Membenci dosa dengan kebencian yang sempurna, namun Dia (Yesus) mengumpulkan dosa seluruh dunia ini kepada jiwa-Nya.” Komentar-komentar Ellen G. White—S.D.A. Bible Commentary, vol. 5, hal 1142: “Tabiat-Nya menyatakan sebuah kebencian yang sempurna akan dosa.” Volume 7, hal. 904: “Kristus selalu memelihara kebencian yang sepenuhnya terhadap dosa.” Volume 7, hal. 927: “Akankah kita dapat memahami arti kata-kata, Kristus ‘menderita karena dicobai.’ Sementara Dia bebas dari noda dosa, perasaan-Nya yang halus dari sifat-Nya yang mulia dibawa berhubungan dengan kejahatan menyakitkan secara tidak terkatakan bagi-Nya.” The Desire of Ages, hal. 700: Yesus “menderita dalam perbandingan kesempurnaan kemuliaan-Nya dan kebencian-Nya akan dosa… Dikelilingi oleh manusia di bawah pengendalian Setan memuakkan bagi-Nya.”

Kadang kala orang mau mencoba untuk membuktikan bahwa Kristus dicobai oleh setan dalam cara yang sama manusia berdosa dicobai ketika dia hidup terpisah dari Kristus. Mereka mengatakan bahwa dosa dan pencobaan yang dibawa setan kepada Kristus di dunia ini menarik bagi-Nya, namun Dia menggertakkan gigi-Nya, menegakkan badan-Nya, dan menolak untuk bertindak melakukan apa yang didesakkan hasrat alamiah-Nya untuk dilakukan. Tidak ada kebenaran dalam hal ini.

Teori lain adalah bahwa Kristus tertarik oleh hal-hal yang jahat, bahwa Dia mengalami hawa nafsu dan ketamakan dan kemarahan, namun itu karena kasih-Nya kepada Bapa-Nya, Dia menolak untuk melakukan apa yang Dia akan suka lakukan. Tulisan-tulisan yang diinspirasikan tidak mendukung pandangan ini juga. Memang benar bahwa kasih-Nya kepada Bapa-Nya kuat, kebencian-Nya akan dosa juga kuat. Dia memandang dosa itu menjijikkan, tidak menarik.

Saat kita mempelajari kehidupan dan sifat alamiah Kristus, kabar baiknya adalah bahwa pandangan-Nya akan dosa dan kesalahan juga tersedia bagi kita. Kita tidak perlu menghidupkan kehidupan Kristen kita dengan berharap kita dapat bergabung dengan dunia di dalam dosa-dosanya, namun menggertakkan gigi kita dan memaksa diri kita untuk tidak melakukan hal itu. Kita tidak perlu mencoba berusaha untuk mengasihi Allah sehingga kita mau menyangkal naluri alamiah kita untuk membuat-Nya bahagia. Kita dapat mengalami jenis kemenangan yang sama dengan yang Yesus alami—menang bukan hanya atas tindakan-tindakan dosa, tetapi atas hasrat-hasrat dosa juga. Sebuah kemenangan yang mencakup lebih dari tingkah laku, menuju hasrat dan selera hati. Kita dapat memandang dosa sama menjijikkannya seperti yang Yesus rasakan.

Kembali bukti dari tulisan-tulisan yang diinspirasikan. Message to Young People, hal. 338: “Ketika kita dipakaikan kebenaran Kristus, kita tidak akan memiliki kesukaan terhadap dosa… Kita mungkin melakukan kesalahan-kesalahan, namun kita akan membenci dosa yang menyebabkan penderitaan Anak Allah itu.” The Great Controversy, hal. 649, 650: “Oleh pengalaman menyakitkan mereka sendiri mereka mempelajari akan jahatnya dosa, kuasanya, rasa bersalahnya, kutukannya; dan mereka melihat padanya dengan kejijikan.” The Great Controversy, hal. 508: “Dalam hati yang diperbaharui ada kebencian akan dosa.” Testimonies, vol. 2, hal. 294, berkata tentang orang yang diubahkan: “Kehidupannya yang sebelumnya tampak memuakkan dan membangkitkan rasa benci. Dia membenci dosa.” Dan The Desire of Ages, hal. 668: “Ketika kita mengenal Allah seperti itu adalah kehormatan bagi kita untuk mengenal Dia, kehidupan kita akan menjadi kehidupan dari penurutan yang terus-menerus. Melalui sebuah penghargaan atas tabiat Kristus, melalui persekutuan bersama Allah, dosa akan menjadi kebencian bagi kita.”

Apakah engkau menyukai dosa, atau apakah engkau menemukannya memuakkan dan membangkitkan kebencian? Perbedaan muncul dari apakah engkau mengenal Allah seperti itu adalah kehormatan bagimu untuk mengenal Dia atau tidak. Engkau tidak membenci dosa dengan berusaha keras untuk membenci dosa. Engkau belajar membenci dosa dengan menempatkan usaha yang diperlukan untuk mengenal Allah dan bersekutu bersama-Nya hari demi hari. Tidak masalah dari mana engkau mulai dalam mempelajari tentang keselamatan oleh iman di dalam Yesus Kristus, engkau selalu berakhir di tempat yang sama. Apakah engkau mengenal Dia? Pengenalan akan Dia adalah dasar dari semua hal yang mengikutinya. Pengenalan akan Dia adalah hidup kekal.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Monday, May 02, 2005
Thesis 94 - YESUS

YESUS

Thesis 94

Kita tidak pernah bisa sebagaimana Yesus pernah ada, tetapi kita bisa melakukan sebagaimana yang Yesus telah lakukan.

Ingatkah menyanyikan lagu “I would Be Like Jesus”?

Be like Jesus, this my song (Seperti Yesus, inilah laguku).
In the home and in the throng (Di rumah dan di tengah keramaian).
Be like Jesus all day long! (Seperti Yesus sepanjang hari!)
I would be like Jesus (Aku mau seperti Yesus).

Apakah mungkin untuk menjadi seperti Yesus? Atau apakah lagu tersebut sebuah kesalahan? Apakah mungkin menjadi seperti Yesus dalam beberapa cara dan tidak dalam cara lain?

Untuk memulai, kita tahu bahwa ada satu cara dalam mana kita tidak akan pernah bisa seperti Yesus—karena Dia adalah Allah dan kita tidak. Dia adalah Pencipta kita, dan kita hanyalah ciptaan. Kita dapat menjadi pengambilbagian dari sifat keilahian-Nya melalui kehadiran-Nya dalam hidup kita. Tetapi kita tidak akan pernah menjadi lebih dari pada manusia. Jadi dalam pengertian itu kita tidak dapat menjadi seperti Yesus.

Penjelmaan Yesus telah, dan akan selalu tetap sebuah misteri. Itu dinyatakan, bagi kita dan bagi anak-anak kita, namun biarlah setiap manusia diamarkan dari wilayah yang menyamakan Kristus dengan manusia lain, seperti diri kita; karena itu tidak bisa.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol. 5, hal. 1129.

Tetapi walaupun ketika kita membatasi perbandingan kita kepada aspek sifat manusia Yesus, kita masih menemukan bahwa kita tidak akan pernah benar-benar seperti Dia. Dia lahir sebagai “yang disebut kudus”, tanpa dosa dalam sifat alamiah sejak lahir, sebagai mana yang kita telah ketahui dalam Thesis 90. Kita dilahirkan terpisah dari Allah, berdosa dalam sifat alamiah sejak lahir. Selama kita hidup di dunia ini, kita akan memiliki perbedaan itu dalam setiap sifat alamiah kita. Lihat Christ Object Lessons, hal. 160.

Cara lain dalam mana kita tidak akan pernah bisa menjadi seperti Yesus adalah dosa-dosa masa lalu kita. Kita memiliki sebuah catatan masa lalu yang buruk. Melalui kekekalan kita akan selalu menemukan diri kita dalam kebutuhan akan kasih karunia pembenaran dan pengampunan Kristus untuk menutupi dosa-dosa masa lalu kita. Karena Yesus tidak pernah berdosa, Dia tidak pernah mempunyai dosa-dosa masa lalu.

Namun, masih mungkin bagi kita untuk menjadi seperti Yesus! Kita dapat hidup sebagai mana Yesus hidup dan bekerja sebagaimana Dia bekeja. Kita dapat memiliki kemenangan atas pencobaan-pencobaan dalam cara yang sama Dia telah menang, melalui ketergantungan kepada kuasa dari atas, dari pada kuasa dari dalam. Kita dapat hidup dalam hubungan kepada Allah sebagai mana Dia hidup dan kemudian menemukan bahwa perbedaan-perbedaan di antara kita tidak menjadi perbedaan!

Yesus hidup sebagai manusia. Melalui seluruh kehidupan-Nya di bumi ini, Dia tidak pernah menggunakan kuasa keilahian-Nya hingga pada pagi Kebangkitan.

Semua mukjizat yang Yesus buat—membangkitkan orang mati, menyembuhkan penyakit, memulihkan penderita kusta, mengusir setan, berjalan di atas air, membaca pikiran orang—semua juga dilakukan oleh para pengikut-Nya. Pekerjaan yang Yesus lakukan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh Bapa-Nya. Yesus mengatakannya dalam Yohanes 14:10, “Bapa yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.”

Sekitar sebelas kali buku The Desire of Ages menyebutkan bahwa “keilahian terpancar melalui kemanusiaan”. Pertama kali adalah pada saat pembersihan kaabah yang pertama, ketika untuk sesaat selubung kemanusiaan kelihatannya tersingkap sedikit, dan umat manusia sekilas melihat keilahian di dalamnya. Namun walaupun di sana, kata-kata itu penting. Dikatakan bahwa keilahian terpancar melalui—bukan dari. Walaupun demikian, Bapalah yang mengendalikan, dan itu adalah keilahian Bapa yang dinyatakan melalui Anak-Nya.

Tetapi yang lebih penting bahwa mukjizat yang Yesus lakukan adalah kemenangan yang diberikan kepada-Nya dalam peperangan-Nya melawan musuh. Melalui persekutuan bersama Bapa-Nya, melalui ketergantungan pada Bapa-Nya, Dia mendapatkan kemenangan. Dan kemenangan-Nya dapat menjadi milik kita. Sebagaimana pekerjaan Bapa dinyatakan dalam kehidupan Yesus, demikianlah Dia bekerja di dalam kita, “baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Filipi 2:13.

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing
Kebenaran oleh Iman
Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.

Sunday, May 01, 2005
Thesis 95 - YESUS

YESUS

Thesis 95

Masalah dosa adalah terputusnya hubungan antara Allah dan manusia. Tujuan keselamatan adalah untuk memulihkan hubungan antara Allah dan manusia.

Yesus ingin menikah! Wahyu 19:6-9 mengatakan kepada kita tentang hal itu. “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: ‘Halleluya! Karena TUHAN, Allah kita, yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!’ [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.] Lalu ia berkata kepadaku: ‘Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.’”

Hubungan antara manusia dan Allah telah terputus di Eden. Ketika Adam dan Hawa berdosa, mereka menyembunyikan diri mereka dan tidak lagi datang dengan berani untuk menemui Allah; mereka tidak lagi dapat berjalan-jalan bersama-Nya pada pagi yang sejuk.

Adam dan Hawa telah memilih untuk tidak mempercayai Orang satu-satunya yang layak dipercayai, dan hubungan bersama Allah-pun terputus.

Namun Allah tidak mau kisah itu berakhir di situ. Persekutuan dengan anak-anak yang diciptakan-Nya sangat penting bagi-Nya sehingga Dia rela untuk pergi ke salib untuk memulihkan hubungan yang terputus itu. Dia datang secara pribadi untuk berjalan di antara manusia, kali ini diselubungi dengan kemanusiaan, untuk menjembatani jurang pemisah yang telah dosa ciptakan.

“Karena Yesus datang untuk tinggal bersama kita, kita mengetahui bahwa Allah mengetahui pencobaan-pencobaan kita, dan bersimpati dengan kesedihan kita. Setiap putra dan putri Adam boleh mengerti bahwa Pencipta kita adalah Sahabat bagi orang berdosa. Karena dalam setiap doktrin tentang kasih karunia, setiap janji sukacita, setiap perbuatan kasih, setiap daya tarik keilahian yang dinyatakan dalam kehidupan Juruselamat di bumi ini, kita melihat ‘Allah berserta kita.’”—The Desire of Ages, hal. 24.

Dan sekarang Yesus ingin menikah. Apa artinya menikah? Artinya adalah untuk tetap bersama-sama secara pribadi dan permanen.

Di bandara Tokyo, saya dan isteri saya pada suatu waktu bertemu dengan seorang Swedia pada perjalanannya untuk menemui mempelai wanitanya di Seoul, Korea. Mereka belum pernah bertemu. Selama ini mereka selalu berkomunikasi jarak jauh melalui surat-menyurat. Namun inilah pertama kali mereka akan bertemu muka dengan muka. Dapat dimengerti dia sangat bersemangat untuk menemui wanita itu. Dia sedang menanti pernikahan, menanti untuk tetap bersama-sama dengannya secara pribadi dan selamanya.

Melalui berdoa dan mempelajari firman-Nya, kita telah surat-menyurat bersama Yesus. Kita telah belajar untuk mengasihi-Nya, karena Dia lebih dahulu mengasihi kita. Namun kita dapat bersama-sama dengan-Nya menanti pernikahan itu, pada waktu ketika kita dapat bertemu dia, secara pribadi dan selamanya.

Kadang kala orang merasa khawatir tentang sebuah hubungan hari demi hari bersama Kristus menjadi hanya sekedar perjalanan dinas. Namun hubungan itu tidak berarti sekedar sebuah akhir. Itu adalah akhir! Kita tidak berhubungan dengan Yesus supaya diselamatkan. Kita diselamatkan agar mampu memiliki sebuah hubungan bersama Kristus!

“Sebagaimana melalui Yesus kita memasuki perhentian, surga dimulai di sini. Kita menjawab undangan-Nya, Mari, belajarlah daripada-Ku, dan dengan datang kita memulai kehidupan kekal itu. Surga adalah pendekatan yang tanpa henti kepada Allah melalui Kristus. Semakin lama kita berada di dalam surga kebahagiaan, semakin banyak dan masih lebih banyak lagi kemuliaan akan dibukakan kepada kita; dan semakin kita mengenal Allah, akan semakin kuatlah sukacita kita. Saat kita berjalan bersama Yesus dalam kehidupan ini, kita dapat dipenuhi dengan kasih-Nya, dipuaskan dengan hadirat-Nya. Semua yang dapat ditanggung oleh sifat alamiah manusia, boleh kita terima sekarang. Tetapi apalah semua ini dibandingkan dengan apa yang akan kita terima kelak?”—The Desire of Ages, hal. 331, 332.

Yesus ingin menikah! Engkau?

95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,
Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.
Translated by Joriko Melvin Sihombing